PENDAHULUAN
1.1Latar Balakang
Islam memerintahkan agar manusia menggunakan anggotanya untuk berbuat baik
terhadap Tuhan, sesama manusia juga terhadap lingkungan, tidak untuk berbuat
jahat, karena pada asalnya segala anggota tubuh manusia itu dijadikan Tuhan
sebagai nikmat dan amanah bagi manusia. Dan karena itu al-Ghazali berpendapat,
menggunakan nikmat dan amanah Tuhan untuk berbuat dosa dan maksiat adalah
kejahatan yang terbesar dan kedurhakaan yang tidak ada bandingnya terhadap
Tuhan.
Pada dasarnya sifat-sifat yang
tercela dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu maksiat lahir dan maksiat batin.
Maksiat lahir ialah segala sifat yang tercela yang dikerjakan oleh anggota
lahir seperti tangan, mulut, mata dan sebagainya. Sedang maksiat batin ialah
segala sifat yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin, yaitu hati. Dan
dalam hal ini kami akan memfokuskan pembahasan pada maksiat batin.
Imam al-Ghazali menyebut
sifat-sifat tercela ini dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala
tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan. Sifat tercela ini
beliau sebut juga sebagai suatu kehinaan (razilah). Karena itu beliau
menamakan marah dengan razilatul ghadab (kehinaan marah), dengki dengan razilatul
hasad (kehinaan dengki), menggunjing dengan razilatul ghibah
(kehinaan menggunjing), adu domba dengan razilatul namimah (kehinaan adu
domba), egois dengan razilatul ananiah (kehinaan egois). Sebagaimana topik
yang akan kami bahas, yakni terkait tentang pengertian, akibat-akibatnya,
sebab-sebabnya dan usaha-usaha untuk menghindari dan menghilangkannya.
1.2Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perilaku ananiah itu?
2.
Apa sebenarnya perilaku ghadab itu?
3.
Apa yang dimaksud dengan perilaku hasad?
4.
Bagaimana Ghibah itu?
5.
Apa yang dimaksud dengan namimah?
1.3Tujuan
1.
Agar mengetahui bagaimana sebenarnya perilaku ananiah itu
2.
Untuk mengerti apa sebenarnya perilaku ghadab itu
3.
Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku hasad
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ghibah itu
5.
Agar mengerti apa yang dimaksud dengan namimah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ananiah
a.
Pengertian Ananiah
Kata ananiah
berasal dari bahasa Arab ana yang berarti saya atau aku, kemudian mendapat
tambahan kata iyah. Ananiah berarti ’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut
egois, yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika
perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.egois merupakan sifat tercela
yang dibenci oleh Allah swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang
dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois
biasanya membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan
rendah. Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membanggakan diri.
Firman Allah
swt :
3 ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä `tB tb%2 Zw$tFøèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah;
suka membanggakan diri sendiri, merasa diri paling benar, menganggap orang lain
salah.
b.
Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat
menghindari perilaku ananiah bukanlah suatu hal yang mudah karena setiap
manusia pasti memiliki sikap egoistis. Hal-hal yang harus dilakukan agar
terhindar dari perilaku ananiah sebagai berikut :
a.
Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun
orang lain.
b.
Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap
takabur yang dibenci Allah swt
c.
Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d.
Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e.
Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
- Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois
Segala sesuatu
yang dikerjakan itu pasti ada akibatnya, demikian halnya dengan apabila kita
berbuat atau mempunyai sifat yang buruk pasti akan berakibat keburukan terhadap
diri kita khususnya dan orang lain pada umumnya. Diantara akibat dari sifat
ananiah atau egois antara lain :
a.
jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang yang egois tidak suka
menolong orang lain.
b.
Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.
Menimbulkan kebencian dan permusuhan, sehingga merugikan diri sendiri.
2.2 Ghadab
a.
Pengertian Ghadab
Ghadab (marah)
secara bahasa artinya keras atau kasar. Orang yang marah (pemarah) di sebut ghadib.
Ghadab merupakan antonim (lawan kata) dari rida dan hilm (murah hati). Secara
istilah, ghadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang
terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain. Amarah selalu mendorong manusia
bertingkah laku buruk atau jahat. Seorang pemarah tergolong lemah imannya
karena berpandangan picik dan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Sebaliknya, jika seorang berpandangan luas dan dapat mengendalikan hawa
nafsunya, maka ia akan bersikap arif atau bijaksana dalam menyelesaikan setiap
masalah.
Orang mukmin yang
baik selalu bersedia memaafkan kesalahan saudaranya, baik yang diminta ataupun
tidak,karena hanya mengharapkan keridaan Allah swt. Allah berfirman dalam
al-qur’an:
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
Artinya
: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” ( QS. Ali
Imran : 134 )
Ghadab dapat
dikatakan seperti nyalanya api yang terpendam di dalam hati. Karena itu, orang
yang marah mukanya akan memerah bagaikan api yang menyalah. Ini adalah salah
satu dari hasil godaan syetan kepada manusia. Islam mengajarkan agar orang yang
marah itu segera berwudhu, bahkan mandi jika perlu. Rasulullah SAW dalam
riwayatnya bersabda :
اَلْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ
وَالْمَاءُيُطْفِىءُالنَّارَفَاِذَاغَضِبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَغْتَسِلْ
Artinya : “marah itu asalnya dari syetan dan syetan
itu dibuat dari api, dan air itu dapat memadamkan api. Maka apabila seseorang
diantara kalian marah, hendaklah mandi.”
Menurut hadist di atas bahwa marah
termasuk salah satu sifat atau akhlak yang tercela, karena juga dari syetan.
Pada suatu hari ada seseorang yang dating terhadap rasulullah supaya diberi
petunjuk yang perlu di amalkan. Beliau mengatakan “jangan kamu marah”, sahabat
tersebut meminta lagi tambahanya, apa lagi yang perlu di amalkan, rasulullah
SAW tetap berkata “jangan kamu marah”, tanpa menambah apa-apa.
Dalam sebuah riwayat, pada suatu
ketika Rasulullah SAW. Bertanya kepada para sahabat, siapakah yang disebut
orang yang selalu menang jika bergulat? Mereka menjawab, yaitu orang yang tidak
dapat dikalahkan oleh orang lain. Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda :
لَيْسَ كَذَالِكَ وَلَكِنَّ الَّذِيْ يَمْلِكُ
نَفْسَهُ عِنْدَالْغَضَبِ
Artinya : bukanlah demikian, tetapi yang
disebut orang yang selalu menang ialah orang yang dapat menahan hawa nafsunya
diwaktu marah.”
Contoh Ghadab:
marah tanpa sebab, mudah tersinggung, tidak bisa mengendalikan diri.
- Menghindari Perilaku Ghadab
Adapun untuk
menghindari perilaku ghadab diantaranya:
a.
Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas panjang.
b.
Meninggalkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya marah.
c.
Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci Allah swt. dan manusia
d.
Berusaha belajar memiliki sikap lapang dada dan mudah memaafkan orang lain.
- Akibat buruk sifat ghadab atau pemarah antara lain :
a.
Dibenci Allah, Rasul-Nya, dan manusia.
b.
Dapat merusak iman seseorang.
c.
Menimbulkan dendam dan sakit hati.
d.
Menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan, sehingga merusak persahabatan
dan persaudaraan.
2.3 Namimah
a. Pengertian Namimah
Pengertian
namimah menurut bahasa berarti mengadu domba. Sedangkan
menurut istilah namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah antara
seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuhan. Namimah
termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah swt. dalam Al Qur’an :
wur ôìÏÜè? ¨@ä. 7$xym AûüÎg¨B ÇÊÉÈ :$£Jyd ¥ä!$¤±¨B 5OÏJoYÎ/ ÇÊÊÈ 8í$¨Z¨B Îöyù=Ïj9 >tG÷èãB AOÏOr& ÇÊËÈ ¤e@çGãã y÷èt/ y7Ï9ºs AOÏRy ÇÊÌÈ
Artinya :
“dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi
perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain
dari itu, yang terkenal kejahatannya.” (Q.S. Al Qalam : 10-13).
Contoh dari
Namimah ini: ketika si A berkata kepada si B tentang si C, bahwa si C itu
orangnya tamak, rakus, lalu si B tanpa tabayyun (klarifikasi) menyampaikan
kepada si C perkataan si A dengan tujuan agar si C marah dan benci kepada si A,
sehingga dengan demikian si B dapat dikatakan sebagai orang yang berbuat Fitnah
(Namimah) yaitu sebagai penyebar fitnah.
Allah bersabda
didalam Al-Qur’an :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S Al-Hujarat : 6)
Hukum Namimah
dan dalil-dalilnya Namimah merupakan salah satu dosa besar, dan hukumnya haram
karena menimbulkan dampak yang sangat buruk dan sangat merugikan. Imam Munziri
rahimahullah berkata: "Telah sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah
hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Subhanahu
wa Ta'ala.”
b. Sebab-sebab yang mengantarkan
seorang melakukan Namimah :
1.
Karena kejahilan terhadap bahaya yang ditimbulkannya, atau dalam kata lain
tidak mengerti ilmu Syar'i, sehingga dengan seenaknya tanpa merasa berdosa ia
mau melakukan hal tersebut.
2.
Disebabkan hasad atau iri dan dengki yang akan menyebabkan seseorang mencari
jalan untuk menyebarkan fitnah.
3.
Hati yang kotor jauh dari bimbingan Syariat, sehingga tidak tampak baginya
kebenaran. Ia merasa puas kalau sekiranya orang lain saling bermusuhan, saling
membenci. Oleh karena itu, bagi orang yang kotor dan sakit hatinya maka namimah
merupakan suatu jalan baginya untuk mengotori hatinya.
4.
Karena berteman dengan orang-orang yang suka berbuat namimah, sehingga
menyebabkan dia terdorong dan terpancing untuk melakukan namimah tersebut.
c. Menghindari perilaku namimah
Di antara cara
menghindari perilaku namimah ialah antara lain:
a.
Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga
meskipun rajin beribdah.
b.
Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negative
tentang orang lain.
c.
Menhindari factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah,
seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip dan lain-lain.
d.
Obat dari penyakit Namimah
1.
Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena itu
orang yang ikhlas dalam beribadah sulit tergoyahkan dan mempunyai pendirian,
sehingga dia berfikir seribu kali sebelum berbuat.
2.
Mengenal hakekat Namimah, dampaknya dan jalan keluarnya. Semua ini tentu
dengan belajar dan menuntut ilmu syar'i, hadir di majlis-majlis ilmu, karena
dengan hadirnya seseorang di majlis-majlis ilmu, maka akan membuat hatinya
bersih dan hilangnya penyakit hatinya.
3.
Berteman dengan orang-orang yang Sholeh. Teman akan mempengaruhi watak
seseorang, karena apabila seseorang ingin tahu seseorang lihat siapa yang
menjadi teman akrabnya.
4.
Selalu Muraqabah, Muraqabah adalah salah satu sifat mulia, dimana seseorang
yang senantisa muraqabah kepada Allah,maka dia akan merasakan bahwa dirinya
merasa diawasi Oleh Allah,karena dia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang
Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, tidak satupun yang luput dari
pengetahuannya. Dengan sifat ini maka dia merasa takut untuk berbuat Namimah.
Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "...dan dia bersama
kamu dimana saja kamu berada". (QS.al-Hadiid: 4)
5.
Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya terhindar dari perbuatan
ini, karena manusia itu lemah, maka perlu baginya untuk memohon bantuan dan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
e.
Sikap seorang muslim kepada orang yang suka berbuat Namimah
1.
Tidak membenarkan perkataan orang yang berbuat namimah, karena dengan
membenarkannya maka jelas akan terjadi kerusakan, kebencian, permusuhan dan
berbagai macam fitnah lainnya.
2.
Melarangnya berbuat namimah. Dengan cara menasehatinya, janganlah kita berbuat
namimah dan menyebarkannya. Dengan bersikap seperti itu berarti kita telah
mencegahnya dari berbuat kerusakan, dan berarti kita telah beramal ma'ruf nahi
munkar.
3.
Membencinya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena maksiyat yang
dilakukannya.
4.
Tidak boleh langsung berburuk sangka kepada saudaranya yang tidak ada di
hadapannya, karena buruk sangka akan menjadi pemicu bagi seseorang berbuat
nanimah dan meyebarkan fitnah.
5.
Tidak boleh mencari-cari kesalahan atasnya, karena mencari-cari kesalahan
juga menjadi pemicu munculnya berbagai macam fitnah.
Ketika seseorang tidak suka kepada penyebar fitnah,
tentu dia tidak akan menghiraukan sehingga fitnah itu tidak terjadi.
2.4 Hasad
a. Pengertian
Hasad
Hasad (dengki) berarti menaruh perasaan
benci, tidak suka atau antipati terhadap orang lain yang mendapat
keberuntungan, nikmat, dan memiliki kelebihan darinya. Sebaliknya, ia akan
merasa senang jika orang lain mendapat kesengsaraan.
Hasad biasanya timbul karena adanya
permusuhan dan atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan
penyakit rohani yang sangat berbahaya dan harus dijauhi, karena sifat tersebut
dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda :
اِيَّا كُمْ
وَالْحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَاتَأْكُلُ
النَّارَالْحَطَبَ (رواه ابوداود)
Artinya : “Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan segala kebaikan , sebagaimana api membakar kayu.” (HR. Abu Daud)
b. Akibat
Perbuatan Hasad / Dengki
Berapa
banyak orang bersaudara jadi bermusuhan, saling mendendam dan saling membenci,
hanya karena dengki kepada saudaranya yang lebih mendapat kasih sayang orang
tua, karena kesuksesan dan kebahagiaan yang didapatkannya.
Penyakit
dengki ini sangat berbahaya dan sukar diobati dengan terapi biasa. Penyakit ini
banyak merusak, mengganggu dan menghilangkan kebahagiaan hidup, bahkan
menyebabkan persengketaan, permusuhan, penipuan, dan lebih jauh lagi dapat
menyebabkan timbulnya peperangan dan malapetaka dalam masyarakat. Ringkasnya,
bahwa selama rasa dengki ini bersarang di dalam hati seseorang, selama itu
pulaia tidak akan mendapatkan rasa bahagia dalam hidupnya.
c.Sebab-sebab
Timbulnya Hasad
Adapun
penyebab timbulnya hasad/dengki dalam hati seseorang adalah sebagai berikut:
Ø Karena adanya permusuhan dan kebencian.
Inilah yang merupakan sebab yang utama.
Ø Beratnya rasa di dalam hati apabila
dirinya itu ada yang melebihi dalam hal apa saja yang didengkikan, misalnya
keturunan, kekayaan, kepandaian, ketampanan/kecantikan, majunya dalam perusahaan
dan lain sebagainya. Ringkasnya, tidak senang kalau dirinya itu dikalahkan,
disaingi atau dilebihi oleh orang lain.
Ø Ingin menjadi pemimpin/pemuka dan
menduduki jabatan yang tinggi, kemudian tidak ada orang lain yang melebihi
kedudukannya itu.
Ø Karena hatinya memang buruk dan enggan
melakukan kebaikan kepada sesama
manusia.
Kadang-kadang seseorang dapat juga
dihinggapi oleh empat sebab di atas sekaligus, tetapi ada yang hanya tiga, dua
atau salah satunya saja. Kemudian apabila hendak menyembuhkannya, maka haruslah
mengetahui terlebih dahulu sebab-sebabnya. Dan perlu ditanamkan bahwa sifat
dengki ini sangat berbahaya bagi orang yang memiliki sifat tersebut, baik
sebagai individu, anggota masyarakat maupun bagi agamanya.
2.5 Ghibah
a. Pengertian
Ghibah
Secara bahasa, ghibah (menggunjing)
ialah membicarakan keburukan (keaiban)orang lain. Secara istilah berarti
membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari
kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlaq ataupun bentuk
lahiriyahnya. Ghibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi
dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal ini berhubungan dengan agama
seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik, munafik dan lain-lain.
Allah swt. melarang keras perilaku
ghibah dan menyeru untuk menjauhinya, karena ghibah digambarkan dengan sesuatu
yang amat kotor dan menjijikkan. Sebagaimana firman Allah swt:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya :“Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan), karena sebagian dari
perasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”. ( QS. Al Hujurat : 12 )
Contoh ghibah; mengumpat dan suka
membeberkan kesalahan orang lain
b. Menghindari
Perilaku Ghibah
Cara menghindari dari perilaku tercela
antara lain :
a. Selalu
mengingat bahwa perbuatan gibah ialah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah
swt.
b. Selalu
mengingat bahwasanya timbangan kebaikan ghibah akan pindah kepada orang yang
digunjingkannya.
c.
Hendaknya orang yang melakukan ghibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya
sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya ghibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang
yang melakukan ghibah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Implikasi
akhlak tercela dan terpuji bagi individu dan sosial
1. Implikasi akhlak tercela bagi individu
Akhlak tercela memiliki beberapa
kerugian, diantaranya kerugian bagi pribadi yang bersangkutan meliputi
merendakan diri sendiri, sulit bergaul dengan sesamanya (karena kurang
diterima), sering mendapat hukuman yang bersifat manusiawi (seperti dipenjara,
dicambuk), mengurangi kehormatan (harga diri) yang dimilikinya, serta mendapat
tempat yang buruk di masyarakat.
Lebih jauh lagi, secara batin
menyebabkan individu tersebut menjadi jauh dengan tuhan, karena perbuatan
tersebut telah menyalahi aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
2. Implikasi akhlak tercela bagi sosial
Akhlak yang tercela tidak hanya
berimplikasi pada diri sendiri, melainkan diderita juga oleh orang yang menjadi
korban, dalam hal ini adalah masyarakat dan lingkungan.
Akhlak yang tercela yang dilakukan
seseorang atau beberapa orang akan menciptakan kekacauan, kerusuhan, dan
ketidak nyamanan dimasyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, akhlak tercela dapat
menciptakan kehancuran lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi, karena satu sama
lain saling mencurigai, saling membenci dan saling menjauhi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran. 2002. Pengantar
Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Zahruddin.
2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Depag RI. 1997.
Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Menag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar