BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berdakwah adalah salah
satu tugas setiap manusia yang telah diperintahkan Allah dalam Al-qur’an. Namun
tidak semua manusia dapat menjalankan perintah tersebut dengna baik dikarenakan
beberapa faktor.
Namun dizaman yang sudah
serba canggih ini, banyak para da’i yang menyampaikan dakwah lewat perbuatan
yang realistis dalam mengaplikasikan dakwahnya. Banyak juga para da’i yang
memanfaatkan media massa dalam berdakwah jadi tidak hnya melalui lisan namun
bisa juga berdakwah lewat tulisan agar dapat lebih mudah dimanfaatkan orang
lain.
Oleh karenya, kami memilih
tema Dakwah bil lisan dan Dakwah bil Haal ini guna membantu pembaca dalam
memeilih strategi apa yang perlu dilakukan dalam berdakwah agar dakwah yang
disampaikan bisa efektif dan mengena, yaitu salah satunya dakwah bil haal dan
bil lisan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
strategi dakwah perspektif Al-Qur’an ?
2.
Bagaiaman
strategi dakwah bil Lisan ?
3.
Bagimana
strategi dakwah bil Haal ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
strategi dakwah perspektif Al-Qur’an
2.
Mengetahui
strategi dakwah bil Lisan
3.
Mengetahui
strategi dakwah bil Haal
BAB II
PEMBAHASAN
STRATEGI
DAKWAH
1.
Stategi
Dakwah perspektif Al-qur’an
Strategi
pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya. Dengan demikian strategi dakwah merupakan
perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai
suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik yang harus dilakukan, dalam
arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi.
Pentingnya
strategi dakwah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah
memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya
kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu
sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
a.
Menyebarluaskan
pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasive dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b.
Menjembatani
"Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak
nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun budaya.
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita bisa mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita bisa mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
·
Dakwah
secara tatap muka (face to face) Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek
perubahan tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
·
Sewaktu
menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback).
·
Dapat
saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan
kita dan mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga umpan balik tetap
menyenangkan kita.
·
Kelemahannya
mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh bisa berdialog
dengannya.
c.
Dakwah
melalui media. Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatif. Namun tidak
begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku. Kelemhannya tidak persuasive Kelebihannya
dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar.
2.
Dakwah
bil Lisan
Islam diturunkan dan
dipersembahkan oleh Allah sebagai rahmat bukan saja bagi umat Islam tetapi
sesungguhnya juga menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan bahkan bagi alam
semesta. Untuk merealisasikan dan menampilkan Islam sebagai rahmat, tidaklah
cukup manakala Islam sekadar difahami secara teoritis oleh umatnya, namun lebih
dari itu, Islam yang ajarannya bersifat komprehensif dan integral yang meliputi
seluruh sisi kehidupan manusia seyogyanya diaplikasikan dalam kehidupan
keseharian yang realistis. Dalam persepektif Islam, seorang muslim tidak cukup
merasakan dan menikmati Islam sebagai rahmat bagi dirinya semata. Ia perlu dan
harus memperkenalkan dan menyebarkan rahmat Islam tersebut kepada orang lain
sehingga merekapun dapat merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Islam sebab
boleh jadi sebagian orang yang hidup jauh dari tuntunan Islam dikarenakan tidak
mengetahui dan memahami hakekat Islam yang sebenarnya. Inilah tugas dakwah yang
harus diperankan oleh setiap muslim terlepas dari apapun status, jabatan,
profesi dan spesialisasi keilmuannya. Kewajiban dakwah juga tidak mengenal
diskriminasi gender dengan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Keduanya dapat dan harus mengambil kesempatan dan berpartisipasi mengemban
tugas dakwah sekaligus melanjutkan tugas mulia Rasulullah saw sehingga dapat
sharing bersama beliau dalam meraih keutamaan dan kemuliaan dakwah tersebut.
Dakwah yang menjadi karakteristik
umat Islam yang menghendaki kemuliaan dapat dilakukan dengan beragam metode. Salah
satunya yang terpenting adalah dakwah bil lisan atau dakwah dengan lisan,
ucapan atau perkataan. Dakwah melalui lisan ini memiliki signifikansi dan
urgensinya secara spesifik dalam memberikan implikasi positif terhadap
jiwa-jiwa yang memerlukan dan haus akan sentuhan risalah Islam serta merubah
lingkungan kepada yang lebih baik sehingga terbangun pribadi yang saleh dan
seterusnya masyarakat yang saleh. Agaknya kondisi kontemporer yang menyelimuti
masyarakat kita menjadikan dakwah harus lebih ditingkatkan lagi.
Secara historis, pada awalnya dakwah Rasulullah saw
dimulai dengan lisan dengan mengajak orang-orang terdekatnya. Hal ini berdasarkan
perintah pertama Allah
SWT yang
tertuang dalam firman-Nya :
يا أبها المدثر قم فأنذر وربك فكبر
يا أبها المدثر قم فأنذر وربك فكبر
“Wahai orang yang berselimut, Bangunlah dan berilah peringatan. Dan
Tuhanmu agungkanlah” (QS al-Mudatstsir/74 : 1-3). Kiat Dakwah dengan Lisan Adalah benar ketika dikatakan bahwa seseorang
yang melakukan tugas dakwah tidak berkewajiban untuk meraih keberhasilan. Tetapi
di sisi lain, hendaknya melakukan semaksimal mungkin hal-hal yang dapat
mengantarkannya kepada keberhasilan dakwah. Alqur’an memperkenalkan beberapa
kiat agar seseorang berhasil dalam dakwah, dengan lisan, antara lain dengan
penuh hikmah, nasehat yang baik dan dialog yang lebih baik.
ادعو إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن
ادعو إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantalah mereka dengan cara
yang lebih baik” (QS al-Nahl/16 : 125).
Diantara karakteristik berdakwah dengan lisan yang dilakukan secara hikmah adalah :
Diantara karakteristik berdakwah dengan lisan yang dilakukan secara hikmah adalah :
1.
Ungkapannya memuat kebenaran
2.
Disampaikan dengan jelas, tidak mengandung kesamaran dan dapat difahami
pendengar. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kefahaman pendengar, bukan
yang menyampaikan dakwa.
3.
Sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkari pendengar.
4.
Sesuai dengan kemampuan intelektualitas pendengar. Dalam sebuah atsar
dikatakan : “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat
intelektualitasnya”.
Dakwah dengan lisan dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti ceramah, dialog, diskusi, kajian
terbatas dan umum, statement, pelatihan, person to person contact dan lainnya. Bentuk-bentuk
tersebut bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung, seperti audio
visual.
Yang patut disampaikan disini
adalah bahwa pendengar hendaknya tidak bersikap statis selamanya hanya berperan
sebagai pendengar yang menjadi objek dalam amal dakwah. Ia hendaknya berupaya
membangun dalam dirinya semangat dan kemauan untuk juga menjadi penggerak
bahkan pelaku dakwah. Dengan demikian ia dapat merasakan nikmatnya berdakwah
dan menggapai keutamaannya .
3.
Dakwah
bil Hal
Pendekatan dakwah untuk
memecahkan masalah sasaran dakwah sering juga disebut dakwah bil-hal yaitu metode dakwah
yang lebih menekankan pada amal usaha atau karya nyata yang bisa dinikmati dan
bisa mengangkat harkat, martabat, kesejahteraan hidup kelompok masyarakat. Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang
mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru
dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri
penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah,
beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan
mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat islam sangat
berhubungan erat dengan dakwah yang dilakukannya. Oleh karena itu al-Qur’an
menyebutkan kegiatan dakwah dengan ”Ahsanul Qaula” (ucapan dan
perbuaan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”.
(An-Fushilat: 33))
Dakwah seperti yang
diungkapkan dalam ayat diatas tersebut tidak hanya dakwah berdemensi ucapan
atau lidah tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik, seperti apa yang
telah Rasul SAW lakukan.
4.
Dakwah dengan Tulisan
Dewasa ini media telah
mencapai tahap yang sangat mencengangkan. Lihatlah betapa teknologi berkembang
dari tahap yang sederhana hingga pada tahap modern. Perkembangan teknologi yang
demikian tentu memerlukan penyesuaian dan keterampilan tersendiri dalam menggunakannya.
Kini semakin banyak media surat kabar dan majalah. Masyarakatpun dengan leluasa
memilih dan memilah media yang disukainya.
Situasi demikian adalah
peluang sekaligus tantangan para da’i. Oleh kerena itu tidak keliru jika kini
kegiatan dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui tulisan yang
dikemas secara populer, dan dikirimkan lalu dimuat di media massa seperti di
koran, majalah, tabloid maupun buletin, pesan dakwah dapat tersebar dan
diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung pada keluangan
mad’u (objek dakwah).
Disamping itu melalui
tulisan yang dimuat di media massa, tulisan dakwah dapat memberikan “warna
dakwah” terhadap pesan yang berkembang saat ini. Alangkah disayangkan juga suatu media terpaksa menampilkan
tulisan-tulisan yang kurang bermutu. Jarangnya tulisan dakwah yang bermutu
tentunya berkaitan erat dengan kuantitas dan kualitas penulis dakwah sendiri.
Padahal semakin banyaknya media yang muncul, tentu akan semakin banyak pula
membutuhkan tulisan-tulisan yang bermutu dari para penulis dakwah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Strategi dakwah dalam
Al-qur’an merupakan perpaduan dari
perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan yang
sesuai dengan anjuranAllah dalam Al-qur’an.
Dakwah yang menjadi karakteristik umat Islam yang menghendaki kemuliaan
dapat dilakukan dengan beragam metode. Salah satunya yang terpenting adalah
dakwah bil lisan atau dakwah dengan lisan, ucapan atau perkataan. Selain itu dakwah juga bisa di lekukan dengan perbuatan. dakwah
bil-hal (perbuatan) yaitu metode
dakwah yang lebih menekankan pada amal usaha atau karya nyata yang bisa
dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, kesejahteraan hidup kelompok
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmawan, Aep. Berdakwah
Lewat Tulisan., (Bandung: Mujahid) 2004
Hafidz,
Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta: PP LAKPESDAM NU. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar