Kamis, 25 April 2013

ADAB MAKAN DAN MINUM



1.1Latar Belakang
Setiap manusia pasti memerlukan makanan agar dapat bertahan hidup. Selain itu khususnya orang muslim ketika makan dan minum hendaklah bertujuan untuk memelihara kesehatan badannya agar bisa melak-sanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. Dengan ibadah tersebut dia akan mendapatkan kemuliaan dan kesenangan di akhirat. Karenanya seorang muslim tidak seharusnya makan dan minum semata karena hawa nafsu.
Selain itu sesungguhnya mengikuti jejak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah kemenangan dan ketinggian derajat, kebahagian dan keselamatan dunia dan akhirat. Akan tetapi, saat ini sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kian terasa asing dan tidak sedikit dari kaum muslimin yang meninggalkannya. Diantara sunnah Rasulullah saw yang banyak ditinggalkanoleh umatnya adalah sunnah-sunnag ketika makan dan minum.
Orang muslim menghadapi hidangan dengan rasa syukur dan taqwa, lalu makan dan minum sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasalam.
Islam adalah dien rahmat bagi semesta alam. Dien yang menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari masalah yang paling kecil dan ringan hingga masalah yang paling besar dan berat. Demikianlah kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang, malamnya bagaikan siang. Sehingga tidak ada satupun permasalahan yang tersisa melainkan telah dijelaskan didalamnya. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam adalah adanya aturan-aturan dan adab ketika makan dan minum. Bagaimanakah agama Islam nan sempurna ini mengaturnya? Pada edisi kali ini, kami menuliskan beberapa adab makan dan minum yang diatur dalam agama kita yang mulia, berdasarkan dalil-dalil dalam al-Qur’an dan Sunnah.
1.2Rumusan Masalah
1.      Bagaimana adab makan dan minum dalam agama Islam?
2.      Bagaimana Cara Makan dan Minum yang dicontohkan Rasulullah saw?
3.      Apa hikmah dari mengamalkan adab makan dan minum?
1.3Tujuan
1.      Memahami adab makan dan minum dalam agama Islam.
2.      Memahami cara makan dan minum Rasulullah serta mengamalkannya.
Memahami hikmah dari amalan adab makan dan minum.
2.1 Adab-adab Ketika Makan dan Minum
1.    Berdo’a sebelum makan
Permasalahan yang sungguh sangat ringan, namun sering terlalaikan oleh sebagian kaum muslimin, yaitu berdo’a sebelum makan. Padahal lebih ringan daripada sekedar mengangkat sesuap nasi ke mulut dan tidak lebih berat dari menahan rasa lapar.
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: بسم الله, فَإِنْ نَسِيَ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّ لِهِ وَآخِرِهِ
“Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia mengucapkan “Bismillah” (Dengan nama Allah), dan bila dia lupa diawalnya hendaklah dia mengucapkan “Bismillah fii awwalihi wa akhirihi” (Dengan nama Allah di awal dan diakhirnya).”(Shahih Sunan At-Tirmidzi 2/167 no.1513 oleh Asy-Syaikh Al-Albani )[1]
Dalam hadits yang lain dari Shahabat yang membantu Rasulullah saw selama 18 tahun, dia bercerita bahwa: “Dia selalu mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam apabila mendekati makanan mengucapkan ‘bismillah’.”(HR. Muslim)
Berdasarkan dalil yang shahih dan sharih (tegas) di atas, menerangkan bahwa membaca ‘bismillah’ ketika makan dan minum adalah wajib dan berdosa bila meninggalkannya. Rasulullah saw  berkata kepada ‘Umar bin Abi Salamah:
يَاغُلاَمُ,سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ
“Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu…”(HR.Al Bukhari dan Muslim).
2.    Menggunakan tangan kanan
Makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib, dan bila seseorang makan dan minum dengan tangan kiri maka berdosa karena dia telah menyelisihi perintah Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya serta merupakan bentuk perbuatan tasyabbuh (meniru) perilaku setan dan orang-orang kafir. Rasulullah saw bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri.”(HR. Muslim)[2]
3.      Makan dari arah pinggir dan disekitarnya
Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dan pada bimbingan beliau terkandung barakah serta merupakan penampilan adab yang baik.
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا وُضِعَ الطَّعَامُ فَخُذُوْا مِنْ حَافَتِهِ وَذَرُوْا وَسْطَهُ فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِيْ وَسْطِهِ
“Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan jauhi (memulai) dari tengahnya, karena sesungguhnya barakah itu turun di tengah-tengah makanan.”(Shahih Sunan Ibnu Majah no.2650 oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Rasulullah saw berkata kepada ‘Umar bin Abi Salamah:
يَاغُلاَمُ,سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada disekitarmu (didekatmu).”(HR.Al Bukhari dan Muslim).[3]
4.    Duduk saat makan
Islam mengajarkan bagaimana cara duduk yang baik ketika makan yang tentunya hal itu telah dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Sifat duduk Rasulullah saw ketika makan telah diceritakan oleh Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu: “Nabi memiliki sebuah qas’ah (tempat makan/nampan) dan qas’ah itu disebut Al-Gharra’ dan dibawa oleh empat orang. Di saat mereka berada di waktu pagi, mereka Shalat Dhuha, lalu dibawalah qas’ah tersebut ¬dan padanya ada tsarid (sejenis roti) ¬ mereka mengelilinginya. Tatkala semakin bertambah (jumlah mereka), Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam duduk di atas kedua betis beliau. Seorang A’rabi (badui) bertanya: “Duduk apa ini, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam” Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang dermawan dan Allah tidak menjadikan aku seorang yang angkuh dan penentang.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Shahih)[4]
Kenapa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam duduk dengan jatsa (di atas kedua lutut dan kaki)? Ibnu Baththal mengatakan: “Beliau melakukan hal itu sebagai salah satu bentuk tawadhu’ beliau.” {Fathul Bari, 9/619}
Al Hafidzh Ibnu Hajar juga menerangkan:”…maka cara duduk yang disunnahkan ketika makan adalah duduk dengan jatsa. Artinya duduk di atas kedua lutut dan kedua punggung kaki, atau dengan mendirikan kaki yang kanan dan duduk di atas kaki kiri.”(Fathul Bari)
5.    Tidak boleh mencerca makanan

Semua yang kita makan dan minum merupakan rizki yang datang dari Allah subhanahu wata’ala, maka tidak boleh bagi kita untuk menghina ataupun mencerca sedikitpun dari apa yang telah diberikan Allah swt. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita suatu adab yang mulia ketika tidak menyukai makanan yang dihidangkan sebagaimana dalam hadits:
Dari Sahabat Abu Hurairah r.a, beliau berkata:
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ, إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُُ
“Rasulullah saw tidak pernah mencerca makanan sama sekali. Bila beliau mengiginkan sesuatu beliau memakannya dan bila tidak suka beliau meninggalkannya.”(HR. Al Bukhari dan Muslim)[5]
6.    Berdo’a sesudah makan
           Sesungguhnya Allah swt meridhai terhadap seorang hamba yang makan dan minum, kemudian memuji-Nya. Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ اْلأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشُّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
            “Sesungguhnya Allah betul-betul ridha terhadap seorang hamba yang memakan makanan, kemudian memuji-Nya dan yang meminum minuman lalu memuji-Nya.” {HR. Muslim}
            Adapun di antara beberapa contoh do’a sesudah makan dan minum adalah sebagai berikut ini. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَكَلَ طَعَامًافَقَالَ “الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلِ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ” غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
            “Barangsiapa memakan makanan dan dia mengatakan “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan ini, dan memberiku rizki dengan tanpa ada daya dan kekuatan dariku.” Maka akan diampuni dosanya.”{HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Shahih}
Rasulullah saw bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبُّنَا
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah. Dia tidak membutuhkan pemberian makanan (karena Dia yang memberi makanan), tidak ditinggalkan dan tidak membutuhkan makanan itu ya Rabb kami.” {HR. Al Bukhari, Tirmidzi dengan lafadznya}.
6.    Makan secara berjamaah
Rasulullah saw bersabda sebagaimana dalam riwayat Jabir ra

أَحَبُّ الطَّعَامِ إِلَى اللهِ مَا كَثُرَتْ عَلَيْهِ اْلأَ يْدِي
“Makanan yang paling dicintai oleh Allah adalah bila banyak tangan (berjama’ah pada makanan tersebut).” (HR. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan selain beliau dan hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 2/562 no 895). Rasulullah saw bersabda:

فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَا مِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ
“berjama’ahlah kalian pada makan kalian dan bacalah nama Allah, niscaya Allah akan menurunkan barakah.” (HR. Ibnu Majah. Shahih)
7.    Menjilat tangan dan bejana (tempat makan)
Rasulullah saw bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ مِنَ الطَّعَامِ فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَاأَوْيُلْعِقَهَا, فَإِنَّهُ لاَيَدْرِ ي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatnya atau memberikan kepada orang lain untuk menjilatnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui tempat terletaknya barakah.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad-Darimi. Shahih).
8.    Mengambil makanan yang terjatuh[6]
Termasuk dalam tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan berarti bahwa Islam tidak menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karena itu ketika mengambil makanan yang jatuh tersebut harus dibersihkan bila terdapat kotoran padanya.
Rasulullah saw bersabda:

إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَاكَانَ مِنَ اْلأََذَى وَلْيَأْكُلْهَاوَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَا
“Apabila terjatuh makanan salah seorang dari kalian, maka ambilah lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian makanlah dan jangan membiarkannya bagi syetan.” (HR. Muslim)
9.      Tidak bernafas di bejana atau meniup makanan[7]
dari sahabat Ibnu ‘Abbas r.a:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي أَنْ يَتَنَفَّسَ فِي اْلإِنَاءِ أَوْ يَنْفُخَ فِيْهِ
“Bahwa Rasulullah saw telah melarang bernafas di dalam bejana atau melarang untuk meniup padaya.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1539 dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani.

2.2           Cara Makan dan Minum Rasulullah saw
Rasulullah saw selalu mengawali aktifitas makannya dengan membaca Bismillah dan mengakhirinya dengan bacaan Alhamdulillah. Rasulullah selalu makan dengan tangan kanan, memperkecil suapan agar mudah dimasukkan ke dalam mulut, mudah dikunyah dan ditelan, sehingga tidak berhenti di tenggorokan. Rasulullah selalu mengunyah makanan dengan baik sehingga lambungnya tidak akan bersusah payah atau tidak akan mengalami kesulitan saat mencerna. Sebab, tubuh manusia tidak dapat mengambil manfaat dari makanan yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus.[8]
Rasulullah saw selalu makan dengan cara mengambil makanan yang terdekat terlebih dahulu dan tidak pernah mengambil makanan yang terdapat ditengah terlebih dahulu.[9] Rasuluullah menganjurkan agar tidak tergesa-gesa saat makan dan minum. Tunggu hidangnan yang dimakan atau diminum itu mencapai suhu normal. Beliau selalu menyantap setiap makanan yang dihidangkan kepadanya, dan tidak pernah mencela makanan tersebut. Jika tidak menyukai suatu makanan, beliau tidak akan mendekatinya. Sebagai contoh, Rasulullah pernah menolak untuk memakan Biawak karena tidak terbiasa makan binatang tersebut. Meski demikian, Rasul tidak mengharamkan Biawak bagi umatnya. [10]
Rasulullah tidak pernah makan dengan lahap atau rakus seperti yang sering dilakukan sebagian orang. Selain itu, beliau telah memberikan contoh berkaitan dengan sikap tidak berlebih-lebihan dalam hal makan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Rasulullah selalu bersikap zuhud dalam menjalani kehidupannya. Maksudnya Rasulullah tidak berlebih-lebihan ketika makan.[11]
Diriwayat al Thabrani dalam al Ausath, dari hadits Ka'b bin 'Ujrah, "aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tiga jari; yaitu ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Kemudian aku melihat beliau menjilati ketiga jarinya tersebut sebelum mengusapnya. Jari tengah dulu, lalu jari telunjuk, kemudian ibu jari. Hikmahnya, karena jari tengah lebih kotor karena lebih panjang sehingga sisa makanan lyang menempel lebih banyak dibandingkan jari yang lain. Karena panjang, sehingga lebih dulu jatuh ke makanan. Boleh jadi, yang dijilat dulu adalah bagian dalam telapak lalu ke bagian luarnya. Dimulai dari jari tengah, lalu berpindah ke jari telunjuk dan berakhir ke ibu jari.
2.3           Hikmah Melaksanakan Adab Makan dan Minum
Membaca bismillah sebelum makan berfungsi mencegah setan dari ikut berpartisipasi menikmati makanan tersebut. Hudzaifah r.a mengatakan, “Apabila kami makan bersama Nabi saw, maka kami tidak memulainya sehingga Nabi memulai makan. Suatu hari kami makan bersama Nabi, tiba-tiba datanglah seorang gadis kecil seakan-akan anak tersebut terdorong untuk meletakkan tangannya dalam makanan yang sudah disediakan. Dengan segera Nabi memegang tangan anak tersebut. Tidak lama sesudah itu datanglah seorang Arab Badui. Dia datang seakan-akan di dorong oleh sesuatu. Nabi lantas memegang tangannya. Sesudah itu Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya syaitan turut menikmati makanan yang tidak disebut nama Allah padanya. Syaitan datang bersama anak gadis tersebut dengan maksud supaya bisa turut menikmati makanan yang ada karena gadis tersebut belum menyebut nama Allah sebelum makan. Oleh karena itu aku memegang tangan anak tersebut. Syaitan pun lantas datang bersama anak Badui tersebut supaya bisa turut menikmati makanan. Oleh karena itu, ku pegang tangan Arab Badui itu. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya sesungguhnya tangan syaitan itu berada di tanganku bersama tangan anak gadis tersebut.” (HR Muslim no. 2017)[12]
Hikmah dari larangan mengambil makanan yang berada di hadapan orang lain, adalah perbuatan kurang sopan, bahkan boleh jadi orang lain merasa jijik dengan perbuatan itu.
Mengambil posisi duduk tegak tanpa bersandar, posisi duduk tegak tidak membungkuk tidak menyebabkan perut terlipat dan diafragma lebih terdorong ke bawah rongga dada sebagai wadah membantu pernapasan juga menjadi lebih lapang.[13]
Perintah untuk menjilati sisa makanan yang menempel pada tangan dan piring sebelum dibersihkan, baik dengan dilap atau dicuci, memiliki beberapa alasan. Dalam beberapa hadits disebutkan dengan jelas, yaitu untuk meraih berkah makanan.  Namun bukan berarti hadits-hadits itu membatasi hikmah lainnya.
Sesungguhnya makanan yang kita santap mengandung barakah. Namun kita tidak mengetahui letak keberkahan tersebut. Apakah dalam makanan yang sudah kita santap, ataukah yang tersisa dan melekat di jari, ataukah yang tersisa di piring, ataukah berada dalam suapan yang jatuh ke lantai. Karenanya kita harus menjaga hal ini agar mendapat barakah. Ibnu Daqiq al-'Ied rahimahullah, berkata, "alasan tentang hal ini sangat jelas dalam beberapa riwayat. Yaitu, "karena dia tidak tahu pada makanan mana terdapat barakah."[14]
Hikmah lainnya, agar tidak tumbuh sifat sombong dalam diri dengan meremehkan makanan yang sedikit dan menurut kebiasaan dianggap sesuatu yang remeh. Al Qadli 'Iyadh berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan hal itu agar tidak meremehkan makanan yang sedikit." (Dalam al Fath)[15]













Daftar Pustaka

Abdul Basith, Muhammad as-Sayyid. 2007.  Inilah Makanan Rasulullah saw. Jakarta: Group Maghfirah
ADAB MAKAN DAN MINUM 1 « evialfadhl.htm
Ahsin W Al-Hafidz. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta. Amzah
http://yarobbi.com/artikel-kesehatan/tata-cara-makan-terbaik



[1] Ahsin W Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, (Amzah: Jakarta, 2007), hal. 219
[2] Op Cit, hal.1
[3] Ahsin W Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, (Amzah: Jakarta, 2007), hal. 220
[4] ADAB MAKAN DAN MINUM 1 « evialfadhl.htm (diakses pada tanggal 27 September 2011, pkl. 20:20)
[5]  Ahsin W Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, (Amzah: Jakarta, 2007), hal. 221-222
[6] ADAB MAKAN DAN MINUM 1 « evialfadhl.htm (diakses pada tanggal 27 September 2011, pkl. 20:20)
[7] Ibid...6
[8] Abdul Basith, Muhammad as-Sayyid, Inilah Makanan Rasulullah saw, (Group Maghfirah, Jakarta, 2007), hal. 81
[9] Ibid….. hal. 82
[10] Ibid….. hal. 87
[11] Ibid, ….hal. 88
[15] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar