Kamis, 18 April 2013

TAHAPAN -TAHAPAN PEMBELAJARAN



BAB I 
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta anak didik yang mampu membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan berkembang dari pada zaman yang telah lalu dan zaman sekarang dan mampu mengembangkannya.
Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan yang selalu dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut. Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga pendidikan juga seyogyanya juga selalu mengikuti perkembangan itu.
Tentunya untuk menjadikan pendidikan tersebut bermutu atau untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan semua proses yang ada didalamnya, termasuk pengajaran yang dilakukan guru/ pendidik atau team pendidik dalam lembaga itu harus benar-benar membuat suatu langkah atau tahapan-tahapan dalam pengajaran yang disesuaikan oleh kondisi dan psikologi anak didik, agar pengajaran yang dilakukan bisa efisien dan efektif. Dalam makalah ini sedikit banyak akan membahas tentang tahapan-tahapan pembelajaran yang semoga dengan adanya makalah ini bisa mendatangkan banyak manfaat untuk kita semua, khususnya untuk para guru/pendidik atau calon guru/calon pendidik. Aamin.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari pembelajaran itu?.
2.      Bagaimanakah tahapan-tahapan pembelajaran yang mampu menjadikan pembelajaran itu efisien dan efektif?.

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui, mengerti dan memahami pengertian dari pengajaran.
2.      Dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam proses pengajaran.

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran (Education) Pendidikan Agama Islam
Berbicara tentang pembelajaran adalah membicarakan sesuatu yang tidak akan pernah berakhir sejak manusia menjadi “calon manusia”[1] - ada (lahir) - sampai nanti akhir hayat[2]. Karena manusia akan selalu mengalami proses belajar dan mengajar. Jika kita menguak arti kata "pembelajaran” maka akan terdapat dua kegiatan didalamnya, yaitu belajar (learn) dan mengajar/ pengajaran (learning)[3] yaitu suatu proses kegiatan yang dirancang/ didesain dan dilaksanakan untuk peserta didik agar mereka mau belajar, dimana proses itu mempunyai tujuan untuk dapat menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik dalam ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap).
Belajar (learn) itu sangat luas sekali maknanya, namun jika sempitkan makna tersebut maka akan memunculkan beberapa pengertian atau definisi, diantaranya belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Atau belajar juga bisa diartikan suatu kegiatan atau proses yang didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tokoh pendidikan behaviorisme, seperti Hilgard memberikan definisi dari belajar yaitu proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam dirinya.[4] Tokoh pendidikan empiris seperti sage (1984) yang memberikan definisi belajar adalah suatu proses seseorang dalam merubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman yang diperolehnya. Dari aliran behaviorisme, Divesta dan Thompson (1970) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap/ permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Pengajaran (teaching) atau lebih dikenalnya dengan sebutan mengajar amat dekat kaitannya dengan pengertian paedagogy, yaitu suatu seni atau ilmu untuk menjadi seorang guru. William H. Burton seorang behaviorism memberikan definisi pengajaran /mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada anak didik agar terjadi proses belajar.
Hasan Langgulung seperti yang dikutip oleh Ramayulis[5]. Beliau menyatakan bahwa pengajaran itu berarti pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. H.M Arifin merumuskan pengertian mengajar sebagai suatu kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan pelajaran itu. Maksudnya adalah mampu memperoleh pengetahuan yang baru dan kemudian mengembangkannya. Roestiyah NK menyatakan mengajar adalah membimbing anak didik dalam proses belajar[6].
Secara umum seorang pendidik/guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas saja, tapi sebelum dan sesudah kelas[7].
Sedangkan pengertian dari pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mempersiapkan anak didik dalam memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan agama islam melalui pendidikan, pengajaran dan latihan.

2.2 Tahapan-Tahapan Dalam Pembelajaran (Education).
Jika kita lihat bagaimana terjadinya proses belajar-mengajar, kita akan menjumpai beberapa kegiatan lain yang menjadi komponen pendukung terjadinya belajar-mengajar. Komponen tersebut lebih dekat kepada kegiatan yang menjadi tahapan-tahapan dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, dari berbagai sumber secara umum dapat dikatakan terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:




A.     Tahap Pendahuluan.
Dalam tahap pendahuluan ini berisi tahapan perencanaan pembelajaran kedepan yang nantinya akan menjadi pedoman untuk mencapai hasil apa yang diharapkan dalam akhir pembelajaran dan tentunya akan dijadikan pedoman dalam proses pengajaran. Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode dan teori yang akan digunakan. Agar pembelajaran yang ditempuh bisa efektif dan efisien.
Dalam perencanaan ini ada beberapa tahapan yang menjadi strength point seperti yang dipaparkan oleh Kemp lewat desain pengembangan pembelajaran PAI dalam model J.E.Kemp yang berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran yang merupakan wujud jawaban atas pertanyaan (1) untuk siapa program itu dirancang? Peserta didik, (2) kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Tujuan, (3) bagaimana isi pelajaran/ keterampilan yang dapat dipelajari? Metode, (4) bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan terhadap pelajaran yang sudah dicapai? Evaluasi.[8], keempat point ini akan dijelaskan dibawah ini:
1.      Merumuskan Tujuan/ Kompetensi Pengajaran
Yaitu perumusan tingkah laku/ kemampuan-kemampuan yang dirumuskan secara khusus (spesifik), operasional dan berupa jenis-jenis kemampuan/tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita berikan kepada mereka. Namun sampai sekarang ini, teori pengukuran kecakapan/ kemampuan masih berbasis pada teori taksonomi bloom yang diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom. Salah satu contoh dari tujuan pembelajaran seperti dibawah ini:[9]
Tujuan Pengajaran
Proses Mengajar
Siswa dapat menyebutkan dengan tepat asmaul khusna
Mengajarkan kepada sisa tentang asmaul khusna

2.      Mengembangkan/ Mempersiapkan Alat-Alat Evaluasi
Langkah ini memiliki fungsi yang nantinya digunakan untuk menilai sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan dan yang telah dirumuskan dalam tujuan pengajaran tersebut. Adanya persiapan alat evaluasi ini ditempuh dalam perencanaan pembelajaran ini karena didasarkan pada prinsip pengajaran yang berorientasi pada tujuan hasil (output oriented).[10] Jenis tes ini dapat meliputi tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan/ praktek dengan menggunakan beberapa bentuk pertanyaan, diantaranya (1)Bentuk uraian,(2)Bentuk pilihan jawab terbatas,(3)Bentuk melengkapi,(4)Bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban singkat. Dalam suatu pelajaran bisa dimungkinkan menggunakan beberapa atau lebih dari satu bentuk dan jenis pertanyaan.

3.      Merancang dan Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Mengajar
Dalam langkah ketiga ini dapat berupa kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa selama proses pengajaran nantinya yang juga harus dirumuskan, agar siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Setiap tujuan bisa ditempuh dengan satu atau beberapa kegiatan belajar, disesuaikan dengan kompleks tidaknya kemampuan yang terkandung dalam tujuan pembelajaran. Agar tujuan tersebut benar-benar dapat tercapai.

4.      Merencanakan Program Kegiatan
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan program kegiatan:
a.    Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya
·         Menyusun materi pelajaran tiap mata pelajaran. Dalam menyusun materi pembelajaran hendaknya merupakan gabungan antara jenis yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, atau tanggapan) (kemp,1997).[11] Bila perlu dalam menyusun materi pelajaran disertai dengan uraian singkat dan contoh-contohnya agar memudahkan dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa dan lebih terencana dan juga agar siswa lebih bisa memahami dengan cepat.
·         Menyusun Silabus. Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran dari standart kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
·         Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan pada silabus terkait dengan indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber/bahan/alat dan juga langkah-langkah pembelajaran dan kondisi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
·         Penilaian Pembelajaran. Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Penilaian merupakan proses yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Prinsip penilaian antara lain : Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.
Yang harus diperhatikan dalam hal memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt, yaitu bahwa bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tadi.[12]

b.    Menyiapkan metode yang akan digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara guru mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam dari metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar, diantaranya (1)Metode ceramah/kuliah, (2)Metode diskusi, (3)Metode demonstrasi, (4)Metode eksperimen, (5)Metode pemberian tugas, dll.

c.     Menyusun jadwal.
Dalam menyusun jadwal kegiatan/ program pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1.    Analisis hari efektif, hari libur, analisis program dan materi pembelajaran. Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender umum. Berdasarkan hasil analisis hari efektif dan materi pembelajaran tersebut, maka dapat disusun program pembelajaran seperti pembuatan program tahunan, semester/ cawu, pemilihan metode yang sesuai dengan kondisi yang ada, penyediaan alokasi waktu, penyediaan sarana dll.[13]
2.    Membuat program tahunan, program semester dan program tagihan . Program Tahunan adalah Penyusunan program pembelajaran selama satu tahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam dua semester tidak mengalami kendala. Program Semester adalah Penyusunan program per-semester yang didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan. Program Tagihan merupakan Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio.

B.   Tahap Pelaksanaan
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, pemanfaatan seperangkat media dan tentunya dengan tambahan pemahaman/ penguasaan teori pendidikan, prinsip mengajar, teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran. Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:

a.      Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran. Dalam beberapa sumber ditemukan beberapa penggolongan pendekatan dari banyaknya pendekatan yang ada dalam pembelajaran, diantaranya adalah (1) Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu upaya membantu siswa untuk memproses informasi yang diperoleh. (2) Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu siswa untuk mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan,[14]. (3) Pendekatan sistem pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kebutuhan, memilih problem, mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih, menetapkan, penggunaan metode dan alat yang tepat, mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian atau keseluruhan sistem yang dilaksanakan yang tidak dapat terlaksana atau yang tidak relevan dengan proses pembelajaran.[15] (4) Pendekatan paedagody, yaitu pendekatan/ upaya yang dilakukan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar dan mendidik anak didik (the art and science of teaching children). Dalam hal ini guru sebagai central education. Dan pendekatan andragogy, yaitu upaya yang dilakukan sebagai seni dan ilmu untuk membantu anak didik dalam belajar (the art and science of helping adults learn). Dalam hal ini posisi anak didik lebih dominan dalam proses belajar, guru hanya membantu, mengarahkan dan membimbing saja, anak didik-lah yang aktif dalam proses pembelajaran. (Knowles, 1970; cross, 1981)[16].
Dan karena setiap mata pelajaran, bahkan setiap satu pokok bahasan tidak cukup hanya dengan menggunakan satu pendekatan, maka pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran itu akan bersifat multi-pendekatan dan akan tercakup penggunaannya dalam sejumlah pendekatan yang lain secara serempak. Seperti yang diterangkan dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70)[17]. Misalnya dalam pembelajaran Agama Islam, pendekatan yang digunakan adalah (a) pendekatan pengalaman, (b) pendekatan rasional, (c) pendekatan emosional, (d) pendekatan fungsional, dll.

b.     Aspek Strategi, Metode dan Taktik
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri, dari awal pembelajaran hingga berakhirnya pembelajaran dalam pertemuan itu. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran/ pola khusus yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran yang berangkat dari titik tolak/ sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran. Menurut Atwi Suparman (2004:208) seperti yang dikutip oleh Bambang Warsita[18], secara garis besar, komponen strategi dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a)     Mengurutkan kegiatan pembelajaran
v    Pendahuluan dalam pembelajaran. Bagian ini merupakan bagian awal dalam proses pembelajaran, dalam bagian ini guru dituntut untuk bisa memberikan motivasi (penyemangat) diawal pembelajaran, mampu memusatkan perhatian anak didik pada materi, juga mengetahui persiapan/ kemampuan/  wawasan anak didik sebelum materi diajarkan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah memberi gambaran singkat tentang isi pelajaran, tujuan pembelajaran dan tanya jawab ringan dll.
v   Penyajian materi/ bahan ajar. Kegiatan ini merupakan inti dari pembelajaran. Dalam kegiatan ini anak didik ditanami pengetahuan baru dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Tahapan yang dilakukan adalah menguraiakan materi pelajaran, memberikan contoh atau ilustrasi, memberikan latihan yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Dalam tahap ini meliputi bagian-bagian sebagai berikut:
1)     Uraian (Explanation). Ini adalah tahap dimana guru menyampaikan materi/ konsep pembelajaran. Bisa dilakukan dalam bentuk verbal atau nonverbal seperti penggunaan media gambar, simulasi, gambar dan atau  benda asli dll. Dan dalam menyampaikan uraian materi, guru dapat menggunakan berbagai metode yang dikuasai dengan taktik/ gaya penyampaian yang unik dan menyenangkan agar anak didik tidak merasa bosan, jenuh, tidak semangat belajar dll.
2)     Contoh (Example) dan Noncontoh (NonExample). Benda atau kegiatan yang mengarah pada contoh sebagai wujud dari materi pelajaran yang sedang diuraikan yang bersifat konkret dan praktis dari uraian materi yang masih bersifat abstrak agar anak didik merasa lebih jelas.
3)     Latihan (Exercise). Adalah kegiatan praktik bagi siswa untuk menerapkan konsep, prinsip dari uraian pelajaran yang telah disampaikan, dari wujud yang abstrak untuk direalisasikan kedalam kegiatan/ tindakan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Tentunya latihan ini memerlukan bimbingan, petunjuk dan koreksi dari guru agar anak didik benar-benar menguasainya. Dan perlu diingat bahwa latihan ini adalah bagian dari proses pembelajaran, namun bukan tes.
v   Penutup. Tahapan ini adalah tahapan akhir dari urutan kegiatan pembelajaran. Tahapan yang dilakukan adalah memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik dengan mengguanakan tes formatif (Suharsimi Arikunto,1998:42)[19] maupun dengan umpan balik (feedback) dan selanjutnya adalah pemberian pengayaan/ tindak lanjut (follow up).

b)     Penggunaan metode dan taktik  yang tepat sesuai kebutuhan
Dengan metode ini guru dapat mencurahkan segala macam cara, rasa dan perasaannya untuk mengimplementasikan setiap rencana yang sudah disusun dalam rencana pembelajaran. Dalam penggunaan metode, tentunya melihat/ mempertimbangkan materi apa yang akan disampaikan, dan dalam satu pokok pembahasan bisa menggunakan banyak metode yang bertujuan agar tercapai standar kompetensi yang diharapkan.
Menurut Nana Sudjana (1989:69) metode yang baik digunakan adalah metode variasi/ kombinasi dari beberapa metode mengajar, Seperti yang diterangkan dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70)[20]. Misalnya pembelajaran Moral Pancasila, menggunakan metode (a) ceramah murni, (b) inquiry, (c) ceramah bervariasi, (d) demonstrasi, (e) karya wisata, (f) observasi, dll.
Didalam penerapan metode, memerlukan adanya taktik. Taktik ini bisa diwujudkan berupa style/gaya/tindakan teknis guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Tatik ini seharusnya bersifat unik dan kreatif untuk membangun semangat anak didik dalam proses belajar.

c)      Penggunaan media pembelajaran
Media/sarana/alat adalah segala bentuk dan saluran  yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Media pendidikan terdiri dari alat pengajaran, alat peraga, alat pendidikan[21], dapat berbentuk orang atau guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audiovisual (video), multimedia dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses pembelajaran.

d)     Pemanfaatan/ penggunaan alokasi waktu yang telah disediakan dengan baik.
Guru harus tahu alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran. Baik itu satu pokok bahasan atau satu kompetensi dasar didalam beberapa kali tatap muka. Tujuannya agar materi pelajaran yang sudah tersusun dalam rancangan pembelajaran/ silabus dapat tersampaikan semuanya.

e)     Pengelolaan kelas
Kelas merupakan lingkungan fisik yang meliputi ruang kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan ventilasi/ udara dan cahaya/ pencahayaan, dan pengaturan sarana yang lain. Dan juga merupakan lingkungan sosioemosional  yang meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik dan lain sebagainya. Menurut Winzer (1995), pengelolaan kelas adalah cara - cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.



C.      Tahap Evaluasi
Hamalik (1995:159) mengemukakan bahwa evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.[22]
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi untuk dijadikan tolak ukur perencanaan dan pengembangan pembelajaran kedepannya. Seharusnya evaluasi tidak hanya dilakukan dengan mengadakan ulangan harian atau ulangan umum saja. Tetapi, hendaknya dilakukan tiap kali selesai proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dan kemajuan peserta didik setiap kompetensi dasar dengan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Moekijat (seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
1)    Evaluasi belajar pengetahuan (kognitif), dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan.
2)    Evaluasi belajar keterampilan (psikomotorik), dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik itu sendiri.
3)   Evaluasi belajar sikap (afektif), dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program.
Untuk evaluasi aspek afektif dan psikomotorik bisa ditambah dengan pengadaan observasi dan angket. Dalam hubungannya dengan tes/ evaluasi perbuatan, Leighbody (1996). mengemukakan elemen-elemen yang dapat dikembangkan dengan format sebagai berikut:







No
Keterampilan yang diukur
Tanggapan guru
Simpulan
1
2
3

4

5
Kualitas penyelesaian pekerjaan.
Keterampilan menggunakan alat.
Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai.
Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan.
Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar dan symbol.



Kesimpulan akhir


Keterangan:
  • Tanggapan guru dapat berupa uraian pendapat/penilaian atau berupa tanggapan.
  • Simpulan adalah penilaian guru setiap aspek keterampilan yang diukur, bisa secara kualitatif (A, B, C, D), atau secara kuantitatif (10, 9, 8, 7).
  • Kesimpulan akhir adalah hasil kumulatif peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan atau kompetensi yang dikuasai. Kesimpulan akhir ini merupakan akumulasi dari setiap aspek yang diukur.
Menurut E. Mulyasa evaluasi mencakup pre-tes dan post-tes. Pre-tes merupakan pemberian tes pada awal pembelajaran dengan memiliki fungsi (1) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan. Sudah sejauh mana anak didik mempunyai wawasan tentang materi itu, sehingga disini siswa dituntut aktif dengan belajar sebelum pembelajaran dimulai. (2) Untuk menyiapkan anak didik dalam proses belajar yang akan berlangsung. Dengan adanya re-tes maka mereka akan berkonsentrasi dan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/selesaikan diakhir pembelajaran nanti. (3) Guru dapat mengetahui harus memulai pembelajaran dari mana, dimana siswa mulai mengalami kesusahan dalam materi pelajaran tersebut.
Sedangkan post-tes adalah pemberian pertanyaan diakhir pembelajaran. Pelaksanaan post-tes ini berfungsi (1) Untuk mengevaluasi/ memberikan penilaian apakah siswa sudah menguasai atau memahami konsep atau materi yang baru saja disampaikan atau belum, yang merujuk pada kompetensi dan tujuan yang harus dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran tersebut. (2) Untuk menentukan anak didik yang harus menjalani remedial atau pembelajaran ulangan dengan teknis yang diatur oleh guru agar tercapai kompetensi dan tujuan yang diharapkan/direncanakan. (3) Sebagai bahan acuan untuk evaluasi/ perbaikan dari pelaksanaan komponen dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Menurut B. Suryosubroto dalam proses evaluasi harus meliputi beberapa tahapan, yaitu:[23]
  1. Evaluasi formatif.
Yaitu pemberian tes/ penilaian oleh guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari (Suharsimi Arikunto, 1988:42).
  1. Evaluasi sumatif.
Yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu. Biasanya dilaksanakan pada akhir dari sistem per-catur wulan atau per-semester. (Suharsimi Arikunto, 1988:83).
  1. Pelaporan hasil evaluasi.
Pelaporan hasil evaluasi ini biasanya diwujudkan dengan adanya buku lapor, dimana didalamnya merupakan akumulasi hasil dari semua penilaian/ evaluasi selama beberapa kurun waktu, misalnya per-catur wulan /per-semester.
  1. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan ini diperuntukkan bagi anak didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut petunjuk teknis No.166/133.VI/91 dijabarkan sebagai berikut:
Apabila seorang siswa dalam ulangan (tes formatif / tes sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75%, maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan.(Dikdiksar, 1991:2).
Bentuk dari pelaksanaan perbaikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (1) Menjelaskan kembali materi pelajaran yang sedang/telah dipelajari. (2) Memberi tugas tambahan berupa mengerjakan kembali soal/ tugas, berdiskusi dengan temannya atau membaca kembali suatu uraian.
Sedangkan pengayaan diperuntukkan bagi anak didik yang telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Adapun bentuk pelaksanaan pengayaan dapat berupa membaca/ mempelajari bahan pelajaran selanjutnya/ yang baru atau menyelesaikan pekerjaan ruman (PR).


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan diatas, maka kita akan mengetahui bahwa segala sesuatunya dalam proses pembelajaran terdapat beberapa tahapan. Dimulai dari tahapan perencanaan pembelajaran atau persiapan pembelajaran yang kemudian apa yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan (tahap pelaksanaan pembelajaran) dan yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran dari semua komponen yang ada didalamnya, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran.
Dan bagi seorang pendidik/ guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya sebelum memulai pengajarannya/  kegiatannya. Agar pengajaran yang dilakukan itu efisien dan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa  prinsip yang perlu dipahami dan diterapkan oleh guru dalam mengaktualisasikan pengajarannya, diantaranya guru harus:
1.      Memahami tujuan pendidikan.
2.      Menguasai bahan ajar.
3.      Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.
4.      Memahami prinsip-prinsip mengajar.
5.      Memahami metode-metode mengajar.
6.      Memahami teori-teori belajar.
7.      Memahami beberapa model pengajaran yang penting.
8.      Memahami prinsip-prinsi evaluasi.
9.      Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.




DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Ramayulis. 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam.. Jakarta: Kalam Mulia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita, Bambang. 2008 . Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
 Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: Kencana.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
B. Uno, Hamzah. 2010. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
E. Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya.




[1] Suyono dan Hariyanto. “Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar”. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2011. Hal. 1
[2] Bambang Warsita. 2008 . Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.Hal 62
[3] Asmaun Sahlan dalam penjelasan perkuliahan strategi pembelajaran pada hari selasa 28 februari 2012 di ruang A.105 pukul 09.00 s/d selesai WIB
[4] Suyono dan Hariyanto. Op. cit. Hal 9-18
[5] Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. 1990. Jakarta: Kalam Mulia. Hal 72
[6] Ibid. Hal 78
[7] Dede Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 111
[8] Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal 222
[9] B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1997. Hal. 58-59
[10] B. Suryosubroto. Ibid. Hal 61
[11] Hamzah B. Uno. 2010. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 5
[12] Ibid.
[13] B. Suryosubroto. Op. cit. Hal 29-30
[14] Hamzah B. Uno. Op.cit. Hal 9 dan 17
[15] Muhaimin. Op.cit. Hal. 165
[16] E. Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda Karya. Hal. 122-123
[17] B. Suryosubroto. Op. cit. Hal. 45
[18] Bambang Warsita. Op. cit. Hal. 272-274
[19] B. Suryosubroto. Op. cit. Hal. 53.
Ada juga tes sumatif (tes/ penilaian yang dilakukan setelah satu jangka waktu tertentu, misalnya percatur wulan atau persemester. Lihat halaman 16)
[20] B. Suryosubroto. Ibid. Hal. 43-44
[21] Ibid. 34
[22] E. Mulyasa. Op.cit Hal 170-171
[23] B. Suryosubroto. Op.cit. Hal. 53-56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar