BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Konstruktivisime
merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun
dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam
kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti
tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.
Menurut
paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh
dipindahkan dari guru kepada siswa atau anak didik dalam bentuk yang serba
sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman
masing – masing.
Pembelajaran
dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri dan
guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered
bukan teacher centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah
satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan
mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan dalam proses pemikiran anak.
Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas yang berwujud secara
terasing dalam lingkungan sekitar.
Untuk
membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil kira
struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila istilah baru telah
disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka,
barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. Hal
inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian teori belajar
konstruktivistik ?
2.
Bagiamana implikasinya dalam
pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akar
sejarah teori konstruktivistik
Revolusi
konstruvistik mempunyai akar yang jauh dalam akar pendidikan dan pendekatan itupun
sangat mengandalkan karya peaget dan Vygotsky sebagai sumbernya, yang keduanya
menekankan bahwa perubahan kognisi terjadi hanya ketika konsepsi sebelumnya
mengalami proses disekuilibrasi dari sudut informasi baru. Keduanya juga
menekankan sifat sosial pembelajaran, dan keduanya menyarankan menggunakan
kelompok belajar dengan kemampuan campuran untuk meningkatkan perubahan
konsepsi.
Pemikiran
konstruktivistik medern paling banyak menggunakan teori Vygotsky yang telah
digunakan untuk mendukung metode pengajaran di ruang kelas yang menekankan
pembelajaran kerjasama. Ada empat prinsip utama dari gagasan Vygotsky yang
telah memainkan peran penting yaitu:
1. Pembelajaran
Sosial,
Penekanan pada sifat pembelajaran anak-anak belajar, ia berpendapat melalui
interaksi bersama dengan orang dewasa dan teman-teman akan lebih mampu. Dalam
proyek kerjasama, anak-anak dihadapkan pada proses pemikiran dari teman-teman
mereka, metode ini bukan hanya memungkinkan hasil pembelajaran yang tersedia
bagi siswa, tetapi juga memungkinkan proses pemikiran siswa tersedia bagi
semua.
Vygotsky
mencatan bahwa orang-orang yang berhasil memecahkan masalah-masalah yang sulit.
Dalam kelompok kerjasama, anak-anak dapat mendengarkan pembicaraan batin dengan
dapat mempelajari cara orang-orang yang berhasil memecahkan masalah berfikir
melalui cara mereka sendiri.
2. Zona
perkembangan proksimal: Konsep utama yang kedua ialah, gagasan bahwa anak-anak paling
baik mempelajari konsep yang berada pada zona perkembangan proksimal mereka.
Anak-anak yang bekerja dalam zona perkembangan proksimal mereka akan terlibat
dalam tugas yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri dan hanya dapat dikerjakan
dengan bantuan orang dewasa. Ketika anak-anak bekerjasama, kemungkinan akan
mempunyai tempat yang terampil dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan
tingkat kognisi yang lebih tinggi tentunya.
3. Masa
Magang Kognisi, selain masa proksimal Vygotsky juga menekankan pada masa magang
kognisi istilah ini merujuk pada proses yang digunakan seorang pelajar untuk
memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar, apakah orang dewasa atau
teman atau yang lebih tua darinya yang pasti lebih mempunyai otoritas dalam hal
tersebut. Pengajaran inilah yang disebut masa magang kognisi.
Para
ahli teori konstruktivis menyarankan kepada para pendidik agar mengalihkan
kegiatan pembelajaran kepada kegiatan sehari-hari diluar kelas, yaitu dengan
melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang rumit bagi mereka sendiri dan
melibatkan siswa dalam kelompok yang kooperatif, dimana siswa yang lebih mampu
akan membantu siswa yang kurang mampu untuk melalui tugas-tugas yang telah
diberikan .
4. Pembelajaran
termediasi, dalam pembelajaran ini, siswa harus diberi pekerjaan atau tugas
yang rumit, sulit, dan realitas akan tetapi kemudian diberikan sedikit bantuan
untuk mencapai tugas-tugas yang tealah diberikan, akan tetapi bukan berarti
diajarkan bagian-bagian kecil pengetahuan yang pada suatu hari berkembang
menjadi sebuah tugas yang sulit.
Prinsip ini digunakan untuk
mendukung penggunaan proyek di ruang kelas, similasi, penjajakan dalam
komunitas, penulisan untuk pembaca yang sesungguhnya, dan tugas-tugas otentik
lainnya.[1]
B. Pengertian
teori belajar komstruktivistik
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema
sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.
Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara
aktif dan terus-menerus.[2]
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori belajar ini(konstruktivistik) mula-mula digagas oleh
giambatissta vico (1710). Dalam bukunya yang berjudul De antiquissme
italurum sepientia, yang artinya “tuhan adalah sang pencipta alam
semesta dan manusia adalah sebagai tuannya.” Dia menjelaskan bahwa tuhan
yang lebih tahu seluk beluk alam semesta ini, karena Dia yang telah
menciptakannya dan dari apa Dia buat. Sementara itu manusia dapat mengetahui
sesuatu yang telah dikonstruksinya.[3]
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat
belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan
pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.
Adapun
karakteristik/ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
ü Memberi
peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia
sebenar
ü Menggalakkan
soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan
merancang pengajaran.
ü Menyokong
pembelajaran secara koperatif
ü Menggalakkan
& menerima daya usaha & autonomi murid
ü Menggalakkan
murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
ü Menganggap
pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
ü Menggalakkan
proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Dan yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam
benaknya sendiri.
konsep pembelajaran menurut teori konstruktivistik adalah suatu
proses pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru brdasarkan data
hingga menjadikan sebuah pengetahuan yang bermakna,[4]
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. Dalam
konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang
sudah ada.
Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang
utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Bahan pengajaran yang
disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik
minat pelajar[5].
C. Tokoh-tokoh
teori belajar konstruktivistik
1. Driver dan
Bell
Driver dan
Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut :
ü siswa tidak
dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
ü belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
ü pengetahuan
bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
ü pembelajaran
bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
ü kurikulum
bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan
sumber.
2. J.J. Piaget
Berikut
adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan
intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa jugaa disebut tahap
perkembagan mental, sebagai berikut :
ü perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama,
ü tahap-tahap
tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan,
pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual,
ü gerak
melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),
proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Selanjutnya,
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis, menegaskan bahwa pengetahuan
tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi
tersebut mempunyai tempat . Ruseffendi(Muhammad thabrani dan arif mustofa).
Pengertian
tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan
skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah
ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Suparno(Muhammad thabrani dan arif
mustofa).
3. Vigotsky
Berbeda
dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang
dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan
lain Tanjung (Muhammad thabrani dan arif mustofa) mengatakan bahwa inti
konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang
penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
4. Tasker
Tasker
(Muhammad thabrani dan arif mustofa) mengemukakan tiga penekanan dalam teori
belajar konstruktivisme sebagai berikut :
ü peran aktif
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna,
ü pentingnya
membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna,
ü mengaitkan
antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
5. Wheatley
Wheatley
(Muhammad thabrani dan arif mustofa) mendukung pendapat di atas dengan
mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar
konstrukltivisme.
ü Pertama,
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh
struktur kognitif siswa.
ü Kedua,
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua
pengertian diatas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengonstruksian ilmu
pengetahuan ,melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik, hudoyo (Muhammad
thabrani dan arif mustofa) mengatakan bahwa seorang akan lebih mudah mempelajari
sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah di ketahui orang lain.
Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru. Pengalaman belajar
yang lalu dari dari seseorang kan mempengarui terjadinya prosese belajar
tersebut.
6. Hanbury
Selain
penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (Muhammad thabrani dan arif mustofa), mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu :
ü siswa
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki,
ü pembelajaran menjadi lebih bermakna karena
siswa mengerti,
ü strategi
siswa lebih bernilai,
ü siswa
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman.[6]
D. Implikasi
teori pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
1. Setiap guru
akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya
namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian
siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar
tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan
usaha yang keras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami
suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas setiap
guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun
atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya.
3. Untuk
mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang
dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
4. Siswa perlu
mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi
sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan
situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat
konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
5. Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
6. Latihan
memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Peserta
didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang
membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
Para
pengajar diharapkan dapat belajar sepanjang hayat seirama dengan pengetahuan
yang mereka perlukan untuk mendukung pekerjaannya serta menghadapi tantangan
dan kemajuan sains dan teknologi. Pengajar tidak diharuskan memiliki semua
pengetahuan, tetapi hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan
yang mereka perlukan, di mana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya. Para
pengajar diharapkan bertindak atas dasar berpikir yang mendalam, bertindak
independen dan kolaboratif satu sama lain, dan siap menyumbangkan
pertimbangan-pertimbangan kritis.
Para
pengajar diharapkan menjadi masyarakat yang memiliki pengetahuan luas dan
pemahaman yang mendalam. Di samping penguasaan materi, pengajar juga dituntut
memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari
topik-topik yang beragam.
Oleh karena
itu, peranan pengajar tidak lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang
berbeda dengan pandangan tradisional. Tugas sebagai fasilitator relatif lebih
berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Pengajar sebagai
fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model,
pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator, secara lebih spesifik
peranan pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai
manager, dan sebagai mediator. Sebagai expert learners, pengajar diharapkan
memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang
cukup untuk pebelajar, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor
proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika pebelajar sulit
mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan
psikomotor pebelajar.
Sebagai
manager, pengajar berkewajiban memonitor hasil belajar para pebelajar dan
masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan
interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan
tugas. Dalam hal ini, pengajar berperan sebagai expert teacher yang memberi
keputusan mengenai isi, menyeleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan
pengetahuan awal dan pengelompokan pebelajar.
Sebagai
mediator, pengajar memandu mengetengahi antar pebelajar, membantu para
pebelajar memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual
dari suatu masalah, memandu para pebelajar mengembangkan sikap positif terhadap
belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan
awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para pebelajar,
pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada pebelajar ikut berpikir
kritis.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
teori
kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta,memahami dan makna
sesuatu makna dari apa yang dipelajari, dengan bantuan guru atau yang lainnya.
pendekatan
pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi
peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang
sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh
suatu konsep atau pengetahuan.
guru dapat
membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang
pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagai pengajar
akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara atau
fasilitator.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih,asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta.
Rinekacipta.
Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta. Rajawali
Pers.
Smith, Mark. K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran.
Yogyakarta. Mirza.
Yamin, Martinis. 2008. Paradikma Pendidikan Konstruvistik.
Jakarta. GP Press.
Slavin, Robert. E. 2006. Psokologi Pendidikan Teori dan Praktik.
Jakarta. Indeks
Thobroni, Muhammad dan arif mustofa. 2011. Belajar dan
pembelajaran. Pustaka Ar-ruzz : Jogjakarta
Santyasa, I Wayan. 2004. Model Problem Solving Dan Reasoning
Sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif. Makalah disajikan dalam KONASPI V
tanggal 5 – 9 Oktober 2004 di Surabaya.
[1]
Robert e.slavin.psikologi pendidikan 2009 (pustaka indeks.jakarta) hal 8
[2]
Muhammad thobroni dan arif mustofa, belajar dan pembelajaran,2011,
(Jogjakarta. Ar-ruzz media) hal 107
[3]
Martinis yamin, paradigm pendidikan konstruktivistik, 2008 (Jakarta.
Gaung persada press) hal 7
[4]
Sukardjo, ukim komaruddin, landasan pendidikan, 2010 (rajagrafindo.
jakarta) hal 56
[5]
Muhammad thobroni dan arif mustofa, belajar dan pembelajaran,2011,
(Jogjakarta. Ar-ruzz media) hal 116
[6]
Muhammad thobroni dan arif mustofa, belajar dan pembelajaran,2011,
(Jogjakarta. Ar-ruzz media) hal 114
[7] Santyasa, I Wayan. 2004. Model Problem Solving Dan Reasoning Sebagai
Alternatif Pembelajaran Inovatif. Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar