Rabu, 10 April 2013

DAKWAH PERSPEKTIF AL QUR'AN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berdakwah adalah salah satu tugas setiap manusia yang telah diperintahkan Allah dalam Al-qur’an. Namun tidak semua manusia dapat menjalankan perintah tersebut dengna baik dikarenakan beberapa faktor.
Namun dizaman yang sudah serba canggih ini, banyak para da’i yang menyampaikan dakwah lewat perbuatan yang realistis dalam mengaplikasikan dakwahnya. Banyak juga para da’i yang memanfaatkan media massa dalam berdakwah jadi tidak hnya melalui lisan namun bisa juga berdakwah lewat tulisan agar dapat lebih mudah dimanfaatkan orang lain.
Oleh karenya, kami memilih tema Dakwah bil lisan dan Dakwah bil Haal ini guna membantu pembaca dalam memeilih strategi apa yang perlu dilakukan dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan bisa efektif dan mengena, yaitu salah satunya dakwah bil haal dan bil lisan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana strategi dakwah perspektif Al-Qur’an ?
2.      Bagaiaman strategi dakwah bil Lisan ?
3.      Bagimana strategi dakwah bil Haal ?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui strategi dakwah perspektif Al-Qur’an
2.      Mengetahui strategi dakwah bil Lisan
3.      Mengetahui strategi dakwah bil Haal





BAB II
PEMBAHASAN
STRATEGI DAKWAH
1.        Stategi Dakwah perspektif Al-qur’an
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.  Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik yang harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Pentingnya strategi dakwah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
a.       Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasive dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b.       Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun budaya.
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita bisa mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
·         Dakwah secara tatap muka (face to face) Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
·         Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback).
·         Dapat saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita.
·         Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh bisa berdialog dengannya.
c.       Dakwah melalui media. Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatif. Namun tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku. Kelemhannya tidak persuasive Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar.
2.      Dakwah bil Lisan
Islam diturunkan dan dipersembahkan oleh Allah sebagai rahmat bukan saja bagi umat Islam tetapi sesungguhnya juga menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan bahkan bagi alam semesta. Untuk merealisasikan dan menampilkan Islam sebagai rahmat, tidaklah cukup manakala Islam sekadar difahami secara teoritis oleh umatnya, namun lebih dari itu, Islam yang ajarannya bersifat komprehensif dan integral yang meliputi seluruh sisi kehidupan manusia seyogyanya diaplikasikan dalam kehidupan keseharian yang realistis. Dalam persepektif Islam, seorang muslim tidak cukup merasakan dan menikmati Islam sebagai rahmat bagi dirinya semata. Ia perlu dan harus memperkenalkan dan menyebarkan rahmat Islam tersebut kepada orang lain sehingga merekapun dapat merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Islam sebab boleh jadi sebagian orang yang hidup jauh dari tuntunan Islam dikarenakan tidak mengetahui dan memahami hakekat Islam yang sebenarnya. Inilah tugas dakwah yang harus diperankan oleh setiap muslim terlepas dari apapun status, jabatan, profesi dan spesialisasi keilmuannya. Kewajiban dakwah juga tidak mengenal diskriminasi gender dengan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya dapat dan harus mengambil kesempatan dan berpartisipasi mengemban tugas dakwah sekaligus melanjutkan tugas mulia Rasulullah saw sehingga dapat sharing bersama beliau dalam meraih keutamaan dan kemuliaan dakwah tersebut.
Dakwah yang menjadi karakteristik umat Islam yang menghendaki kemuliaan dapat dilakukan dengan beragam metode. Salah satunya yang terpenting adalah dakwah bil lisan atau dakwah dengan lisan, ucapan atau perkataan. Dakwah melalui lisan ini memiliki signifikansi dan urgensinya secara spesifik dalam memberikan implikasi positif terhadap jiwa-jiwa yang memerlukan dan haus akan sentuhan risalah Islam serta merubah lingkungan kepada yang lebih baik sehingga terbangun pribadi yang saleh dan seterusnya masyarakat yang saleh. Agaknya kondisi kontemporer yang menyelimuti masyarakat kita menjadikan dakwah harus lebih ditingkatkan lagi.
Secara historis, pada awalnya dakwah Rasulullah saw dimulai dengan lisan dengan mengajak orang-orang terdekatnya. Hal ini berdasarkan perintah pertama Allah
SWT yang tertuang dalam firman-Nya :
 
يا أبها المدثر قم فأنذر وربك فكبر
“Wahai orang yang berselimut, Bangunlah dan berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah” (QS al-Mudatstsir/74 : 1-3). Kiat Dakwah dengan Lisan Adalah benar ketika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan tugas dakwah tidak berkewajiban untuk meraih keberhasilan. Tetapi di sisi lain, hendaknya melakukan semaksimal mungkin hal-hal yang dapat mengantarkannya kepada keberhasilan dakwah. Alqur’an memperkenalkan beberapa kiat agar seseorang berhasil dalam dakwah, dengan lisan, antara lain dengan penuh hikmah, nasehat yang baik dan dialog yang lebih baik.
ادعو إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang lebih baik” (QS al-Nahl/16 : 125).
 
Diantara karakteristik berdakwah dengan lisan yang dilakukan secara hikmah adalah : 
1.      Ungkapannya memuat kebenaran 
2.      Disampaikan dengan jelas, tidak mengandung kesamaran dan dapat difahami pendengar. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kefahaman pendengar, bukan yang menyampaikan dakwa.
3.      Sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkari pendengar.
4.      Sesuai dengan kemampuan intelektualitas pendengar. Dalam sebuah atsar dikatakan : “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat intelektualitasnya”.
Dakwah dengan lisan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti ceramah, dialog, diskusi, kajian terbatas dan umum, statement, pelatihan, person to person contact dan lainnya. Bentuk-bentuk tersebut bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung, seperti audio visual.
Yang patut disampaikan disini adalah bahwa pendengar hendaknya tidak bersikap statis selamanya hanya berperan sebagai pendengar yang menjadi objek dalam amal dakwah. Ia hendaknya berupaya membangun dalam dirinya semangat dan kemauan untuk juga menjadi penggerak bahkan pelaku dakwah. Dengan demikian ia dapat merasakan nikmatnya berdakwah dan menggapai keutamaannya .
3.      Dakwah bil Hal
Pendekatan dakwah untuk memecahkan masalah sasaran dakwah sering juga disebut  dakwah bil-hal yaitu metode dakwah yang lebih menekankan pada amal usaha atau karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, kesejahteraan hidup kelompok masyarakat. Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah  mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat islam sangat berhubungan erat dengan dakwah yang dilakukannya. Oleh karena itu al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan ”Ahsanul Qaula” (ucapan dan perbuaan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya:  Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (An-Fushilat: 33))
Dakwah seperti yang diungkapkan dalam ayat diatas tersebut tidak hanya dakwah berdemensi ucapan atau lidah tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik, seperti apa yang  telah  Rasul  SAW lakukan.
4.      Dakwah dengan Tulisan
Dewasa ini media telah mencapai tahap yang sangat mencengangkan. Lihatlah betapa teknologi berkembang dari tahap yang sederhana hingga pada tahap modern. Perkembangan teknologi yang demikian tentu memerlukan penyesuaian dan keterampilan tersendiri dalam menggunakannya. Kini semakin banyak media surat kabar dan majalah. Masyarakatpun dengan leluasa memilih dan memilah media yang disukainya.
Situasi demikian adalah peluang sekaligus tantangan para da’i. Oleh kerena itu tidak keliru jika kini kegiatan dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui tulisan yang dikemas secara populer, dan dikirimkan lalu dimuat di media massa seperti di koran, majalah, tabloid maupun buletin, pesan dakwah dapat tersebar dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung pada keluangan mad’u (objek dakwah).
Disamping itu melalui tulisan yang dimuat di media massa, tulisan dakwah dapat memberikan “warna dakwah” terhadap pesan yang berkembang saat ini. Alangkah disayangkan juga  suatu media terpaksa menampilkan tulisan-tulisan yang kurang bermutu. Jarangnya tulisan dakwah yang bermutu tentunya berkaitan erat dengan kuantitas dan kualitas penulis dakwah sendiri. Padahal semakin banyaknya media yang muncul, tentu akan semakin banyak pula membutuhkan tulisan-tulisan yang bermutu dari para penulis dakwah.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Strategi dakwah dalam Al-qur’an merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan anjuranAllah dalam Al-qur’an.
Dakwah yang menjadi karakteristik umat Islam yang menghendaki kemuliaan dapat dilakukan dengan beragam metode. Salah satunya yang terpenting adalah dakwah bil lisan atau dakwah dengan lisan, ucapan atau perkataan. Selain itu dakwah juga bisa di lekukan dengan perbuatan. dakwah bil-hal (perbuatan) yaitu metode dakwah yang lebih menekankan pada amal usaha atau karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, kesejahteraan hidup kelompok masyarakat.



















DAFTAR PUSTAKA
Kusmawan, Aep. Berdakwah Lewat Tulisan., (Bandung: Mujahid) 2004
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta: PP LAKPESDAM NU. 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar