Senin, 15 April 2013

HIKMAH AKHLAQ ADIL DALAM KEHIDUPAN


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam kehidupan ini,  kita di anjurkan untuk bersikap adil, ini sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat. Akhlak menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia, baik dalam posisinya sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai bangsa. Penguatan akhlak dinilai strategis untuk mengatasi problem moral ditengah kompleksitas kehidupan bermasyarakat. Selain itu akhlak dapat menjadi barometer keshalehan seseorang di hadapan Ilahi dan sesama, karenanya seseorang yang berakhlak akan mendapatkan sebutan dari masyarakat sebagai orang shaleh.
Pembinaan akhlak dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diperkuat oleh berbagai regulasi kependidikan berupa undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan aturan lainnya. Dalam konteks ini, setiap institusi pendidikan harus mampu melakukan pembinaan terhadap akhlak peserta didiknya. Pembinaan akhlak melalui institusi pendidikan memiliki esensi bagi terwujudnya kepribadian peserta didik sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pembinaan akhlak yang dimaksud, yakni pembentukan karakter dan perilaku terpuji peserta didik yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari syara’.
kesamaan dan perbedaan itu tidaklah mendapat penekanan dalam hidup bersama karena pada hakekatnya manusia itu bersaudara. Sebagaimana pesan Nabi saw ketika haji wada’: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas non aran, tidak juga non arab atas orang arab, atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah, (yakni putih), tidak juga sebaliknya, kecuali dengan takwa. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. [1]
Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk membinanya, dan mengembangkannya di hati mereka. Islam menegaskan bahwa bukti keislaman ialah akhlak yang baik. Selain itu puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya. Maka tak heran jika kualitas keimananpun di ukur dari akhlak. Seluas apapun kadar keilmuan seseorang tentang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun pengaduannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak bisa memberi jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.
Akhlak dalam Islam tidak semata didasarkan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan. Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti didasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah Ta'ala. Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal ke negeri akhirat nanti. Namun demikian untuk memiliki akhlak yang mulia perlu adanya bimbingan secara khusus.
Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan sesamanya. Karena seseorang itu tidak mungkin dengan sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, kesenang-senangannya dan kebutuhan yang diperlukan oleh mentalnya.
Menurut riwayat Ahmad dan Muslim dan Abu Daud dan Nasa’i dari Aisyah: sesungguhnya Aisyah ditanya tentang akhlak nabi, maka dia menjawab: “Akhlak nabi adalah al-Qur’an.” Seperti yang disebut di atas. Dari hadis Nabi yang lain disebutkan tujuan beliau diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sebagai berikut: “sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak”. Dalam rangka kebaikan dunia, agama dan akhirat. Pernyataan yang lain yang disebut oleh Ibn Sam’any dan Ibn Mas’ud: “Allah telah mendidikku dengan sebaik-baik pendidikan”. Hadis shahih yang diriwayatkan Anas bin Malik dalam kitab Bukhari dan Muslim, katanya: Kata Anas: saya bekerja dengan nabi selama 10 tahun, Rasulullah tak pernah mengatakan: “ah” dan tidak pula Rasulullah mengomentari tentang sesuatu yang aku kerjakan dengan pertanyaan “kenapa engkau kerjakan?, atau sesuatu yang tak kukerjakan: “kenapa tak engkau kerjakan?” Diikhrajkan dari Ahmad dari Aisyah, kata Aisyah: Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun menampar pembantunya, isterinya, hanya saja dia berperang fisabilillah. Bila dia ditawari untuk memilih di antara dua masalah, dia akan memilih yang adil, yang lebih mudah, selama pilihan itu tidak berdosa. Apabila pilihan ini berdosa, maka ia jauh darinya. Dia tak marah kecuali kepada orang yang melanggar ketentuan Allah. Maka marahnya karena Allah SWT.
Dan sifat adil adalah sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau dapat pula dikatakan bahwa adil adalah menempatkan sesuatu pada proporsinya. sebagai perbuatan yang sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku.
1.2. Rumusan Masalah
A.      Apa dalil tentang berlaku adil
B.      Apa yang dimaksud dengan adil?
C.      Apa hikmah orang yang berlaku adil?
1.3. Tujuan
A.      Dapat mengetahui perintah nabi untuk berlaku adil
B.      Mengerti arti adil
C.      Dapat mengetahui dalil berlaku adil
D.     Mengetahui hikmah tentang berlaku adil







BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Adil
 Kali ini saya akan mengkaji dan memaparkan poros kedua dari akidah Akidah Islam yakni al-adl (keadilan).  Kata ‘adl adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘adala – ya‘dilu – ‘adlan – wa ‘udulan – wa ‘adalatan (عَدَلَيَعْدِلُعَدْلاًوَعُدُوْلاً - وَعَداَلَةً) . Kata kerja ini berakar dengan huruf-huruf ‘ain (عَيْن), dal (دَال) dan lam (لاَم), yang makna pokoknya adalah ‘al-istiwa’’ (اَلْاِسْتِوَاء = keadaan lurus) dan ‘al-i‘wijaj’ (اَلْاِعْوِجَاج = keadaan menyimpang).  Jadi rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang bertolak belakang, yakni lurus atau sama dan bengkok atau berbeda. Dari makna pertama, kata ‘adl berarti “menetapkan hukum dengan benar”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang, sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang.
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita mengakui hak hidup kita, maka sebaliknya kita wajib mempertahankan hak hidup denganbekerja keras tanpa merugikan orang lai. Halm ini disebabkan olerh karena orang lain pun mempunyai hak hidup seperti kita. Jika kita pun mengakui hak hidup orang lain, kita wajib memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mempertahankan hak hidupmereka sendiri.jadi, keadilan pada pokoknya terletak pada keseimbanganatau keharmonisan antara menuntut hak, dan menjalankan kewajiban.[2]
Dalam bahasa yang lain Adil adalah memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta’ala dalam al-Quran dan ketentuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar bergantung kepada akal manusia semata. Adil dapat diartikan sebagai perbuatan yang sesuai dengan orma-norma atau aturan-aturan yang berlaku. Contohnya, kalau datang terlambat untuk membeli tiket misalnya, maka tidak lazim untuk langsung menerobos ke depan, hendaknya menempati posisi di belakang, lalu mengikuti antrian untuk sampai ke loket.
Keadilan sangat diperlukan bagi Negara khususnya dan manusia pada umumnya, baik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan berbegara.dan ini dapat di lihat di berbagai bidang diantaranya ;politik, bidang social budaya, dan bidang pertahanan Negara.[3]
 Jadi, seorang yang ‘adil adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan itulah yang merupakan makna asal kata ‘adl, yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak” kepada salah seorang yang berselisih, dan pada dasarnya pula seorang yang ‘adil berpihak kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia melakukan sesuatu yang patut dan tidak sewenang-wenang.
Adil menurut Ahli sunnah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. [4]Dalam Q.S Almaidah ayat 8-10:
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, ketika menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena adil  karena itu lebih dekat kepada taqwa(8). Dan bertaqwalah kepada Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh,(bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar(9). Adapun  orang-orang yang kafir dan mendustakan, mereka itulah penghuni neraka(10).(Q.S Almaidah aya 8-10)
Ayat di atas menerangkan bahwasanya jadilah kamu penegak keadilan karena Allah. Karena sifat adil akan memperkuat takwa kepada Allah dan Allah menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan beramal shaleh,(bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.
Tidak dapat dipungkiri, al-Qur'an meningkatkan sisi keadilan dalam kehidupan manusia, baik secara kolektif maupun individual. Karenanya, dengan mudah kita lalu dihinggapi semacam rasa cepat puas diri sebagai pribadi-pribadi Muslim dengan temuan yang mudah diperoleh secara gamblang itu. Sebagai hasil lanjutan dari rasa puas diri itu, lalu muncul idealisme atas al-Qur'an sebagai sumber pemikiran paling baik tentang keadilan Kebetulan persepsi semacam itu sejalan dengan doktrin keimanan Islam sendiri tentang Allah sebagai Tuhan Yang Maha Adil.
B.      Dalil tentang berlaku adil
Dengan keadilan, dunia akan dipenuhi dengan kemakmuran, harta benda akan berkembang dan bertambah banyak, penguasa akan merasa aman dan pemerintahannya akan berumur panjang. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat menghancurkan dunia dan merusak serta mengotori hati-hati manusia daripada kezhaliman yang merupakan lawan dari keadilan. Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat adil dalam firmanNya, yang artinya :
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.(al hujarat :9)
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwasanya Allah selalu mencintai seseorang yang mempunyai laku baik salah satunya yaitu berlaku adil. Q.S An- Nahl Ayat 90, yang artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.Q.S An- Nahl Ayat 90)
Dari ayat diatas bahwasanya wajib bagi Allah untuk memberi pahala kepada orang yang berlaku adil dan memberi siksa kepada orang yang berbuat maksiat. Q.S An- Nisa’ ayat 105, yang artinya:
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), Karena (membela) orang-orang yang khianat[5]
Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia Menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi s.a.w. dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, Nabi sendiri Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.[6]
Dari isi kandungan ayat diatas bahwa Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad untuk membawa kebenaran. Agar dapat mengadili seluruh umat didunia.
Ø  Keadilan memiliki banyak aspek yang dapat ditunjukkan, antara lain:
a.       Yang pertama Adil terhadap Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah kepadaNya, mengimani nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya, menaatiNya dan tidak bermaksiat kepadaNya, senantiasa berdzikir dan tidak melupakanNya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak mengingkarinya.
  1. Yang kedua Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
  2. Yang ketiga Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada sebagian atas sebagian yang lainnya.
  3. Yang keempatAdil dalam perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta, berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.
  4. Yang kelima Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang menyelisihi keduanya.
  5. Yang keenam Adil dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.

C.      Hikmah berlakuAdil
Hikmah orang berlaku adil
1.      Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.
2.      Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara kekuasaannya.
3.      Keridhaan dari Allah Ta’ala terhadap orang yang adil.
4.      Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun makhluk lainnya.
5.      Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
6.      Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.
7.      Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan.
8.      Keadilan merupakan jalan menuju surga.
D.      ANALISIS
Sejak dari kecil kita selalu diajarkan sikap sopan santun, jujur,adil dan berbagai atutan-aturan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial. Pembelajaran tersebut bertujuan agar sejak dini kita dapat menanamkam dan menerapkan nilai-nilai atau norma-norma dalam diri kita yang sendirinya akan sangat mempengaruhi bagaimana kita bersikap di dalam lingkungan masayarakat kita. Apabila aturan-aturan yang berlaku dilanggar maka orang yang melanggarnya akan dikenakan hukuman yang berlaku di dalam masyarakatnya contohnya bila kita meludah sembarangan atau berbicara kotor kepada orang lain terutama orang yang lebih tua, maka kita telah melanggar norma kesopanan dan hukumannya adalah berupa teguran atau kita akan mejadi bahan omongan yang buruk dikalangan masyarakat kita.
Didalam kelompok masyarakat memiliki tolok ukur atau standar moral yang harus diterapkan dan dipatuhi oleh setiap orang di dalam masyarakatnya. Yaitu standar moral yang berhubungan dengan berbagai persoalan apa saja yang dapat menguntungkan atau merugikan manusia atupun anggota kelompoknya. Dan penentuan standar moral merupakan bagian dari Etika.
Agar setiap orang dapat menerapkan semua aturan di dalam masayarakat dengan baik,maka setiap orang perlu menanamkan berbagai sikap yang baik seperti kejujuran dan keadilan, sebab apabila setiap orang telah memiliki sikap jujur dan adil, maka ia akan selalu bersikap dan berkata jujur di dalam kehidupannya sehari-hari terutama dalam menjalankan pekerjaan yang menuntut adanya sikap kejujuran. Sehingga ia akan mudah mendapat percayaan dari orang lain dalam memjalankan tugas tertentu. Bersikap adil pun tak kalah pentingnya karena lebih menyangkut hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal hubungan antara pimpinanan dalam mengatur masyarakatnya ataupun bawahannya dala bekerja. Setiap orang dituntut untuk dapat bersikap adil yaitu tidak membeda-bedakan atau berbuat semena-mena terhadap orang lain. Karena apabila kita dapat berbuat jujur dan adil kepada orang lainnya maka kita dihormati oleh orang lain.
Setiap orang memiliki berbagai pekerjaan yang berbeda,berdasarkan bidangnya dan kelebihannya masing-masing. Selain tuntutan untuk dapat professional dalam menjalankan pekerjaannya setiap orang dituntut untuk dapat mematuhi berbagai aturan atau etika yang berlaku di lingkungan kerjanya. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukannya sikap jujur dan adil didalam bekerja. Dimana dalam setiap bekerja seseorang harus dapat jujur dalam berkata ataupun dalam menyelesaikan tugasnya , misalnya seseorang yang bekerja di bidang laporan keuangan maka ia seharusnya dapat menyajikan laporan keuangan yang sesungguhnya tanpa dikurangi ataupun ditambah-tambahkan.
Dalam suatu organisasi usaha setiap orang yang satu dengan yang lainnya pastinya akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, satu bagian yang satu akan berhungungan dengan bagian yang lainnya dan atasan akan berhubungan dengan bawahannya ataupun sebaliknya. Seorang pemimpin harusnya dapat berbuat adil dalam membuat suatu keputusan, karena baik ataupun buruknya keputusan yang diambil akan berdampak kepada kegiatan perusahaannya terutama untuk para pegawainya. Begitu juga para pegawai yang bekerja di dalam usaha atau perusahaan tersebut dalam bekerja haruslah dapat berbuat adil kepada pegawai lain dan tidak saling menjatuhkan anatara satu dengan yang lainnya.
Pada saat ini banyak sekali orang yang tidak lagi dapat bersikap jujur dan adil,hal ini dapat dilihatnya semakin maraknya korupsi, yang dilakukan dilakukan para koruptor yang tak lain adalah pegawai atau pejabat pemerintah. Mereka menggunakan jabatannya untuk dapat mencuri uang negara dalam jumlah miliaran bahkan triliyunan rupiah. Banyak sekali dana (uang) dari pemerintah yang seharusnya diberikan kepada rakyat dan untuk pembangunan negara, malah disalahgunakan untuk kepentingan diri sendiri yaitu untuk memperkaya diri sendiri. Mereka sebenarnya mengerti bahwa di dalam bekerja mereka dituntut untuk dapat bersikap jujur dan adil, namun mereka tidak memahami dan melaksanakannya dalam aktivitas kehidupannya. Mereka pun sebenarnya menyadari bahwa tindakan mereka dapat merugikan orang banyak atau menghancurkan usaha tempat mereka bekerja, tetapi karena mereka lebih mementingkan keuntungan dan kesenangan diri sendiri mereka pun dengan mudah melakukannya tanpa memperdulikan aturan atau etika yang telah mereka langgar.
Tidak dapat dibayangkan apabila setiap orang yang bekerja di dalam bidangnya masing- masing sudah tidak mempunyai adil di dalam dirinya, pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di segala aspek kehidupan. Misalnya aspek perekonomian akan menjadi hancur, kehidupan masyarakatnya menjadi miskin dan jauh dari kesejahteraan dan tindak kejahatan dan ketidakadilan akan terjadi dimana-mana.
Oleh sebab itu memiliki sikap adil sangatlah penting, dengan bersikap jujur dan adil maka orang lain akan dapat memberikan kepercayaannya kepada kita dalm hal-hal yang dianggapnya penting seperti kita akan dipercaya oleh pimipinan kita untuk dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dan pemimpin yang mememiliki sikap dan adil dalam dirninya, ia akan disegani dan menjadi panutan bagi bawahannya bahkan masyarakat banyak.





BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adil adalah memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta’ala dalam al-Quran dan ketentuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar bergantung kepada akal manusia semata. Dan dapat dikatakan juga sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan salah satu firman Allah yang menjelaskan berlaku adil yaitu dalam (Q.S An-Nahl ayat 90) yang artinya: “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member bantuan kepada kerabat, dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil palajaran”( Q.S An- Nahl Ayat 90)
B.      Saran
Marilah kita selalu menjujung tinggi keadilan serta menegakkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena itu tugas utama pokok manusia adalah menegakkan keadilan. Adil terhadap diri, keluarga dan masyarakatnya.











DAFTAR PUSTAKA
Mudjab mahali, , Kajian tentang Keimanan dan Keislaman menurut Al-Quran dan Hadis, Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1994
Shihab, Quraish, Tafsir al Misbah, Pesan Dan Kesan Keserasian Al Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, vol. 13, 2004
Abdullah, yatimin, pengantar study etika, PT rajagrafindo  persada, Jakarta,2006
Hasan, M. Ali, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang,  Jakarta 1978,
Alfat, Hasan, dkk.. Aqidah Akhlak. Jakarta. CV Toha Putra Semarang. 1994
Attfield, robin, etika lingkungan global, kreasi wacana, bantul.1999
Magnis, franz suseno, etika politik, prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern. Gramedia pustaka utama, Jakarta.2003.




[1] m. Quraish shihab, Tafsir al Misbah, Pesan Dan Kesan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2004), vol. 13, h. 261
[2] M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Bulan Bintang,  Jakarta 1978,
[3] Yatimin Abdullah, pengantar study etika, PT, rajagrafindo perasada, Jakarta, 2006.hal 546
[4] Mudjab Mahali, kajian tentang keimana dan keislaman menurut AlQuran dan Hadis, 1994.
[5] ayat Ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. hal Ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada nabi s.a.w. dan mereka meminta agar nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, nabi sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.
[6]Hasan Alfat, dkk.. Aqidah Akhlak. Jakarta. CV Toha Putra Semarang. 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar