BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kepribadian adalah sesuatu yang pasti
terdapat dalam diri setiap manusia, baik manusia itu beragama maupun tidak.
Secara umum kepribadian terdapat dalam diri setiap individu yang normal.
Sedangkan orang yang tidak normal kepribadiannya tidak tertentu dan tidak dapat
diamati secara pasti, walaupun pada dasarnya setiap kepribadian itu dapat
diamati melalui gejala-gejala yang tampak.
Pada ilmu psikologi kepribadian dibahas dalam
kajian ilmu yang termasuk bagian dari psikologi secara tersendiri. Maka hal itu
memunculkan ilmu baru yaitu psikologi kepribadian. Kemudian dalam psikologi
agama juga dibahas kepribadian orang beragama atau dapat dikatakan kepribadian
orang menurut pandangan atau sudut pandang agama.
Dalam pandangan psikologi agama manusia
mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, maka dari itu menimbulkan sikap
keagamaan yang berbeda-beda pula. Disamping itu juga menimbulkan sesuatu yang
berbeda, jika orang tersebut berbeda agama, karena agama yang satu dengan agama
yang lain berbeda.
Maka dari itu kami akan mencoba mengungkap
tentang kepribadian dan sikap keagamaan seseorang dalam beragama, yang kami
ambil dari berbagai literatur yang kami temukan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dan ciri-ciri kepribadian ?
2. Bagaimana
tipe-tipe kepribadian ?
3. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang ?
4. Bagaimana
susunan dan unsur-unsur kepribadian ?
5. Bagaimana
hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan seseorang ?
6. Bagaimana
ciri dan sikap keberagamaan seseorang ?
7. Apa saja
nilai-nilai agama yang mempengaruhi kepribadian seseorang ?
C. Tujuan
1. Untuk
mendeskripsikan pengertian dan ciri-ciri kepribadian.
2. Untuk
mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian.
3. Untuk
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
4. Untuk
mendeskripsikan susunan dan unsur-unsur kepribadian.
5. Untuk
mendeskripsikan hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan seseorang.
6. Untuk
mendeskripsikan ciri dan sikap keberagamaan seseorang.
7. Untuk
mendeskripsikan nilai-nilai agama yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri Kepribadian
Koentjaraningrat
(1980) menyebut kepribadian atau personality sebagai “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan
dari tiap-tiap individu manusia.[1]
Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian
mempunyai ciri-ciri[2]
sebagai berikut:
· Manusia karena keturunannya
mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu
pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya
· Kepribadian adalah istilah
untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya
beberapa aspek saja dari keseluruhan itu
· Kata kepribadian menyatakan
pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu
ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang
· Kepribadian tidak
menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras, tetapi
menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang
· Kepribadian tidak bekembang
sacara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk
menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial
B.
Tipe-Tipe Kepribadian[3]
Mengenai tipe-tipe kepribadian, hal itu sangat luas
dan setiap cabang psikologi mempunyai pandangan yang berbeda yang hal tersebut
mencakup keseluruhan dari teori tersebut. Secara garis besarnya pembagian tipe
kepribadian manusia ditinjau dari berbagai aspek antara lain:
1.
Aspek Biologis
Aspek biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian
seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki
seseorang, tokoh-tokoh yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek biologis
ini antara lain Hippocrates dan Galenus, Kretcmer, dan Sheldon. Salah satunya
dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus. Mereka berpendapat, bahwa yang
mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis cairan tubuh yang paling
dominan, yaitu:
· Tipe Choleris
Tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya.
Sifatnya agak emosi, mudah marah dan mudah tersinggung.
· Tipe melancholis
Tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuhnya.
Sifatnya agak tertutup, rendah diri, mudah sedih sering putus asa.
· Tipe Plegmatis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang
dimilikinya agak statis, lamban, apatis, pasif, pemalas.
· Tipe Sanguinis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang
dimilikinya agak aktif, cekatan, periang, mudah bergaul.
Disamping Hippocrates, masih banyak lagi
tokoh-tokoh psikologi yang membagi tipe kepribadian berdasarkan aspek biologis.
Mereka membaginya berdasarkan bagian yang berbeda-beda atau ciri khas yang
berbeda, jadi juga ditemukan hasil yang berbeda pula. Pembagian pada aspek ini
juga dilakukan oleh Kretcmer, dan Sheldon.
2.
Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan
kualitas sosial seseorang. Yang menegemukakan teorinya berdasarkan aspek
sosiologis ini ialah;
a.
Edward Spranger
Ia berpendapat bahwa kepribadian seseorang
ditentukan oleh pandangan hidup mana yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia
membagi tipe kepribadian menjadi;
· Tipe teoritis, orang yang
perhatiannya selalu diarahkan kepada masalah teori dan nilai-nilai; ingin tahu,
meneliti dan mengemukakan pendapat.
· Tipe ekonomis, yaitu orang
yang perhatiannya tertuju kepada manfaat sesuatu berdasarkan faedah yang
mendatangkan untung rugi.
· Tipe esthetis, yaitu orang
yang perhatiannya tertuju kepada masalah-masalah keindahan.
· Tipe sosial yaitu orang
yang perhatiannya tertuju ke arah kepentingan masyarakat dan pergaulan.
· Tipe politis, yaitu orang
yang perhatiannya tertuju kepada kepentingan kekuasaan, kepentingan dan
organisasi.
· Tipe religius, yaitu
tipe orang yang taat kepada ajaran agama, senang masalah-masalah ketuhanan dan
keyakinan.
b.
Muray
Muray membagi tipe kepribadian menjadi;
· Tipe teoritis yaitu orang
yang menyenangi ilmu pengetahuan berpikir logis dan rasional.
· Tipe humanis, yaitu tipe
orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
· Tipe sensasionis yaitu tipe
orang yang suka sensasi dan berkenalan.
· Tipe praktis yaitu tipe
orang yang giat bekerja dan mengadakan praktek.
3.
Aspek Psikologis.
a.
Dalam pembagian tipe kepribadian berdasarkan
psikologis Prof. Hevman mengemukakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga
unsur: emosionalitas, aktivitas dan fungsi sekunder (proses penggiring).
· Emosionalitas merupakan
unsur yang mempunyai sifat yang didominasi oleh emosi yang positif, sifat
umumnya adalah kurang respek terhadap orang lain, perkataan berapi-api, tegas,
bercita-cita dinamis, pemurung, suka berlebih-lebihan.
· Aktivitas, yaitu sifat yang
dikuasai oleh aktivitas gerakan, sifat umum yang tampak adalah lincah, praktis,
berpandangan luas, ulet, periang dan selalu melindungi kepentingan orang lemah.
· Fungsi sekunder (proses
penggiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentanan perasaan, sifat umum
yang tampak; watak tertutup, tekun, hemat, tenang dan dapat dipercaya.
b.
Selanjutnya Carl Gustav yang membagi manusia
menjadi dua pokok.
· Tipe extrovert, yaitu orang
yang terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan nyata.[4]
Tipe ini dipengaruhi oleh dunia luar dirinya seperti pikiran, perasaan, dan
tingkah laku sangat tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian tipe ini
memiliki sifat yang terbuka, mudah bergaul, dan bersosial.[5]
· Tipe introvert, yaitu orang
yang tertutup dan cenderung kepada berpikir dan merenung.[6]
Orang yang memiliki tipe ini selalu mengarahkan pandangan pada dirinya sendiri.
Artinya tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi pada dirinya sendiri.[7]
Masing-masing dari tipe extrovert dan introvert
memiliki tipe pikiran, perasaan, penginderaan dan intuisi. Sehingga tupe
kepribadian manusia tersebut terbagi atas: Tipe pemikiran terbuka, Tipe
perasaan terbuka, Tipe penginderaan terbuka, Tipe intuisi terbuka, Tipe
pemikiran tertutup, Tipe perasaan tertutup, Tipe penginderaan tertutup, Tipe
intuisi tertutup.
Sebenarnya masih banyak lagi selain tipe-tipe di
atas pembagian tipe kepribadian menurut para ahli. Hal tersebut dikarenakan
berbeda ahli yang mengemukakan berbeda pula pandangannya dan dasar
penggolongannya. Yang perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan pembagian.
Namun yang telah disebutkan diatas kiranya cukup untuk sebagai bekal dalam
rangka mendalami dan membahas kepribadian dalam pandangan psikologi agama.
C.
Faktor-Faktor
yang Membentuk Kepribadian
Faktor-faktor
yang membentuk Kepribadian[8];
a.
Faktor
keturunan
Faktor
keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Beberapa factor biologis yang penting seperti system syaraf, watak,
seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu.
b.
Faktor
lingkungan fisik (geografis)
Meliputi
iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam,
Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang
berbeda pada masing-masing masyarakat.
c.
Faktor
lingkungan social
· Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan
orangtua dan saudaranya
· Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus
ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
d.
Faktor
kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan
kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungan, kebudayaan petani, kebudayaan
kota.
D.
Susunan
Kepribadian dan
Unsur-unsur Kepribadian
Sigmund
Freud, di dalam menganalisa pribadi manusia berpendapat bahwa pribadi manusia
mempunyai 3 unsur kepribadian[9]
1)
Id/ nafsu
2) Ego/ Akal
3) Superego/ Qalbu
Id adalah
sumber segala naluri atau nafsu. Semuanya berada dalam alam ketidak sadaran
(bawah sadar). Tujuannya ialah pemuasan jasmaniah. Jadi yang menjadi prinsip
baginya ialah kesenangan. Dia tidak mengenal nilai, terutama nilai moral, oleh
karenanya ia disebut bersifat immoral.
Ego ialah
tempat di mana segala daya-daya yang datang dari Id maupun superego dianalisa,
dipertimbangkan, untuk kemudian ditiadakan atau ditindakkan. Dia merupakan
pihak pengontrol agar keseimbangan pribadi seseorang tetap ada. Jadi di sini
seseorang itu sadar terhadap kemauan-kemauan Id atau seperego. Sebagai
pengontrol, maka ia tak dapat tidak memperhatikan dan memperhitungkan realitas
dunia luar.
Superego
adalah sumber segala nilai, termasuk nilai moral. Di sini ia pun sebagaimana
Id, berada dalam alam bawah sadar. Hanya saja ia lebih menuju ke arah
prinsip kesempurnaan rohaniah. Karenanya ia bersifat idiil.
Dalam diri
seseorang yang berkepribadian sehat, ketiga sistem kepribadian itu bekerja
secara harmonis. Bila terjadi pertentangan-pertentangan akibat dorongan Id
ataupun Superego, sedangkan Ego tak mampu mengatasi, maka akan hilang
keseimbangan diri seseorang, dan di situ akan lahir gejala-gejala abnormal.
Baik Id, ego
dan superego, masing-masing mempunyai daya-daya pendorong yang disebut Cathexis. Sedangkan untuk Ego dan
Superego juga memiliki daya penahan yang disebut anti-cathexis.
Daya-daya ini dapat pula disebut sebagai "kehendak". Kehendak inilah
yang mula-mula menimbulkan kegoncangan dalam keseimbangan pribadi, yang
menjelma dalam bentuk pertentangan.
Skema Pribadi Menurut Sigmund
Freud
Id
|
Ego
|
Superego
|
Naluri/instin/nafsu
immoral
Prinsip
kesenangan
Bawah
sadar kejasmanian
Cathexis
(pendorong)
Tingkah
laku impulsif
Irasional
(memaksa ego untuk melihat dunia seperti yang diinginkan)
|
Penimbang
Perinsip
kenyataan
Sadar
Cathexis
& anti Cathexis
Tingkah
laku Zaklijk
Rasional
|
Dorongan
moral
Prinsip
kesempurnaan
Bawah
sadar kerohanian
Cathexis
&anti Cathexis
Tingkah
laku idealistis
Irasional
(memaksa egi untuk melihat dunia dalam bentuk yang seharusnya)
|
E.
Hubungan Kepribadian dengan Sikap Keagamaan[10]
1) Struktur Kepribadian
Sigmund Feud merumuskan sistem kepribadian menjadi
tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamainya id, ego dan super ego. Dalam diri
orang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu
susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan gerak geriknya selalu memenuhi
keperluan dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya kalau ketiga sistem itu
bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka orang tersebut dinamainya
sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri.
·
Id . Sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi
menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah.
· Ego. Merupakan sistem yang
berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata.
· Super ego. Sebagai suatu
sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego
mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu ke arah
kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral.
2) Sukamto. M.M.
Menurut pendapat Sukamto kepribadian terdiri dari
empat sistem yaitu:
·
Qalb (angan-angan k ehatian).
Qalb adalah hati, yang menurut bahasa berarti sesuatu yang berbolak-balik.
Sedangkan menurut istilah ialah segumpal daging yang ada dalam tubuh yang
digunakan untuk merasakan yang sifatnya bisa berubah-ubah
·
Fuad (perasaan, hati nurani), adalah perasaan
terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati), dan
berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak
atau dorongan hati, dan merasakan akibatnya. Kalau hati kufur, fuad pun kufur
dan menderita.
·
Ego (aku sebagai pelaksana dari kepribadian). Aspek
ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan
dunia kenyataan. Ego adalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya.
Kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang obeyektif.
Didalam fungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan.
·
Tingkah laku (wujud gerakan). Nafsiologi
kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi-asumsi subyektif tentang
tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersikap
obyektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh
pengalaman yang disadari oleh pribadi. Masalah normal dan abnormal tentang
tingkah laku, dalam nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya
universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin
melaksanakan iman dan amal saleh di segala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu
adalah abnormal.
F.
Ciri-ciri Dan Sikap Keberagamaan
Dalam bukunya “The Varieties Of Religious Experience” William James
menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat
dikelompokkan menjadi dua tipe[11],
yaitu: type orang yang sakit jiwa, type orang yang sehat jiwa. Kedua type ini
menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan berbeda:
1.
Type orang yang sakit jiwa (The Sick Soul).
Menurut Wiliiam James sikap keberagamaan orang yang
sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah mengalami latar belakang
kehidupan keagamaan yang terganggu. Latar belakan
itulah yang kemudian menjadi penyebab perubahan sikap yang mendadak terhadap
keyakinan agama. Mereka beragama akibat dari suatu penderitaan yang mereka
alami sebelumnya, William James menggunakan istilah “The
Suffering”.
William Starbuck, seperti yang dikemukakan oleh William James
berpendapat bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua factor utama
yaitu: factor intern dan factor ekstern. Alasan ini pula tampaknya yang
menyebabkan dalam psikologi agama dikenal dua sebutan yaitu The Sick Soul dan
The Suffering, type yang pertama dilatar belakangi oleh factor intern (dalam
diri), sedangkan yang kedua adalah karena factor ekstern (penderitaan).
a.
Faktor intern yang diperkirakan menjadi penyebab dari timbulnya sikap
keberagamaan yang tidak lazim ini adalah
Temperamen
Temperamen merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian
manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan jiwa orang-orang yang
melancholis akan berbeda dengan orang yang berkepribadian displastis dalam
sikap dan pandangannya terhadap ajaran agama.
Gangguan Jiwa
Orang yang mengidap gangguan jiwa menunjukkan
kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya. Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya
tergantung dari gangguan jiwa yang mereka idap.
Konflik dan Keraguan
Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang
mengenai keagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya. Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap
agama seperti taat, fanatic atau agnostic hingga keateis
Jauh dari Tuhan
Orang yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran
agama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat
menghadapi cobaan, hal ini menyebabkan terjadi semacam perubahan sikap pada
dirinya.
Adapun ciri-ciri tidak keagamaan mereka yang
mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap: pesimis,
introvert, menyayangi paham yang ortodoks, mengalami proses keagamaan secara
nograduasi.
b.
Faktor Ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan
secara mendadak, adalah:
Musibah
Terkadang musibah yang serius dapat mengguncangkan kejiwaan seseorang, keguncangan
ini sering pula menimbulkan kesadaran pada diri manusia berbagai macam
tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki pengalaman dan
kesadaran agama yang cukup umumnya menafsirkan musibah sebagai peringatan Tuhan
bagi dirinya. Akibat musibah seperti itu tak jarang pula menimbulkan perasaan
menyesal yang mendalam dan mendorong mereka untuk mematuhi ajaran agama secara
sungguh-sungguh.
Kejahatan
Mereka yang menekuni kehidupan dilingkungan dunia
hitam, baik sebagai pelaku maupun sebagai pendukung kejahatan, umumnya akan
mengalami keguncangan batin dan rasa berdosa.
2.
Type Orang Yang Sehat Jiwa (Healty-Minded-Ness)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W.Starbuck yang
dikemukakan oleh W.Houston Clark dalam bukunya Religion Psychology adalah:
a.
Optimis dan Gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan
perasaan optimis. Pahala menurut pandangannya adalah hasil jerih payahnya yang
diberikan Tuhan.
b.
Ekstrovet dan tak Mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang
dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan
kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya.
Dosa mereka anggap sebagai akibat perbuatan mereka
yang keliru.
c.
Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung:
· Menyenangi Theologi yang luwes dan tidak baku
· Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas
· Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan
dan dosa
· Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian
ajaran islam
· Selalu berpandangan positif
· Berkembang secara graduasi, dll.
G.
Nilai- nilai agama dalam mempengaruhi kepribadian
seseorang
Menrut muhadjir (dalam Muhaimin, et. Al.
2005) bahwa secara hierarkis nilai dapat dikelompokkan kedalam dua macam, yaitu
1) nilai-nilai
ilahiyah, yang terdiri dari nilai ubudiyah dan nilai-nilai
muamalah, 2) nilai etika
insani, yang terdiri dari: nilai rasional, nilai sosial, nilai
individual, nilai biovisik, nilai ekonomik, nilai politik, dan nilai estetik.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa nilai
ilahi (nilai hidup etik religius) memiliki kedudukan vertikal lebih tinggi
daripada nilai hidup lainnya. Disamping itu, nilai ilahi mempunyai konsekuensi
pada nilai lainnya, dan sebaliknya nilai lainnya memerlukan konsultasi pada
nilai ilahi, sehingga relasi termasuk vertikal linier. Sedangkan nilai hidup
insani (tujuh nilai insani) tersebut, mempunyai relasi sederajat dan
masing-masing tidak harus berkonsultasi, sehingga hubungan-nya termasuk
horizontal-lateral.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
l Kepribadian atau personality adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau
tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
l Kepribadian seseorang dalam mempengaruhi cara
orang memahami agama ada tiga faktor : keturunan, lingkungan, dan budaya
l Sedang Nilai-nilai agama yang mempengaruhi
kepribadian seseorang 2, yakni nilai-nilai ilahiyah (yang berhubungan dengan
ketuhanan dan ibadah serta muammalah), dan nilai-nilai insaniyah (berhubungan
dengan manusia).
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005)
Rafy Sapuri, M.Si. Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers,
2009)
Mudlor
Achmad, Etika Dalam Islam, (Surabaya:Al-ikhlas)
Rif'at
Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur'ani, (Jakarta: Amzah, Imprint Bumi
Askara, 2011)
[2] Prof. Dr. H.
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
Ed. Rev 9.Hlm. 175
[4] Prof. Dr. H.
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
Ed. Rev 9.Hlm. 181
[10] Prof. Dr. H.
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
Ed. Rev 9.Hlm. 184-189
PokerStars Casino & Poker Room
BalasHapusPokerStars Casino 거제 출장안마 & Poker 출장마사지 Room is your one stop 광양 출장샵 shop for the best gaming action around with 제천 출장마사지 thousands of tables PokerStars.com Poker Rewards Program Jan 20, 2018 · Uploaded 광주 출장마사지 by PokerStars