Minggu, 07 April 2013



BAB I
PENDAHULUAN
1.     LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahawa Peneliti dalam sebuah penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan.
Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam penelitian tindakan.
Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya, di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan.
Oleh karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti.
2.     RUMUSAN MASLAH
1.      Apakah pengertian formulasi masalah?
2.      Bagaimana cara penulisan formulasi masalah ?
3.      Bagaimana petunjuk formulasi masalah ?
4.      Contoh penulisan formulasi masalah ?
5.      Mafaat formulasi masalah ?
3.     TUJUAN
1.      Agar lebih memahi tentang pengertian formulasi masalah
2.      Memahami cara penulisan formulasi masalah
3.      Mengetahui bagaimana petunjuk formulasi masalah
4.      Mengetahui dan memahami manfaat formulasi masalah

BAB II
PEMBAHASAN
1.     PENGERTIAN

Formulasi masalah PTK merupakan upaya untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah yang akan dijawab atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. formulasi masalah merupakan titik tolah hipotesis yang akan dikemas menjadi judul penelitian, sehingga harus jelas, padat dan tidak bertele-tele serta berisi implikasi menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi masalah ini, hendaknya peneliti menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, bersifat local atau terlalu argumentative.[1]
Masalah PTK yang telah dipilih perlu diformulasikan secara komprehensif, jelas, spesifik dan operasional, sehingga memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. formulasi masalah dapat dilakukan dalam kalimat pernyataan, pertanyaan atau menggabungkan keduanya. Sebagai pedoman dalam memformasikan masalah PTK, Sagor (1992) mengemukakan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1.      Siapakah yang terkena dampak dari masalah tersebut?
2.      Apakah yang menjadi penyebab masalah tersebut?
3.      Apakah masalah sebenarnya (pokok permasalahan)?
4.      Siapakah yang menjadi tujuan perbaikan?
5.      Apakah yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Lebih lanjut herawati mengemukakan beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memformulasikan masalah PTK sebagai berikut:
1.      Masalah hendaknya diformulasikan secara jelas, artinya tidak mempunyai makna ganda.
2.      Masalah peneliti dapat dituangkan dalam kalimat Tanya.
3.      Formulasi masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
4.      Formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empiris. Maksudnya, dengan formulasi maslah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
5.      Formulasi masalah menunjukkan secara jelas subjek dan atau lokasi penelitian.

2.     Penulisan formulasi masalah

Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1.      aspek substansi;
2.     aspek formulasi; dan
3.     aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.[2]
3.     Petunjuk Menulis Rumusan Masalah PTK
Sebagaimana yang ditulis oleh Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
·                     masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
·                     formulasi masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
·                     formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).
Selain itu, Wardhani, dkk (2007) mengingatkan bahwa Formulasi Masalah harus dirumuskan secara operasional sehingga perbaikan pembelajaran saat PTK dilaksanakan dapat terarah. Wiriatmadja (2008) menyarankan agar terhapus keraguan bahwa guru telah benar-benar memfokuskan permasalahan untuk diteliti, ada baiknya guru melakukan diskusi dengan guru teman sejawat, atau meminta bantuan dosen LPTK yang telah terbiasa menggunakan model penelitian tindakan ini.

4.     Contoh perumusan masalah

Untuk memperoleh pemahaman yang jelas berkaitan dengan perumusan masalah (merumuskan masalah), berikut disajikan contoh tiga rumusan msalah PTK dalam mata pelajaran matematika SD, IPA SMP, Bahasa Indonesia SMA.
1.      Bagaimana meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal cerita dalam menggunakan gambar dalam mata peulajaran matematika di kelas VI SD Penyawangan Bandung?
2.      Apakan pendekatan kontekstual learning dapt meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Panyawangan Bandung?
3.      Bagaimana meningkatkan prestasi peserta didik melalui strategi presentasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Panyawangan Bandung?
Masalah perlu dirumuskan secara jelas dan spesifik. Apabila ditentukan beberapa macam masalah, maka harus dipilih masalah yang dihadapi sebagian besar siswa, masalah yang dapat dipecahkan, masalah yang apabila dipecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar sehingga dapat diidentifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehingga tindakan atau treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah.
Pada tahap ini diperlukan pengkajian sistematik dan seksama dengan penyebab timbulnya msalah yang kemudian yang dinamakan sebagai variabel. Misalnya, menghadapi masalah rendahnya kemampuan berbicara siswa (speaking ability) dalam bahasa inggris pada SMA. Pada kasus ini diperlukan data dan kajian teori untuk menjelaskan masalah yang terjadi. Jika penyebab dari masalah tersebut ditemukan. Misalnya kelemahan tersebut disebabkan oleh kurangnya kesempata berbicara dalam kelas, kurangnya guru merangsang siswa untuk berbicara, guru lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa inggris dalam kajian pembelajaran, maka kemudian dipilih hubungan variabel-variabel tersebut dengan permasalahan. Hubungan ini dikembangkan menjadi hipotesis.
Contoh pertanyaan penelitian:
1.      Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentrasfer ketrampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
2.      Apakah siswa dapat mentransfer ketrampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3.      Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4.      Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dapat kelas mata pelajaran tunggal? [3]

5.     Manfaat formulasi masalah
Formulasi masalah ditulis untuk menspesifikasikan masalah yang akan dibahas dalam karangan. Masalah yang diformulasikan harus merupakan hasil penspesifikasian atau pengkhususan masalah utama yang harus dijawab pada bab kesimpulan. Jawabannya diperoleh dari hasil analisis data.

BAB III
PENUTUP
1.     KESIMPULAN
Formulasi masalah PTK merupakan upaya untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah yang akan dijawab atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. formulasi masalah merupakan titik tolah hipotesis yang akan dikemas menjadi judul penelitian, sehingga harus jelas, padat dan tidak bertele-tele serta berisi implikasi menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi masalah ini, hendaknya peneliti menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, bersifat local atau terlalu argumentative.
Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
·                     masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
·                     formulasi masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
·                     formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).
Formulasi masalah ditulis untuk menspesifikasikan masalah yang akan dibahas dalam karangan.



DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2011, praktik penelitian tindakan kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset..
Trianto, 2011, penelitian tindakan kelas, Jakarta: prestasi pustaka publisher
Ghoni Djunaidi,. Penelitian Tindakan Kelas. 2008. Malang: UIN Press




[1] Mulyasa, 2011, praktik penelitian tindakan kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Hlm.62.
[2] Prof. Djunaidi Ghoni, Peenelitian Tindakan Kelas. 2008. Malang: UIN Press. Hal. 38-39
[3] Trianto, 2011, penelitian tindakan kelas, Jakarta: prestasi pustaka publisher. Hlm.70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar