Kamis, 18 April 2013

PUSAT DAN ASPEK PERADABAN ISLAM MODERN DAN KONTEMPORER



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Suatu hal yang sangat menarik seperti yang di gambarkan selama ini, yakni Islam memiliki karakteristik global bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu.namun pada sisi yang lain saat Islam memasuki beberapa kawasan di belahan dunia maka ia memiliki beberapa corak dan peradapan yang berbeda-beda, hal ini di karenakan Islam merupakan agama yang baru bagi masyarakat di belahan dunia timur ,timur tengah maupun dunia barat.Islam datang membawa peradapan baru kemudian mengadopsi serta memperbaharui peradapan-peradapan yang sudah ada.islam sempurna di bawa oleh sempurna yang pada saat itu muncul di kawasan timur tengah tepatnya pada kota Makkah.
            Pada awal pertumbuhanya, Islam bergerak secara sedikit demi sedikit mengubah peradaban orang-orang jahiliah, tetapi tidak menghapus seluruh kebudayaanya misalnya,towaf atau memuliyakan ka’bah yang berada di tengah kota Makkah. Setelah Islam mempunyai kekuatan yang cukup di makkah mempunyai kekuatan cukup/ berkembang maka umat islam mulai menyebarkan agama dan peradabanya ke negara dikawasan jazirah arab, hal itu di lakukan secara setahap yang membuahkan hasil yang sangat baik sehingga mendapat tanggapan dari masyarakat yang cukup ramah.
            Setelah kurun waktu yang sangat singkat Islam mampu berkembang di negara-negara kawasan timur tengah misalnya, Turki, Iran, berbagai bagian afrika dan asia tenggara. Islam telah menigubah  peradapan dan kebudayaan di beberpa kawasan tersebut sehingga kawasan – kawasan tersebut memiliki corak kebudayaan yang mencerminkan nilai - nilai Islam dan berkembang sampai sekarang atau abad modern dan kontemporer.semua itu memiliki beberapa aspek pendukung peradaban dan kebudayaan dari masa kemasa atau abad ke abad sehingga Islam mampu mempengaruhi dunia sosial , politik, budaya , seni dan sastra .pusat-pusat dan aspek-aspek kontemporer. Merupakan suatu yang sangat perlu kita kaji dan teliti agar nilai nilai Islam yang termuat di dalam peradabannya agar tidak hilang ditelan olah perkembangan zaman.

1.2  Rumusan Masalah
a)     Bagaimanakah sejarah peradaban Islam modern dan kontemporer ?
b)     Bagaimana pusat-pusat p dan aspek-aspek peradaban Islam modern dan kontemporer?
c)      Bagaimana Peradaban Islam di Indonesia pada zaman modern dan kontemporer?

1.3  Tujuan
a)     Memahami sejarah peradaban islam modern dan kontemporer
b)     Untuk mengetahui pusat- pusat dan aspek-aspek  peradaban Islam modern dan kontemporer
c)      Untuk mengetahui Peradaban Islam di Indonesia pada zaman modern dan kontemporer














BAB II
PEMBAHASAN
2.1Sejarah peradaban Islam modern dan kontemporer
Pada abad ke 18, kawasan barat yang sudah mapan memasuki negara-negara islam serta mendirikan dominasinya di berbgai jalur sehingga dapat menguasai beberapa aspek kehidupan masyarakat  Islam yang akhirnya mendominasi kebudayaan serta perdaban Islam. Sejak  itulah umat Islam mulai sadar betapa beratnya penderitaan di bawah penjajahan Negara-negara barat (orang-orang Kristen ). Mulailah umat Islam menginstropeksi diri dalam segala kehidupanya, baik dalam bidang agama politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Kebangkitan dunia Islam di latar belakangi banyaknya negara-negara Islam yang memberontak Negara-negara barat melalui dari beberapa pemikiran serta dipacu oleh pemuku-pemuka islam untuk memodernkan dunia islam.[1]
Dalam sejarah perjalanan islam di bagi beberapa periode diantaranya yaitu periode klasik(650-1250 M),periode pertengahan(1250-1800 M),peride modern dan kontemporer(1800 M).pada perode klasik islam mengalami kemajuan karena pada masa itu terjadi ekspansi intregasi dan keemasan islam. pada masa itu pulalah beberapa lahir cendekiawan yang memiliki berbagai macam keahlian ilmu pengetahuan dan filsafat.
Pada masa periode prtengahan Islam mengalami kemunduran akibat adanya berbagai perpecahan dalam wilayah Islam yang mendirikan negara sendiri-sendiri serta berbagai macam serangan dari Negara –Negara barat.pada masa ini umat islam berada periode kegelapan terutama dalam bidang pemikiran kemajuan ilmiah sudah tidak ada lagi dengan di tutupnya pintu ijtihat pemikiran menjadi mati.




2.2Pusat- pusat  dan aspek-aspek peradaban Islam modern dan kontemporer
Banyak aspek-aspek pendukung peradaban Islam modern dan kontemporer di kawasan timur tengah, serta kawasan timur diantaranya adalah aspek budaya, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek politik.  Diantara negara-negara yang mengalami perkembangan peradaban dalam kategori modern dan kontemporer adalah Turki, India, Iran dan kawasan sekitarnya.

1.   Baghdad
Kota bagdad didirikan oleh khalifah abbasiah kedua, almanshur(754-755 M) pada tahun 762 M. setelah mencari- cari daerah yang strategis untuk ibukotanya, pilihan jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad terletak di sungai tigris. Ia menugaslan beberapa orang ahliuntuk meneliti dan mempalajari lokasi. Setelah penelitian seksama ini itulah daerah ini ditetapkan sebagai ibukota dan pembangunan di mulai. Menurut cerita rakyat, daerah ini adalah sebagai tempat peristirahatan kisra Anusyirwan, raja Persia yang mashur, di musim panas. Bagdad berarti”taman keadilan” taman itu lenyap bersama kerajaan Persia.akan tetapi, nama itu tetap menjadi kenagan rakyat.
       Dalam membangun kota ini khalifah memperkerjakan ahli bangunan yang terdiri darinarsitektur-arsitektur,tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, dan lain-lain. Mereka didatangkan dari syiria, mosul, basyrah, dan kuffah yang berjumlah sekitar 100 ribu orang. Kota ini berbentuk bundar. Disekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi disebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus sebagai benteng. Ada empat buah pintu gerbang diseputar kota ini, disediakan untuk setiap orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah bab al-kuffah, bab al-syam, bab al-bashrah, bab al-khurasan. Di tengah-tengah kota terletak istana kholifah menurut seni arsitektur Persia. Istana ini terkenal dengan nama al-qashr al-zahabi,berarti istana emas. Istana ini di lengkapi bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi, dan temapat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah. Di sekitar istana dibangun pasar tempat perbelanjaan. Jalan raya menghubungkan empat pintu gerbang.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya, Philip K.Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Setelah masa Al-manshur, kota bagdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam. Banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa keemasan kota bagdad terjadi pada zaman pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan anaknya Al-makmun (813-833 M). dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktifitas intelektual merupakan tiga keistemewaan kota ini. Kebesaranya yang tidak terbatas pada negeri arab, tetapi meliputi seluruh negeri islam. Bagdad ketika itu menjadi pusat peradaban islam dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya di pandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Khalifah al-ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-hikmah.

  1. Penguasa pada masa-masa awal
            Populasi Bagdad berada pada jumlah sekitar 300.000 dan 500.000 pada abad ke-9. Pertumbuhan pesat Bagdad pada awal telah melambat akibat dari masalah dalam Kekholifahan, termasuk pemindahan ibu kota ke Samarra (antara 808819 dan 836892), hilangnya provinsi-provinsi barat dan paling timur, dan masa dominasi politik oleh para Buwayhid Iran (9451055) dan bangsa Turki Seljuk (10551135). Panen yang rusak dan perselisihan intern membuatnya runtuh. Meskipun begitu, kota ini tetap merupakan satu daripada pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam hingga 10 Februari 1258 ketika ia dirusak bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan. Para suku Mongol membunuh 800.000 penduduk kota, termasuk Kalifah Abbasiyah Al-Musta'sim, dan merusak sebagian besar kota. Kanal dan tanggul-tanggul yang membentuk sistem irigasi kota juga turut hancur. Perebutan Bagdad mengakhiri era Kekholifahan Abbasiyah, sebuah pukulan keras yang tak pernah dipulihkan peradaban Arab.
            Bagdad pun dipimpin oleh Il-Khanidd, penguasa Iran berbangsa Mongol. Pada 1401, Bagdad dirusak kembali oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur ("Tamerlane"). Ia menjadi ibu kota provinsi yang dipimpin dinasti-dinasti Jalayirid (14001411), Qara Quyunlu (14111469), Aq Quyunlu (14691508), dan Safavid (15081534). Pada 1534, Bagdad direbut bangsa Turki Ottoman. Di bawah kekuasaan mereka, Bagdad mengalami masa-masa suram, di antaranya karena perselisihan antara penguasanya dengan Persia. Untuk suatu saat, Bagdad merupakan kota terbesar di Timur Tengah sebelum posisinya diambil alih Konstantinopel pada abad ke-16.

  1. Kemerdekaan
            Bagdad tetap dikuasai Kerajaan Ottoman hingga terbentuknya kerajaan Irak di bawah kekuasaan Britania Raya pada 1921, yang kemudian dilanjutkan dengan kemerdekaan resmi pada 1932 dan kemerdekaan penuh pada 1946. Pengaruh Eropa ini juga mengubah wajah kota. Pada tahun 1920, Bagdad - yang tumbuh dari lokasi tertutup seluas 254 mil persegi (657 km²) - menjadi ibu kota negara baru Irak.
            Populasi kota tumbuh dari sekitar 145.000 pada 1900 menjadi 580.000 pada 1950. Pada tahun 1970-an, Bagdad mengalami masa kemakmuran dan pertumbuhan karena tajamnya kenaikan harga minyak, ekspor utama Irak. Infrastruktur baru dibangun pada saat ini termasuk saluran pembuangan modern, air, dan jalan tol. Namun Perang Iran-Irak pada tahun 1980-an merupakan masa yang sulit bagi Bagdad karena uang digunakan untuk membiayai pasukan tentara dan ribuan penduduk kota meninggal. Iran melancarkan beberapa serangan rudal terhadap Bagdad, meski serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan kecil dan sedikit korban saja.

  1. Konflik dengan Amerika
            Perang Teluk Persia pada 1991 mengakibatkan kerusakan parah terhadap Bagdad, khususnya infrastruktur transportasi, energi dan kebersihannya. Meskipun begitu, Presiden AS George H. W. Bush memutuskan agar pasukan AS tidak memasuki Bagdad dan merebutnya – dan dengan itu meninggalkan Saddam Hussein dalam tonggak kekuasaan – hal ini mungkin disebabkan kemungkinan akan adanya korban sipil yang besar dari melakukan serangan ke kota tersebut.
            Bagdad dibom secara besar-besaran pada Maret dan April 2003 dalam invasi AS terhadap Irak 2003, dan jatuh di bawah kekuasaan Amerika Serikat pada sekitar tanggal 7 April-9 April. Kerusakan tambahan juga disebabkan penjarahan besar-besaran pada beberapa hari setelah berakhirnya perang. Setelah jatuhnya rezim Saddam, kota ini pun dikuasai oleh pasukan AS. Akhirnya kekuasaan berpindah kepada pemerintah sementara pada akhir Juni 2004.
            Hingga kini Bagdad masih termasuk berbahaya bagi penduduknya karena kriminalitas merajalela di kota tersebut. Selain itu, aliran listrik juga masih terbatas dan menyebabkan warga menjadi tidak sabar dengan invasi AS terhadap Irak.
Bagdad telah lama memainkan peranan penting dalam kehidupan kebudayaan Arab dan sejak dulu merupakan kampung halaman penulis-penulis, musisi dan artis visual terkenal.

  1. Pemandangan yang menarik dan monumen-monumen penting
            Tempat-tempat yang menarik termasuk Museum Nasional Irak, di mana koleksi artifak-artidak yang tak ternilai dijarah pada saat invasi pada 2003, gerbang Tangan Kemenangan, dan Kebun binatang Bagdad. Ribuan manuskrip kuno di Perpustakaan negara rusak ketika bangunan tersebut dibakar pada masa Perang Teluk Persia kedua. Mesjid Al Khadimiya di barat laut Bagdad adalah salah satu bangunan keagamaan Syiah terpenting di Irak. Ia selesai dibangun pada 1515 dan Imam ke-7 (Musa ibn Jafar al-Kazim) dan ke-9 (Mohammad al-Taqi) dimakamkan di sini. Salah satu bangunan tertua adalah Istana Abbasiyah yang dibangun pada abad ke-12 atau abad ke-13.
            Pada abad ke-8 dan 9, Bagdad dianggap sebagai kota terkaya di dunia. Para pedagang Tiongkok, India, dan Afrika Timur bertemu di sini, bertukaran benda-benda kebudayaannya dan melambungkan Bagdad menjadi renaisans intelektual. Rumah sakit dan observatorium dibangun; para penyair dan seniman dibina; dan karya besar Yunani) diterjemahkan ke (bahasa Arab).
Bagdad adalah salah satu dari kota terbesar dan paling kosmopolitan di dunia dan menjadi rumah bagi umat Muslim, (Kristen|Kristiani), (Yahudi) dan penganut (paganism) dari seluruh (Timur Tengah) dan (Asia Tengah). Di samping itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa yang memenuhi kota itu. Dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyyah, didirikan olah nizham al-mulk, wazir sultan Seljuk, pada abad ke-5 H dan perguruan mustanshiriyah, didirikan dua abad kemudian olah khalifah al-mustansyir billah.
Dalam bidang sastra, kota bagdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari orang. Diantara karya sastra yang terkenal ialah Alf lailah wa lailah, atau kisah seribu satu malam. Di kota bagdad ini, lahir dan muncul para saintis, ulama, filosof, dan sastrawan Islam yang terkenal, seperti al-khawarizm(ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar), al-kindi (filosof arab pertama), al-razi (filosof, ahli fisika dan kedokteran), al-farabi (filosof besar yang dijuluki dengan al-mu’allim al-tsani, guru kedua setelah aristoteles.
Dalam bidang ekonomi, perkembanganya berjalan seiring dengan perkembangan politik. Pada zaman harun al-rasyid dan al-makmun, perdagangan dan industry berkembang pesat. Kehidupan ekonomi kota ini didukung oleh tiga buah pelabuhan yang ramai dikunjungi para kafilah dengan internasional(cina, india, asia tengah, syiria, Persia, mesir, dan negeri afrika lainnya), dua di basrah dan sirat di teluk Persia
.
2.   Kairo (mesir)
Kota kairo di bangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti fathimiah yang beraliran syi’ah, jawhar al-siqili, atas perintah khalifah fathimiah, al-mu’izz lidinillah (953-975 M), sebagai ibukota kerajaan dinasti tersebut.
Wilayah kekuasaan dinasti fathimiah meliputi afrika utara, sicilia, dan syiria. Berdirinya kota kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat bagdad mendapat saingan. Setelah pembangunan kota kairo rampung lengkap dengan istananya, al-siqili mendirikan masjid al-azhar, 17 Ramadhan 359 H (970 M). masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari al-Zahra’, julukan fathimiah, puteri Nabi Muhammad saw dan istri ‘ali ibn abi thalib, Imam pertama syiah.
Kota yang terletak di tepi sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu pada masa dinasti fathimiah, dimasa shalah Al-Din Al- Ayyubi dan dibawah baybars dan al-nasyir pada masa dinasti mamalik. Periode fathimiah ini dimulai dengan al-mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-aziz. Al- muizz lidinillah dan aziz di mesir dapat disejajarkan dengan harun al-rasyid di bagdad. Selama pemerintahan mu’izz dan tiga orang pengganti pertamanya, seni dan ilmu mengalami kemajuan besar.
Al –mu’izz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi,pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama(juga aliran). Dalam bidang administrasi, ia mengangkat seorang wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia member gaji khusus kepda tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazdhab syi’ah dan dua untuk mazdhab sunni. Al-azis kemudian mengadakan program baru dengan mendirikan masjid-masjid , istana, jembatan, dan kanal-kanal baru.
Pada zaman aziz billah dan hakim biamrillah, terdapat seorang mahaguru bernama ibn yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyannya zij al-akbar al-hakimi diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh ibn al-nabdi(1040) dan hasan ibn haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan al-hakim, didirikan bait al-hikamah, terisnpirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh al-makmun di bagdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran Islam terutama syia’ah.
Pada masa-masa selanjutnya, dinasti fathimiah mulai mendapat gangguan –gangguan politik. Akan tetapi, kaoro tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Kafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali didirikan oleh penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu, 1000 pengawal berkuda.
Dinasti fathimiah ditumbangkan oleh dinsti ayyubiah yang didirikan oleh shalah al-din, seorang pahlawan islam terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaanya dari syi’ah kepada sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama masjid yang dilengkpi dengan tempat belajar teologi dan hokum. Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, compendium sejarah, manual hokum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang cacat pikiran.

3.   Isfahan (Persia)
            Isfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan syafawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu jay, tempat berdirinya syahrastan dan yahudiyyah yang didirikan oleh buchtanashar atau yazdajir 1 atas anjuran istrinya yang beragama yahudi. Kota Persia ini sebagai ibu kota provinsi dan pusat industry dan perdagangan.
            Persia memiliki kebudayann dan perdaban yang mempunai ciri menggunakan bahasa indo irannya dan cirri etnik arya serta domonasi bahasa Persia. Pengaruh kebudayaannya mampu mempengaruhi negara-negara di india, asia tenggara khususnya melayu maupun daratan cina. Persia memiliki cirri-ciri kebudayaan seperti arsitektur dan kesenian yang sangat khas sehingga mampu digunakan sebagai alat dalam penyebaran serta pengembangan agama islam pada periode islam modern dan kontemporer.Pemgelompokkan keagamaan di Persia banyak mendapat perhatian dari pihak arab karena sistematis pengelompokanya sangat baik dan praktis dengan menggunakan dua corak kehidupan syiah dan suni.
            Ketika raja safawi, Abbas 1, menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaanya, kota ini menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk. Kota ini terletak di atas sungai zandah. Di atas sungai ini terbentang tiga buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak di tengah kota. Sementara dua lainnya di pinggiran kota. Kota ini, ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan syafawi, dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tanah dengan delapan buah pintu . di dalam kota banyak berdiri bangunan, sperti istana-istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara-menara, pasar, dan rumah-rumah yang indah, terukir rapi dengan warna-warna yang menarik. Masjid syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas 1, merupakan salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya di lapisi dengan perak. Di samping itu, juga ada lapangan dan tanaman yang terawatt baik dan menawan.

4.   Turki
            Pada tahun 2000 muncul cendikiawan yang bernama Harun Yahya yang mampu melakukan perlawanan terhadap sekularisme melalui beberapa pemikiran dan dalam bidang yang lain. Ini merupakan fenomena baru bagi penduduk Turki dalam adad modern dan kontemporer.[2]
            Dalam Aspek budaya dan sosialnya kawasan turki banyak dihuni oleh suku Kurdi yang sering melakukan pemberontakan dengan kebijakan publik karena adanya perbedaan pemahaman dalam bidang agama. Dalam aspek agamanya masyarakat Turki mampu berkembang dan mengembangkan ajaran Islam karena memiliki dua madzhab dalam memahami ajaran Islam yaitu madzhab Sunni dan syi’ah. Masing masing dari madzhab tersebut memiliki pemimpin dan bergerak  dalam bidangnya masing-masing tanpa menggangku aktivitas diantara keduanya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari kaisar Turki yang membagi daerah penyebaran masing-masing.[3]
            Dalam arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya. Gereja Aya Sophia, setelah penakhlukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di istambul. Gambar –gambar makhluk hidup yang sebelumnya ditutup, mihrab, didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara- menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah masjid Agung Al-Muhammadi atau masjid Agung Sultan Muhammad Al-fatih, Masjid Abu Ayyub Al-anshari (tempat pelantikan para sultan usmani), masjid bayazid dengan gaya Persia, dan msjid sulaiman Al-qanuni.

5.   Delhi (India)
Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Peradaban Lembah Sungai Gangga. Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya.  Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap. Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu
            Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan ~an sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
            Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Arya sering disebut dengan Arya Varta.
            Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
            Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung.

6.   Pakistan
            Dalam bidang politik Pakistan masih menyandang tradisi kerajaan abbasiyah yakni dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu kestuan dan integritas umat islam sebagai komunitas agama universal, implemntasi syariat dibawa pengawasan ulama’, pelestarian dan penyebaran ilmu agama di bawah bimbingan ulama’. Sebagai fungsional, mereka meng -organisasi memim[pin solat berjamaah ,mengawasi perayaan acara dan hari raya islam serta melakukan upacara pernikahan dan pemakaman.untuk mewujudkan yangt lebih modern mereka mengupayakannya melalui pendirian negara islam dengan alquran dan sunnah sebagai konstitusinya dan syariat sebagai hukumnya 

7.   Andalusia (spanyol)
            Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :

1. Periode Pertama.
Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus. Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum sempurna, namun relatif aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman terhadap proses pembangunan negeri, masih datang silih berganti, baik datang dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula, peradaban dan kebudayaan Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil pada tahun 138 H / 755 M.

2. Periode Kedua.
            Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
            Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.

3. Periode Ketiga.
            Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 – 1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
            Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkuali         tas tinggi.

4. Periode Keempat.
            Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.

5. Periode Kelima.
Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara, yang datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya, kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika. Kaum Katolik sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali Granada yang masih dikuasai Bani Ahmar.

6. Periode Keenam.
Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern yang terjadi di kalangan istana. Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia
a. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.

b. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.

c. Bidang Agama dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.

d. Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di zamannya.

e. Bidang Bahasa dan Sastra.
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.

f. Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.

7.   RUNTUHNYA KERAJAAN ANDALUSIA.
Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia.
            Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di Spanyol menjadi 20 wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
            Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M. Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.

a. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.
            Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan. Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
            Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian, tamatlah sudah riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum Muslimin.

 
b. HANCURNYA PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1.Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
            Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud
.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas Islam itu. Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.

8.   Irak
            Kemampuan dlam mengemas Idiologi nasionalisme, sosialisme dan sekularosme membuat irak mampu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang hamper sama dengan kebudayaan arab.[4] Banyak terdapat kota-kota suci sebagai tempat sejarah yang mampu memberikan dorongan kuat dalam penyeban Islam.[5]

9.   Iran
            Dalam menjalankan pemerintahan pada abad modern ini, pemerintah Iran dibantu oleh parlemen yang menjalankan dan menngawasi jalannya system pemerintahan. Selain itu juga dibantu oleh para ulama’ karismatik. Lembaga yang dijalankannya adalah wilayah al-faqh (pimpinan tertinggi bidang agama dan politik).[6] Dalam bidang keagamaan, iran menganut madzhab syi’ah Istna ‘Asariyah. Meskipun demikian masyarakat iran masih mewarisi madzhab sunni sehingga mereka mampu mengembangkan keagamannya dengan baik.[7]
            Dalam bidang perekonomian, Iran terkenal sebagai produsen tekstil (kapas, katun, wol, sutra dan rami) yang mampumendukung kehidupan masyarakatnya serta dapat membiayai penyebaran agama Islam. Namun ekspor pertama adalah minyak bumi.[8]

10.  Peradaban Islam di Indonesia pada zaman modern dan kontemporer
a. Gerakan modern Islam: asal-usul dan perkembangan
Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Kemunduran progresif kerajaan usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga arabdi pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah jamaluddin Al-Afgani. Ia mengajarkan solidaritas pan- islam dan pertahanan terhadap imperialism Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di timur tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di minamgkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi social keagamaan, seperti sarekat dagang Islam (SDI) di bogor dan solo,persyarikatan ulama di majalengka, jawa barat, muhamadiyah di Yogyakarta,persatuan islam di bandung, dan masih banyak lagi yang lainnya.

b. Perjuangan kemerdekaan umat Islam
1. Masa kolonial belanda
Nasional dalam pengertian politik, baru muncul setelah H.Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada  bulan Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memeperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia, SI pada decade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu, ideology bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai kemerdekaan. Ideology mereka adalah persatuan dan anti-kolonialisme.

2. Masa pendudukan jepang
Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya kembali setelah jepang datang menggantikan posisi belanda. Jepang berusaha mengkomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis”secular”, ketimbang pimpinan traditional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi islamiah yang sebenarnya mempunyai massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobolisasi. Oleh karena itu, kalau organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar islam seperti Muhammadiah, NU, dan kemudian persyarikatan Ulama (majalengka), juga majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), yang kemudian di lanjutkan dengan majelis syuro muslim Indonesia(masyumi) di perkenankan kembali meneruskan kegiatannya.
c. Organisasi politik dan organisasi social Islam dalam suasana Indonesia Merdeka
1. Masa revolusi dan demokrasi liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 agustus 1975, piagam Jakarta sama sekali tidak digunakan. Soekarno-hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI yang khusus untuk pulau jawa, PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia. Perubahan itu menyebabkan banyak anggota BPUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang anggota panitia Sembilan. Persentase nasional Islam pun merosot tajam.
Dalam suasana seperti itu, M. Hatta dalam siding PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah meyakinkan anggota bahwa hanya satu konstitusi “sekuler” yang memepunyai peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Bahkan , kantor urusan Agama seperti yang diperoleh Islam selama pendudukan Jepang, oleh panitia pun ditolak.
Oleh golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai gentleman’s agreement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai gentleman’s agreement pertama. Sementara itu, keputusan yang sama di pandang oleh golongan nasionalis Islam sebagai mengkhianati gentleman’s agreement itu sendiri. Para nasionalis Islam mengetahui bahwa, Indonesia merdeka yang mereka perjuangkan dengan penuh pengorbanan itu, jangankan berdasarkan Islam, piagam Jakarta pun tidak. Oleh sebab itu, bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para  nasionalis Islam.
Dengan demikian, jelas bahwa keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari piagam Jakarta itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideology yang telah berlangsung lama pada masa sebelum kemerdekaan. Para nasionalis islam harus menerima kenyataan itu, karena mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak terlaksananya cita-cita islam mereka. Apalagi soekarno dan Hatta menekankan sifat kesementaraan UUD yang diputuskan pada tanggal 18 Agustus 1945 itu.

2. Masa demokrasi terpimpin
Di masa demokrasi terpimpin ini , soekarno kembali menyuarakan ide lamanya nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis “sekuler”, Islam da komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Peranan partai mengalami erosi, kecuali PKI yang memainkan peranan penting dan diliputi dengan semangat yang tinngi. Pancasila pun ditafsirkan sesuai dengan pemikiranya. Masa ini, karena lebih di dominasi oleh PKI, memendam ketegangan antara Islam dan komunisme. Ketidakpuasan juga terjadi dikalangan banyak golongan nasionalis”sekuler” dan angkatan bersenjata. Masa demokrasi terpimpin itu berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september 1965 PKI, umat islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.

3. Masa Orde Baru
Setelah orde lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada ditangan Orde Baru. Tumbangnya orde lama yang umat islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin. Namun , kekecewaan baru muncul di masa orde baru ini. Umat islam merasa, meskipun musuh bebuyutannya, komunis, telah ditumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang di harapkan.
Orde Baru memang sejak semula merencanakan pembaharuan system politik. Pada tanggal 26 November 1966, dengan sebuah amanat dari president, disampaikan kepada DPRGR:RUU kepartian, RUU pemilu dan RUU susunan MPR, DPRdan DPRD.
Asas tunggal merupakan awal dari era baru peran islam dalam kehidupan berbangsa ini. Peran politik (formal) Islam tidak ada lagi, tetapi sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus berlangsung mungkin dengan pendekatan yang berbeda.

4. Kebangkitan Baru Islam di Masa Orde Baru
Menjelang pancasila diputuskan siding umum MPR 1983 sebagai satu-satunya asas bagi kekuatan politik itu, banyak kalangan yang melontarkan suara-suara kontra. Suara-suara itu semakin tajam tatkala pancasila pada akhirnya, bukan saja diputuskan sebagai satu-satunya asa bagi kekuatan –kekuatan politik, tetapi juga terhadap organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk organisasi keagamaan Indonesia.
Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan organisai-organisasi mahasiswa seperti: HMI, PMII,IMM. Dengan asas tunggal memang wadah politik umat islam hilang. Islam nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun , dengan pembaharuan politik bangsa ini, sebagaimana telah disebutkan  umat islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebuh luas. Perjuangan cultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik saja, aspek ini merupakan pusat islam di masa lalu.
Kegiatan-keigiatan social dan cultural mempunyai nilai-nilai yang lebih langgeng daripada hasil perjuangan politik. Mungkin dengan alas an itulah, muhammadiah sejak awal tidak berminat terjun ke dunia politik praktis dank arena alas an itu pula NU melepaskan diri dari PP.
Selain itu, bukan hanya PPPyang menghimpun politisi-politisi muslim, Golkar, partai pendukung pemerintah ini sekarang banyak merekrut tokoh-tokoh islam menjadi pimpinannya dan duduk di DPR mewakili kekuatan politik itu. Tidak kurang dari DR.Nurchalis Madjid, seorang pemikir Islamterkenal dewasa ini, dan K.H.Abdurrahman Wahid, ketua umum PBNU, organisasi Islam terbesar serta K.H.Hasan Basri, ketua MUI duduk sebagai anggota MPR periode 1987-1992 mewakili golongan-golongan dan memilih fraksi karya pembangunan (FKP)sebagai wadah mereka di MPR. Di samping itu organisasi yang terbesar tanah air ini adalah NU dan Muhammadiah.
Pengalaman di masa lampau jelas menggambarkan bahwa suatu pemikiran akan berkembang secara fleksibel apabila ia berakar dan mampu menjawab persoaln-persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu.
Setelah berlakunya asas tunggal, umat islam dengan segala keberaniannya telah melepaskan suatu wadah politik. Dengan lapang dada, mereka menerima pancasila dan berharap dapat mengisinya dengan nilai-nilai agama. Mereka ingin agar pihak-pihak lain yang selama ini memandang curiga terhadap”Islam “, dapat mempercayai ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam lainnya.







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Islam merupakan sebuah agama yang berkembang dari abad ke abad. Islam selalu melakukan perubahan baik dari segi  kebudayaan atau peradaban. Pada masa sekarang Islam telah masuk pada era atau abad modern atau dan kontemporer. Periode ini menjadi tolak ukur bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam serta sebagai usaha untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran-ajaran Islam baik dalm segi kebudayaan maupun peradabannya. Perkembangan itu banyak dipengaruhi oleh munculnya cendikiawan muslim yang mampu menelaah dan mengkaji syari’at Islam serta mampu menyebarkan kepada masyarakat luas dengan kemasan yang sangat baik sehingga mudah diterimanya. Tetapi tidak menuntut kemungkingan pada periode ini banyak tantangan dari kaum orintalis yang ingin merobohkan serta memusnahkan peradaban dan kebudayaan Islam di muka bumi ini.
            Dengan adanya pembaharuan dan pelestarian terhadap kebudayaan serta peradaban Islam, maka Islam mampu menjaga identitasnya sebagai agama yang dapat diterima oleh seluruh umat dan dapat berkembang disetiap zaman.













DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Dr. 2009, Studi Kawasan Duania Islam, Jakarta, Putra utama Offset.
Mahmud, Adnan, dkk. 2005, Pemikiran Kontemporer Di Indonesia. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Taufik, Ahmad, dkk. 2005, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisame Islam, Jakarta, Putra Utama Offset.



[2] Ibid. Hlm. 241.
[3] Ibid. Hlm. 249.

[4] Azyumardi Arza. Studi Kawasan Islam. Hal 173.
[5] Ibid. Hlm. 176.
[6] Ibid. Hlm. 191.
[7] Ibid. Hlm. 193-194.
[8] Ibid. Hlm. 197.

1 komentar: