BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara
melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar
dan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar
di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan zaman yang
menuntut agar tercipta anak didik yang mampu membawa zaman ini lebih baik lagi,
lebih maju dan berkembang dari pada zaman yang telah lalu dan zaman sekarang
dan mampu mengembangkannya.
Dalam
kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan
anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel yang menduduki posisi penting
dan strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan yang selalu dituntut
untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran
tersebut. Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga
pendidikan juga seyogyanya juga selalu mengikuti perkembangan itu.
Tentunya
untuk menjadikan pendidikan tersebut bermutu atau untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan semua proses yang ada didalamnya, termasuk pengajaran yang
dilakukan guru/ pendidik atau team pendidik dalam lembaga itu harus benar-benar
membuat suatu langkah atau tahapan-tahapan dalam pengajaran yang disesuaikan
oleh kondisi dan psikologi anak didik, agar pengajaran yang dilakukan bisa
efisien dan efektif. Dalam makalah ini sedikit banyak akan membahas tentang
tahapan-tahapan pembelajaran yang semoga dengan adanya makalah ini bisa
mendatangkan banyak manfaat untuk kita semua, khususnya untuk para
guru/pendidik atau calon guru/calon pendidik. Aamin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pembelajaran itu?.
2. Bagaimanakah tahapan-tahapan pembelajaran yang mampu
menjadikan pembelajaran itu efisien dan efektif?.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui, mengerti dan memahami pengertian dari
pengajaran.
2. Dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam proses pengajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran
(Education) Pendidikan Agama Islam
Berbicara
tentang pembelajaran adalah membicarakan sesuatu yang tidak akan pernah
berakhir sejak manusia menjadi “calon manusia”[1]
- ada (lahir) - sampai nanti akhir hayat[2].
Karena manusia akan selalu mengalami proses belajar dan mengajar. Jika kita
menguak arti kata "pembelajaran” maka akan terdapat dua kegiatan
didalamnya, yaitu belajar (learn) dan mengajar/ pengajaran (learning)[3]
yaitu suatu proses kegiatan yang dirancang/ didesain dan dilaksanakan untuk
peserta didik agar mereka mau belajar, dimana proses itu mempunyai tujuan untuk
dapat menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik dalam ranah
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap).
Belajar
(learn) itu sangat luas sekali maknanya, namun jika sempitkan makna
tersebut maka akan memunculkan beberapa pengertian atau definisi, diantaranya
belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian. Atau belajar juga bisa diartikan suatu kegiatan atau proses yang
didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tokoh pendidikan behaviorisme,
seperti Hilgard memberikan definisi dari belajar yaitu proses mencari ilmu yang
terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain
sehingga terjadi perubahan dalam dirinya.[4]
Tokoh pendidikan empiris seperti sage (1984) yang memberikan definisi belajar
adalah suatu proses seseorang dalam merubah prilakunya sebagai akibat dari
pengalaman yang diperolehnya. Dari aliran behaviorisme, Divesta dan Thompson
(1970) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
menetap/ permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Pengajaran
(teaching) atau lebih dikenalnya dengan sebutan mengajar amat dekat
kaitannya dengan pengertian paedagogy, yaitu suatu seni atau ilmu untuk
menjadi seorang guru. William H. Burton seorang behaviorism memberikan definisi
pengajaran /mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan
dan dorongan kepada anak didik agar terjadi proses belajar.
Hasan
Langgulung seperti yang dikutip oleh Ramayulis[5].
Beliau menyatakan bahwa pengajaran itu berarti pemindahan pengetahuan dari
seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. H.M
Arifin merumuskan pengertian mengajar sebagai suatu kegiatan menyampaikan bahan
pelajaran kepada anak didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan
mengembangkan pelajaran itu. Maksudnya adalah mampu memperoleh pengetahuan yang
baru dan kemudian mengembangkannya. Roestiyah NK menyatakan mengajar adalah
membimbing anak didik dalam proses belajar[6].
Secara umum seorang pendidik/guru itu
harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality,
yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya,
memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,
implementasi sampai evaluasi. Memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap
tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas saja, tapi sebelum dan
sesudah kelas[7].
Sedangkan pengertian dari pendidikan
agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mempersiapkan anak didik
dalam memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan agama islam melalui pendidikan,
pengajaran dan latihan.
2.2 Tahapan-Tahapan Dalam
Pembelajaran (Education).
Jika
kita lihat bagaimana terjadinya proses belajar-mengajar, kita akan menjumpai
beberapa kegiatan lain yang menjadi komponen pendukung terjadinya belajar-mengajar.
Komponen tersebut lebih dekat kepada kegiatan yang menjadi tahapan-tahapan
dalam pembelajaran. Pembelajaran
sebagai suatu proses kegiatan, dari berbagai sumber secara umum dapat dikatakan
terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses
pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan
tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
A. Tahap
Pendahuluan.
Dalam tahap pendahuluan ini berisi
tahapan perencanaan pembelajaran kedepan yang nantinya akan menjadi pedoman
untuk mencapai hasil apa yang diharapkan dalam akhir pembelajaran dan tentunya
akan dijadikan pedoman dalam proses pengajaran. Kegiatan pembelajaran yang baik
senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan
menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan proses penyusunan
sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam
jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih
utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan
tepat sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan
harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat
perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran
sesuai pendekatan dan metode dan teori yang akan digunakan. Agar pembelajaran
yang ditempuh bisa efektif dan efisien.
Dalam
perencanaan ini ada beberapa tahapan yang menjadi strength point seperti
yang dipaparkan oleh Kemp lewat desain pengembangan pembelajaran PAI dalam
model J.E.Kemp yang berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran
yang merupakan wujud jawaban atas pertanyaan (1) untuk siapa program itu
dirancang? Peserta didik, (2) kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Tujuan,
(3) bagaimana isi pelajaran/ keterampilan yang dapat dipelajari? Metode, (4)
bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan terhadap pelajaran yang sudah
dicapai? Evaluasi.[8],
keempat point ini akan dijelaskan dibawah ini:
1. Merumuskan Tujuan/ Kompetensi Pengajaran
Yaitu perumusan
tingkah laku/ kemampuan-kemampuan yang dirumuskan secara khusus (spesifik),
operasional dan berupa jenis-jenis kemampuan/tingkah laku yang diharapkan dapat
dimiliki oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita
berikan kepada mereka. Namun sampai sekarang ini, teori pengukuran kecakapan/
kemampuan masih berbasis pada teori taksonomi bloom yang diperkenalkan
oleh Benjamin S. Bloom. Salah satu contoh dari tujuan pembelajaran seperti
dibawah ini:[9]
Tujuan
Pengajaran
|
Proses
Mengajar
|
Siswa
dapat menyebutkan dengan tepat asmaul khusna
|
Mengajarkan
kepada sisa tentang asmaul khusna
|
2. Mengembangkan/ Mempersiapkan Alat-Alat Evaluasi
Langkah
ini memiliki fungsi yang nantinya digunakan untuk menilai sejauh mana siswa
menguasai materi yang telah diberikan dan yang telah dirumuskan dalam tujuan
pengajaran tersebut. Adanya persiapan alat evaluasi ini ditempuh dalam
perencanaan pembelajaran ini karena didasarkan pada prinsip pengajaran yang
berorientasi pada tujuan hasil (output oriented).[10]
Jenis tes ini dapat meliputi tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan/ praktek
dengan menggunakan beberapa bentuk pertanyaan, diantaranya (1)Bentuk uraian,(2)Bentuk
pilihan jawab terbatas,(3)Bentuk melengkapi,(4)Bentuk pertanyaan-pertanyaan
yang menuntut jawaban singkat. Dalam suatu pelajaran bisa dimungkinkan
menggunakan beberapa atau lebih dari satu bentuk dan jenis pertanyaan.
3. Merancang dan Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Mengajar
Dalam
langkah ketiga ini dapat berupa kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa selama proses pengajaran nantinya yang juga harus dirumuskan, agar
siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Setiap tujuan bisa ditempuh dengan satu atau beberapa kegiatan
belajar, disesuaikan dengan kompleks tidaknya kemampuan yang terkandung dalam
tujuan pembelajaran. Agar tujuan tersebut benar-benar dapat tercapai.
4. Merencanakan Program Kegiatan
Hal-hal
pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan program kegiatan:
a. Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya
·
Menyusun materi pelajaran
tiap mata pelajaran. Dalam menyusun materi pembelajaran hendaknya merupakan
gabungan antara jenis yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang
terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat
tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, atau tanggapan) (kemp,1997).[11]
Bila perlu dalam menyusun materi pelajaran disertai dengan uraian singkat dan
contoh-contohnya agar memudahkan dalam menyampaikan materi tersebut kepada
siswa dan lebih terencana dan juga agar siswa lebih bisa memahami dengan cepat.
·
Menyusun Silabus. Silabus
diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau
materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standart kompetensi,
kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang
perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
·
Menyusun Rencana
pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran bersifat khusus dan
kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana
prasarana sumber belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya didasarkan pada silabus terkait dengan indikator, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber/bahan/alat dan juga
langkah-langkah pembelajaran dan kondisi pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
·
Penilaian Pembelajaran. Penilaian
merupakan tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu.
Penilaian merupakan proses yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian
kegiatan pembelajaran. Prinsip penilaian antara lain : Valid, mendidik,
berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan,
menyeluruh dan bermakna.
Yang harus diperhatikan dalam hal
memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt, yaitu bahwa
bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari
secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil
tadi.[12]
b. Menyiapkan metode yang akan digunakan.
Metode
pembelajaran adalah cara guru mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta
didik agar terjadi proses secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam
dari metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar, diantaranya (1)Metode
ceramah/kuliah, (2)Metode diskusi, (3)Metode demonstrasi, (4)Metode eksperimen,
(5)Metode pemberian tugas, dll.
c. Menyusun jadwal.
Dalam
menyusun jadwal kegiatan/ program pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1. Analisis
hari efektif, hari libur, analisis
program dan materi pembelajaran. Untuk mengawali kegiatan penyusunan program
pembelajaran, guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester.
Dari hasil analisis hari efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari
libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga memudahkan penyususnan program
pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah
kalender pendidikan dan kalender umum. Berdasarkan hasil analisis hari efektif dan
materi pembelajaran tersebut, maka dapat disusun program pembelajaran seperti
pembuatan program tahunan, semester/ cawu, pemilihan metode yang sesuai dengan kondisi
yang ada, penyediaan alokasi waktu, penyediaan sarana dll.[13]
2. Membuat
program tahunan, program semester dan program tagihan . Program Tahunan adalah
Penyusunan program pembelajaran selama satu tahun pelajaran dimaksudkan agar
keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam dua semester tidak mengalami kendala. Program Semester
adalah Penyusunan program per-semester yang didasarkan pada hasil anlisis hari
efektif dan program pembelajaran tahunan. Program Tagihan merupakan Sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang
harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian
lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas
kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio.
B. Tahap
Pelaksanaan
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah
kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan
interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan
tekhnik pembelajaran, pemanfaatan seperangkat media dan tentunya dengan tambahan
pemahaman/ penguasaan teori pendidikan, prinsip
mengajar, teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran. Dalam
proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru,
diantaranya ialah:
a. Aspek
pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh
konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru
tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada
aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran. Dalam beberapa sumber
ditemukan beberapa penggolongan pendekatan dari banyaknya pendekatan yang ada
dalam pembelajaran, diantaranya adalah (1) Pendekatan pembelajaran pemrosesan
informasi, yaitu upaya membantu siswa untuk memproses informasi yang diperoleh.
(2) Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu siswa untuk
mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan,[14].
(3) Pendekatan sistem pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kebutuhan, memilih
problem, mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih, menetapkan,
penggunaan metode dan alat yang tepat, mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian
atau keseluruhan sistem yang dilaksanakan yang tidak dapat terlaksana atau yang
tidak relevan dengan proses pembelajaran.[15]
(4) Pendekatan paedagody, yaitu pendekatan/ upaya yang dilakukan sebagai
seni dan ilmu untuk mengajar dan mendidik anak didik (the art and science of
teaching children). Dalam hal ini guru sebagai central education. Dan
pendekatan andragogy, yaitu upaya yang dilakukan sebagai seni dan ilmu
untuk membantu anak didik dalam belajar (the art and science of helping
adults learn). Dalam hal ini posisi anak didik lebih dominan dalam proses
belajar, guru hanya membantu, mengarahkan dan membimbing saja, anak didik-lah
yang aktif dalam proses pembelajaran. (Knowles, 1970; cross, 1981)[16].
Dan karena setiap mata pelajaran,
bahkan setiap satu pokok bahasan tidak cukup hanya dengan menggunakan satu
pendekatan, maka pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran itu akan
bersifat multi-pendekatan dan akan tercakup penggunaannya dalam sejumlah
pendekatan yang lain secara serempak. Seperti yang diterangkan dalam buku
Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70)[17].
Misalnya dalam pembelajaran Agama Islam, pendekatan yang digunakan adalah (a)
pendekatan pengalaman, (b) pendekatan rasional, (c) pendekatan emosional, (d)
pendekatan fungsional, dll.
b. Aspek
Strategi, Metode dan Taktik
Pembelajaran sebagai proses,
aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan
perwujudan proses pembelajaran itu sendiri, dari awal pembelajaran hingga
berakhirnya pembelajaran dalam pertemuan itu. Strategi pembelajaran berwujud
sejumlah tindakan pembelajaran/ pola khusus yang dilakukan guru yang dinilai
strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran yang berangkat dari
titik tolak/ sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran. Menurut Atwi
Suparman (2004:208) seperti yang dikutip oleh Bambang Warsita[18],
secara garis besar, komponen strategi dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a) Mengurutkan
kegiatan pembelajaran
v Pendahuluan
dalam pembelajaran. Bagian ini merupakan bagian awal dalam proses pembelajaran,
dalam bagian ini guru dituntut untuk bisa memberikan motivasi (penyemangat)
diawal pembelajaran, mampu memusatkan perhatian anak didik pada materi, juga
mengetahui persiapan/ kemampuan/ wawasan
anak didik sebelum materi diajarkan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru
pada tahap ini adalah memberi gambaran singkat tentang isi pelajaran, tujuan
pembelajaran dan tanya jawab ringan dll.
v Penyajian
materi/ bahan ajar. Kegiatan ini merupakan inti dari pembelajaran. Dalam
kegiatan ini anak didik ditanami pengetahuan baru dan mengembangkan pengetahuan
yang sudah ada. Tahapan yang dilakukan adalah menguraiakan materi pelajaran,
memberikan contoh atau ilustrasi, memberikan latihan yang sesuai dengan materi
pelajaran yang disampaikan.
Dalam tahap ini meliputi bagian-bagian
sebagai berikut:
1) Uraian
(Explanation). Ini adalah tahap dimana guru menyampaikan materi/ konsep
pembelajaran. Bisa dilakukan dalam bentuk verbal atau nonverbal seperti
penggunaan media gambar, simulasi, gambar dan atau benda asli dll. Dan dalam menyampaikan uraian
materi, guru dapat menggunakan berbagai metode yang dikuasai dengan taktik/
gaya penyampaian yang unik dan menyenangkan agar anak didik tidak merasa bosan,
jenuh, tidak semangat belajar dll.
2) Contoh
(Example) dan Noncontoh (NonExample). Benda atau kegiatan yang
mengarah pada contoh sebagai wujud dari materi pelajaran yang sedang diuraikan
yang bersifat konkret dan praktis dari uraian materi yang masih bersifat
abstrak agar anak didik merasa lebih jelas.
3) Latihan
(Exercise). Adalah kegiatan praktik bagi siswa untuk menerapkan konsep,
prinsip dari uraian pelajaran yang telah disampaikan, dari wujud yang abstrak untuk
direalisasikan kedalam kegiatan/ tindakan yang sesuai dengan kehidupan
sehari-hari. Tentunya latihan ini memerlukan bimbingan, petunjuk dan koreksi
dari guru agar anak didik benar-benar menguasainya. Dan perlu diingat bahwa latihan
ini adalah bagian dari proses pembelajaran, namun bukan tes.
v Penutup.
Tahapan ini adalah tahapan akhir dari urutan kegiatan pembelajaran. Tahapan
yang dilakukan adalah memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian
terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik dengan
mengguanakan tes formatif (Suharsimi Arikunto,1998:42)[19]
maupun dengan umpan balik (feedback) dan selanjutnya adalah pemberian
pengayaan/ tindak lanjut (follow up).
b) Penggunaan
metode dan taktik yang tepat sesuai
kebutuhan
Dengan
metode ini guru dapat mencurahkan segala macam cara, rasa dan perasaannya untuk
mengimplementasikan setiap rencana yang sudah disusun dalam rencana
pembelajaran. Dalam penggunaan metode, tentunya melihat/ mempertimbangkan materi
apa yang akan disampaikan, dan dalam satu pokok pembahasan bisa menggunakan banyak
metode yang bertujuan agar tercapai standar kompetensi yang diharapkan.
Menurut
Nana Sudjana (1989:69) metode yang baik digunakan adalah metode variasi/
kombinasi dari beberapa metode mengajar, Seperti yang diterangkan dalam buku
Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70)[20].
Misalnya pembelajaran Moral Pancasila, menggunakan metode (a) ceramah murni,
(b) inquiry, (c) ceramah bervariasi, (d) demonstrasi, (e) karya wisata,
(f) observasi, dll.
Didalam
penerapan metode, memerlukan adanya taktik. Taktik ini bisa diwujudkan berupa style/gaya/tindakan
teknis guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Tatik ini seharusnya bersifat
unik dan kreatif untuk membangun semangat anak didik dalam proses belajar.
c) Penggunaan
media pembelajaran
Media/sarana/alat
adalah segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran. Media pendidikan terdiri dari alat pengajaran, alat
peraga, alat pendidikan[21],
dapat berbentuk orang atau guru, alat-alat elektronik, media cetak, media
audio, media audiovisual (video), multimedia dan lain sebagainya untuk
mendukung suksesnya proses pembelajaran.
d) Pemanfaatan/
penggunaan alokasi waktu yang telah disediakan dengan baik.
Guru harus tahu alokasi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran. Baik itu satu pokok bahasan atau
satu kompetensi dasar didalam beberapa kali tatap muka. Tujuannya agar materi
pelajaran yang sudah tersusun dalam rancangan pembelajaran/ silabus dapat
tersampaikan semuanya.
e) Pengelolaan
kelas
Kelas
merupakan lingkungan fisik yang meliputi ruang kelas, keindahan kelas,
pengaturan tempat duduk, pengaturan ventilasi/ udara dan cahaya/ pencahayaan,
dan pengaturan sarana yang lain. Dan juga merupakan lingkungan sosioemosional
yang meliputi tipe kepemimpinan guru,
sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik dan lain sebagainya. Menurut Winzer
(1995), pengelolaan kelas adalah cara - cara yang ditempuh guru dalam
menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
C. Tahap
Evaluasi
Hamalik (1995:159) mengemukakan bahwa
evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan
tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.[22]
Pada hakekatnya evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi untuk
dijadikan tolak ukur perencanaan dan pengembangan pembelajaran kedepannya.
Seharusnya evaluasi tidak hanya dilakukan dengan mengadakan ulangan harian atau
ulangan umum saja. Tetapi, hendaknya dilakukan tiap kali selesai proses
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dan kemajuan peserta
didik setiap kompetensi dasar dengan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif, psikomotorik. Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik
evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
1) Evaluasi
belajar pengetahuan (kognitif), dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan
daftar isian pertanyaan.
2) Evaluasi
belajar keterampilan (psikomotorik), dapat dilakukan dengan ujian praktek,
analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik itu sendiri.
3) Evaluasi
belajar sikap (afektif), dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri
sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program.
Untuk
evaluasi aspek afektif dan psikomotorik bisa ditambah dengan pengadaan
observasi dan angket. Dalam hubungannya dengan tes/ evaluasi perbuatan, Leighbody
(1996). mengemukakan elemen-elemen yang dapat dikembangkan dengan format
sebagai berikut:
No
|
Keterampilan yang diukur
|
Tanggapan guru
|
Simpulan
|
1
2
3
4
5
|
Kualitas
penyelesaian pekerjaan.
Keterampilan
menggunakan alat.
Kemampuan
menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai.
Kemampuan
mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan.
Kemampuan
membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar dan symbol.
|
|
|
|
Kesimpulan akhir
|
|
|
Keterangan:
- Tanggapan guru dapat berupa uraian pendapat/penilaian atau berupa tanggapan.
- Simpulan adalah penilaian guru setiap aspek keterampilan yang diukur, bisa secara kualitatif (A, B, C, D), atau secara kuantitatif (10, 9, 8, 7).
- Kesimpulan akhir adalah hasil kumulatif peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan atau kompetensi yang dikuasai. Kesimpulan akhir ini merupakan akumulasi dari setiap aspek yang diukur.
Menurut E.
Mulyasa evaluasi mencakup pre-tes dan post-tes. Pre-tes merupakan pemberian
tes pada awal pembelajaran dengan memiliki fungsi (1) Untuk mengetahui
kemampuan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan. Sudah sejauh mana
anak didik mempunyai wawasan tentang materi itu, sehingga disini siswa dituntut
aktif dengan belajar sebelum pembelajaran dimulai. (2) Untuk menyiapkan anak
didik dalam proses belajar yang akan berlangsung. Dengan adanya re-tes maka
mereka akan berkonsentrasi dan terfokus pada soal-soal yang harus mereka
jawab/selesaikan diakhir pembelajaran nanti. (3) Guru dapat mengetahui harus
memulai pembelajaran dari mana, dimana siswa mulai mengalami kesusahan dalam
materi pelajaran tersebut.
Sedangkan post-tes adalah pemberian
pertanyaan diakhir pembelajaran. Pelaksanaan post-tes ini berfungsi (1) Untuk
mengevaluasi/ memberikan penilaian apakah siswa sudah menguasai atau memahami
konsep atau materi yang baru saja disampaikan atau belum, yang merujuk pada
kompetensi dan tujuan yang harus dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran
tersebut. (2) Untuk menentukan anak didik yang harus menjalani remedial atau
pembelajaran ulangan dengan teknis yang diatur oleh guru agar tercapai
kompetensi dan tujuan yang diharapkan/direncanakan. (3) Sebagai bahan acuan
untuk evaluasi/ perbaikan dari pelaksanaan komponen dalam pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Menurut
B. Suryosubroto dalam proses evaluasi harus meliputi beberapa tahapan, yaitu:[23]
- Evaluasi formatif.
Yaitu
pemberian tes/ penilaian oleh guru setelah satu pokok bahasan selesai
dipelajari (Suharsimi Arikunto, 1988:42).
- Evaluasi sumatif.
Yaitu
penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu.
Biasanya dilaksanakan pada akhir dari sistem per-catur wulan atau per-semester.
(Suharsimi Arikunto, 1988:83).
- Pelaporan hasil evaluasi.
Pelaporan
hasil evaluasi ini biasanya diwujudkan dengan adanya buku lapor, dimana
didalamnya merupakan akumulasi hasil dari semua penilaian/ evaluasi selama
beberapa kurun waktu, misalnya per-catur wulan /per-semester.
- Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program
perbaikan ini diperuntukkan bagi anak didik yang belum mencapai kompetensi yang
diharapkan. Menurut petunjuk teknis No.166/133.VI/91 dijabarkan sebagai
berikut:
Apabila
seorang siswa dalam ulangan (tes formatif / tes sumatif) mencapai nilai kurang
dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75%, maka yang bersangkutan harus
mengikuti perbaikan.(Dikdiksar,
1991:2).
Bentuk
dari pelaksanaan perbaikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (1) Menjelaskan
kembali materi pelajaran yang sedang/telah dipelajari. (2) Memberi tugas
tambahan berupa mengerjakan kembali soal/ tugas, berdiskusi dengan temannya
atau membaca kembali suatu uraian.
Sedangkan
pengayaan diperuntukkan bagi anak didik yang telah mencapai kompetensi yang
diharapkan. Adapun bentuk pelaksanaan pengayaan dapat berupa membaca/
mempelajari bahan pelajaran selanjutnya/ yang baru atau menyelesaikan pekerjaan
ruman (PR).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan diatas, maka
kita akan mengetahui bahwa segala sesuatunya dalam proses pembelajaran terdapat
beberapa tahapan. Dimulai dari tahapan perencanaan pembelajaran atau persiapan
pembelajaran yang kemudian apa yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan
(tahap pelaksanaan pembelajaran) dan yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran
dari semua komponen yang ada didalamnya, mulai dari perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran.
Dan bagi seorang pendidik/ guru
hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya sebelum memulai pengajarannya/ kegiatannya. Agar pengajaran yang dilakukan
itu efisien dan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip yang perlu dipahami dan diterapkan oleh
guru dalam mengaktualisasikan pengajarannya, diantaranya guru harus:
1. Memahami
tujuan pendidikan.
2. Menguasai
bahan ajar.
3. Memahami
teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.
4. Memahami
prinsip-prinsip mengajar.
5. Memahami
metode-metode mengajar.
6. Memahami
teori-teori belajar.
7. Memahami
beberapa model pengajaran yang penting.
8. Memahami
prinsip-prinsi evaluasi.
9. Memahami
langkah-langkah membuat lesson plan.
DAFTAR PUSTAKA
Suyono
dan Hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Ramayulis.
1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam.. Jakarta: Kalam Mulia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita,
Bambang. 2008 . Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan
Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Muhaimin.
2001. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
B.
Uno, Hamzah. 2010. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
E. Mulyasa. 2006. Implementasi
Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya.
[1] Suyono dan Hariyanto. “Belajar
dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar”. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
2011. Hal. 1
[2]
Bambang Warsita. 2008 . Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.Hal 62
[3] Asmaun Sahlan dalam penjelasan perkuliahan strategi pembelajaran pada
hari selasa 28 februari 2012 di ruang A.105 pukul 09.00 s/d
selesai WIB
[4]
Suyono dan Hariyanto. Op. cit. Hal 9-18
[5]
Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. 1990. Jakarta: Kalam
Mulia. Hal 72
[6]
Ibid. Hal 78
[7] Dede Rosyada. 2004. Paradigma
Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 111
[8] Muhaimin. 2001. Paradigma
Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya. Hal 222
[9]
B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. 1997. Hal. 58-59
[10]
B. Suryosubroto. Ibid. Hal 61
[11]
Hamzah B. Uno. 2010. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 5
[12]
Ibid.
[13]
B. Suryosubroto. Op. cit. Hal 29-30
[14]
Hamzah B. Uno. Op.cit. Hal 9 dan 17
[15]
Muhaimin. Op.cit. Hal. 165
[16] E. Mulyasa. 2006. Implementasi
Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya. Hal.
122-123
[17]
B. Suryosubroto. Op. cit. Hal. 45
[18]
Bambang Warsita. Op. cit. Hal. 272-274
[19]
B. Suryosubroto. Op. cit. Hal. 53.
Ada juga tes sumatif (tes/
penilaian yang dilakukan setelah satu jangka waktu tertentu, misalnya percatur
wulan atau persemester. Lihat halaman 16)
[20]
B. Suryosubroto. Ibid. Hal. 43-44
[21]
Ibid. 34
[22]
E. Mulyasa. Op.cit Hal 170-171
[23]
B. Suryosubroto. Op.cit. Hal. 53-56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar