Kamis, 25 April 2013

PERAN KEPRIBADIAN TERHADAP KEAGAMAAN DAN SPIRITUALITAS



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian adalah sesuatu yang pasti terdapat dalam diri setiap manusia, baik manusia itu beragama maupun tidak. Secara umum kepribadian terdapat dalam diri setiap individu yang normal. Sedangkan orang yang tidak normal kepribadiannya tidak tertentu dan tidak dapat diamati secara pasti, walaupun pada dasarnya setiap kepribadian itu dapat diamati melalui gejala-gejala yang tampak.
Pada ilmu psikologi kepribadian dibahas dalam kajian ilmu yang termasuk bagian dari psikologi secara tersendiri. Maka hal itu memunculkan ilmu baru yaitu psikologi kepribadian. Kemudian dalam psikologi agama juga dibahas kepribadian orang beragama atau dapat dikatakan kepribadian orang menurut pandangan atau sudut pandang agama.
Dalam pandangan psikologi agama manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, maka dari itu menimbulkan sikap keagamaan yang berbeda-beda pula. Disamping itu juga menimbulkan sesuatu yang berbeda, jika orang tersebut berbeda agama, karena agama yang satu dengan agama yang lain berbeda.
Maka dari itu kami akan mencoba mengungkap tentang kepribadian dan sikap keagamaan seseorang dalam beragama, yang kami ambil dari berbagai literatur yang kami temukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri kepribadian ?
2. Bagaimana tipe-tipe kepribadian ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang ?
4. Bagaimana susunan dan unsur-unsur kepribadian ?
5. Bagaimana hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan seseorang ?
6. Bagaimana ciri dan sikap keberagamaan seseorang ?
7. Apa saja nilai-nilai agama yang mempengaruhi kepribadian seseorang ?



C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian dan ciri-ciri kepribadian.
2. Untuk mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian.
3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
4. Untuk mendeskripsikan susunan dan unsur-unsur kepribadian.
5. Untuk mendeskripsikan hubungan kepribadian dengan sikap keagamaan seseorang.
6. Untuk mendeskripsikan ciri dan sikap keberagamaan seseorang.
7. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai agama yang mempengaruhi kepribadian seseorang.























BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian dan Ciri Kepribadian
Koentjaraningrat (1980) menyebut kepribadian atau personality sebagai “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.[1]
Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri[2] sebagai berikut:
·  Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya
·  Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu
·  Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang
·  Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras, tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang
·  Kepribadian tidak bekembang sacara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial

B.   Tipe-Tipe Kepribadian[3]
Mengenai tipe-tipe kepribadian, hal itu sangat luas dan setiap cabang psikologi mempunyai pandangan yang berbeda yang hal tersebut mencakup keseluruhan dari teori tersebut. Secara garis besarnya pembagian tipe kepribadian manusia ditinjau dari berbagai aspek antara lain:
1.   Aspek Biologis
Aspek biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang, tokoh-tokoh yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek biologis ini antara lain Hippocrates dan Galenus, Kretcmer, dan Sheldon. Salah satunya dikemukakan oleh Hippocrates dan Galenus. Mereka berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis cairan tubuh yang paling dominan, yaitu:
·  Tipe Choleris
Tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak emosi, mudah marah dan mudah tersinggung.
·  Tipe melancholis
Tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak tertutup, rendah diri, mudah sedih sering putus asa.
·  Tipe Plegmatis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak statis, lamban, apatis, pasif, pemalas.
·  Tipe Sanguinis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak aktif, cekatan, periang, mudah bergaul.
Disamping Hippocrates, masih banyak lagi tokoh-tokoh psikologi yang membagi tipe kepribadian berdasarkan aspek biologis. Mereka membaginya berdasarkan bagian yang berbeda-beda atau ciri khas yang berbeda, jadi juga ditemukan hasil yang berbeda pula. Pembagian pada aspek ini juga dilakukan oleh Kretcmer, dan Sheldon.
2.   Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. Yang menegemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologis ini ialah;
a.       Edward Spranger
Ia berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup mana yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe kepribadian menjadi;
· Tipe teoritis, orang yang perhatiannya selalu diarahkan kepada masalah teori dan nilai-nilai; ingin tahu, meneliti dan mengemukakan pendapat.
· Tipe ekonomis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada manfaat sesuatu berdasarkan faedah yang mendatangkan untung rugi.
· Tipe esthetis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada masalah-masalah keindahan.
· Tipe sosial yaitu orang yang perhatiannya tertuju ke arah kepentingan masyarakat dan pergaulan.
· Tipe politis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada kepentingan kekuasaan, kepentingan dan organisasi.
· Tipe religius, yaitu  tipe orang yang taat kepada ajaran agama, senang masalah-masalah ketuhanan dan keyakinan.
b.      Muray
Muray membagi tipe kepribadian menjadi;
· Tipe teoritis yaitu orang yang menyenangi ilmu pengetahuan berpikir logis dan rasional.
· Tipe humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
· Tipe sensasionis yaitu tipe orang yang suka sensasi dan berkenalan.
· Tipe praktis yaitu tipe orang yang giat bekerja dan mengadakan praktek.
3.   Aspek Psikologis.
a.    Dalam pembagian tipe kepribadian berdasarkan psikologis Prof. Hevman mengemukakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur: emosionalitas, aktivitas dan fungsi sekunder (proses penggiring).
· Emosionalitas merupakan unsur yang mempunyai sifat yang didominasi oleh emosi yang positif, sifat umumnya adalah kurang respek terhadap orang lain, perkataan berapi-api, tegas, bercita-cita dinamis, pemurung, suka berlebih-lebihan.
· Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh aktivitas gerakan, sifat umum yang tampak adalah lincah, praktis, berpandangan luas, ulet, periang dan selalu melindungi kepentingan orang lemah.
· Fungsi sekunder (proses penggiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentanan perasaan, sifat umum yang tampak; watak tertutup, tekun, hemat, tenang dan dapat dipercaya.
b.    Selanjutnya Carl Gustav yang membagi manusia menjadi dua pokok.
· Tipe extrovert, yaitu orang yang terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan nyata.[4] Tipe ini dipengaruhi oleh dunia luar dirinya seperti pikiran, perasaan, dan tingkah laku sangat tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian tipe ini memiliki sifat yang terbuka, mudah bergaul, dan bersosial.[5]
· Tipe introvert, yaitu orang yang tertutup dan cenderung kepada berpikir dan merenung.[6] Orang yang memiliki tipe ini selalu mengarahkan pandangan pada dirinya sendiri. Artinya tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi pada dirinya sendiri.[7]
Masing-masing dari tipe extrovert dan introvert memiliki tipe pikiran, perasaan, penginderaan dan intuisi. Sehingga tupe kepribadian manusia tersebut terbagi atas: Tipe pemikiran terbuka, Tipe perasaan terbuka, Tipe penginderaan terbuka, Tipe intuisi terbuka, Tipe pemikiran tertutup, Tipe perasaan tertutup, Tipe penginderaan tertutup, Tipe intuisi tertutup.
Sebenarnya masih banyak lagi selain tipe-tipe di atas pembagian tipe kepribadian menurut para ahli. Hal tersebut dikarenakan berbeda ahli yang mengemukakan berbeda pula pandangannya dan dasar penggolongannya. Yang perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan pembagian. Namun yang telah disebutkan diatas kiranya cukup untuk sebagai bekal dalam rangka mendalami dan membahas kepribadian dalam pandangan psikologi agama.

C.   Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian
Faktor-faktor yang membentuk Kepribadian[8];
a.    Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang penting seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu.
b.    Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.
c.     Faktor lingkungan social
·  Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
·  Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
d.    Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungan, kebudayaan petani, kebudayaan kota.

D.  Susunan Kepribadian dan Unsur-unsur Kepribadian
Sigmund Freud, di dalam menganalisa pribadi manusia berpendapat bahwa pribadi manusia mempunyai 3 unsur kepribadian[9]
1)     Id/ nafsu
2)     Ego/ Akal
3)     Superego/ Qalbu
Id adalah sumber segala naluri atau nafsu. Semuanya berada dalam alam ketidak sadaran (bawah sadar). Tujuannya ialah pemuasan jasmaniah. Jadi yang menjadi prinsip baginya ialah kesenangan. Dia tidak mengenal nilai, terutama nilai moral, oleh karenanya ia disebut bersifat immoral.
Ego ialah tempat di mana segala daya-daya yang datang dari Id maupun superego dianalisa, dipertimbangkan, untuk kemudian ditiadakan atau ditindakkan. Dia merupakan pihak pengontrol agar keseimbangan pribadi seseorang tetap ada. Jadi di sini seseorang itu sadar terhadap kemauan-kemauan Id atau seperego. Sebagai pengontrol, maka ia tak dapat tidak memperhatikan dan memperhitungkan realitas dunia luar.
Superego adalah sumber segala nilai, termasuk nilai moral. Di sini ia pun sebagaimana Id, berada dalam alam bawah sadar.  Hanya saja ia lebih menuju ke arah prinsip kesempurnaan rohaniah. Karenanya ia bersifat idiil.
Dalam diri seseorang yang berkepribadian sehat, ketiga sistem kepribadian itu bekerja secara harmonis. Bila terjadi pertentangan-pertentangan akibat dorongan Id ataupun Superego, sedangkan Ego tak mampu mengatasi, maka akan hilang keseimbangan diri seseorang, dan di situ akan lahir gejala-gejala abnormal.
Baik Id, ego dan superego, masing-masing mempunyai daya-daya pendorong yang disebut Cathexis. Sedangkan untuk Ego dan Superego juga memiliki daya penahan yang disebut anti-cathexis. Daya-daya ini dapat pula disebut sebagai "kehendak". Kehendak inilah yang mula-mula menimbulkan kegoncangan dalam keseimbangan pribadi, yang menjelma dalam bentuk pertentangan.

Skema Pribadi Menurut Sigmund Freud
Id
Ego
Superego
Naluri/instin/nafsu immoral
Prinsip kesenangan
Bawah sadar kejasmanian
Cathexis (pendorong)
Tingkah laku impulsif
Irasional (memaksa ego untuk melihat dunia seperti yang diinginkan)
Penimbang
Perinsip kenyataan
Sadar
Cathexis & anti Cathexis
Tingkah laku Zaklijk
Rasional
Dorongan moral
Prinsip kesempurnaan
Bawah sadar kerohanian
Cathexis &anti Cathexis
Tingkah laku idealistis
Irasional (memaksa egi untuk melihat dunia dalam bentuk yang seharusnya)

E.   Hubungan Kepribadian dengan Sikap Keagamaan[10]
1)    Struktur Kepribadian
Sigmund Feud merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamainya id, ego dan super ego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan gerak geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya kalau ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka orang tersebut dinamainya sebagai orang yang tak dapat menyesuaikan diri.
·      Id . Sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah.
·      Ego. Merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata.
·      Super ego. Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral.
2)    Sukamto. M.M.
Menurut pendapat Sukamto kepribadian terdiri dari empat sistem yaitu:
·         Qalb (angan-angan k ehatian). Qalb adalah hati, yang menurut bahasa berarti sesuatu yang berbolak-balik. Sedangkan menurut istilah ialah segumpal daging yang ada dalam tubuh yang digunakan untuk merasakan yang sifatnya bisa berubah-ubah
·         Fuad (perasaan, hati nurani), adalah perasaan terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati), dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati, dan merasakan akibatnya. Kalau hati kufur, fuad pun kufur dan menderita.
·         Ego (aku sebagai pelaksana dari kepribadian). Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego adalah derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang obeyektif. Didalam fungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan.
·         Tingkah laku (wujud gerakan). Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi-asumsi subyektif tentang tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersikap obyektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh pengalaman yang disadari oleh pribadi. Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman dan amal saleh di segala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal.
F.   Ciri-ciri Dan Sikap Keberagamaan
Dalam bukunya “The Varieties Of Religious Experience” William James menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe[11], yaitu: type orang yang sakit jiwa, type orang yang sehat jiwa. Kedua type ini menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan berbeda:
1.   Type orang yang sakit jiwa (The Sick Soul).
Menurut Wiliiam James sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Latar belakan itulah yang kemudian menjadi penyebab perubahan sikap yang mendadak terhadap keyakinan agama. Mereka beragama akibat dari suatu penderitaan yang mereka alami sebelumnya, William James menggunakan istilah “The Suffering”.
William Starbuck, seperti yang dikemukakan oleh William James berpendapat bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua factor utama yaitu: factor intern dan factor ekstern. Alasan ini pula tampaknya yang menyebabkan dalam psikologi agama dikenal dua sebutan yaitu The Sick Soul dan The Suffering, type yang pertama dilatar belakangi oleh factor intern (dalam diri), sedangkan yang kedua adalah karena factor ekstern (penderitaan).
a.    Faktor intern yang diperkirakan menjadi penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan yang tidak lazim ini adalah
Temperamen
Temperamen merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan jiwa orang-orang yang melancholis akan berbeda dengan orang yang berkepribadian displastis dalam sikap dan pandangannya terhadap ajaran agama.
Gangguan Jiwa
Orang yang mengidap gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya. Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya tergantung dari gangguan jiwa yang mereka idap.
Konflik dan Keraguan
Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang mengenai keagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya. Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama seperti taat, fanatic atau agnostic hingga keateis
Jauh dari Tuhan
Orang yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan, hal ini menyebabkan terjadi semacam perubahan sikap pada dirinya.
Adapun ciri-ciri tidak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap: pesimis, introvert, menyayangi paham yang ortodoks, mengalami proses keagamaan secara nograduasi.
b.    Faktor Ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak, adalah:
Musibah
Terkadang musibah yang serius dapat mengguncangkan kejiwaan seseorang, keguncangan ini sering pula menimbulkan kesadaran pada diri manusia berbagai macam tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki pengalaman dan kesadaran agama yang cukup umumnya menafsirkan musibah sebagai peringatan Tuhan bagi dirinya. Akibat musibah seperti itu tak jarang pula menimbulkan perasaan menyesal yang mendalam dan mendorong mereka untuk mematuhi ajaran agama secara sungguh-sungguh.
Kejahatan
Mereka yang menekuni kehidupan dilingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku maupun sebagai pendukung kejahatan, umumnya akan mengalami keguncangan batin dan rasa berdosa.
2.   Type Orang Yang Sehat Jiwa (Healty-Minded-Ness)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W.Starbuck yang dikemukakan oleh W.Houston Clark dalam bukunya Religion Psychology adalah:
a.    Optimis dan Gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Pahala menurut pandangannya adalah hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan.
b.    Ekstrovet dan tak Mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya. Dosa mereka anggap sebagai akibat perbuatan mereka yang keliru.
c.     Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung:
·  Menyenangi Theologi yang luwes dan tidak baku
·  Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas
·  Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan dan dosa
·  Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran islam
·  Selalu berpandangan positif
·  Berkembang secara graduasi, dll.

G.   Nilai- nilai agama dalam mempengaruhi kepribadian seseorang
Menrut muhadjir (dalam Muhaimin, et. Al. 2005) bahwa secara hierarkis nilai dapat dikelompokkan kedalam dua macam, yaitu 1) nilai-nilai ilahiyah, yang terdiri dari nilai ubudiyah dan nilai-nilai muamalah, 2) nilai etika insani, yang terdiri dari: nilai rasional, nilai sosial, nilai individual, nilai biovisik, nilai ekonomik, nilai politik, dan nilai estetik.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa nilai ilahi (nilai hidup etik religius) memiliki kedudukan vertikal lebih tinggi daripada nilai hidup lainnya. Disamping itu, nilai ilahi mempunyai konsekuensi pada nilai lainnya, dan sebaliknya nilai lainnya memerlukan konsultasi pada nilai ilahi, sehingga relasi termasuk vertikal linier. Sedangkan nilai hidup insani (tujuh nilai insani) tersebut, mempunyai relasi sederajat dan masing-masing tidak harus berkonsultasi, sehingga hubungan-nya termasuk horizontal-lateral.


























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
l  Kepribadian atau personality adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
l  Kepribadian seseorang dalam mempengaruhi cara orang memahami agama ada tiga faktor : keturunan, lingkungan, dan budaya
l  Sedang Nilai-nilai agama yang mempengaruhi kepribadian seseorang 2, yakni nilai-nilai ilahiyah (yang berhubungan dengan ketuhanan dan ibadah serta muammalah), dan nilai-nilai insaniyah (berhubungan dengan manusia).





















DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Rafy Sapuri, M.Si. Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
Mudlor Achmad, Etika Dalam Islam, (Surabaya:Al-ikhlas)
Rif'at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur'ani, (Jakarta: Amzah, Imprint Bumi Askara, 2011)



[2] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev 9.Hlm. 175
[3] Ibid. Jalaluddin. Psikologi Agam. Hlm. 177-184
[4] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev 9.Hlm. 181
[5] Rafy Sapuri, M.Si. Psikologi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Ed. 1. Hlm. 153
[6] Opcit. Jalaluddin. Psikologi Agama. Hlm. 181
[7] Opcit. Rafy Sapuri, M.Si. Psikologi Islam. Hlm. 154
[9] Drs. Mudlor Achmad, Etika Dalam Islam, (Surabaya:Al-ikhlas). Hlm. 53
[10] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. Rev 9.Hlm. 184-189

1 komentar:

  1. PokerStars Casino & Poker Room
    PokerStars Casino 거제 출장안마 & Poker 출장마사지 Room is your one stop 광양 출장샵 shop for the best gaming action around with 제천 출장마사지 thousands of tables PokerStars.com Poker Rewards Program Jan 20, 2018 · Uploaded 광주 출장마사지 by PokerStars

    BalasHapus