BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suatu hal yang sangat menarik seperti yang di gambarkan
selama ini, yakni Islam memiliki karakteristik global bisa diterima dalam
setiap ruang dan waktu.namun pada sisi yang lain saat Islam memasuki beberapa
kawasan di belahan dunia maka ia memiliki beberapa corak dan peradapan yang
berbeda-beda, hal ini di karenakan Islam merupakan agama yang baru bagi
masyarakat di belahan dunia timur ,timur tengah maupun dunia barat.Islam datang
membawa peradapan baru kemudian mengadopsi serta memperbaharui
peradapan-peradapan yang sudah ada.islam sempurna di bawa oleh sempurna yang
pada saat itu muncul di kawasan timur tengah tepatnya pada kota Makkah.
Pada awal pertumbuhanya, Islam bergerak secara sedikit
demi sedikit mengubah peradaban orang-orang jahiliah, tetapi tidak menghapus
seluruh kebudayaanya misalnya,towaf atau memuliyakan ka’bah yang berada di
tengah kota
Makkah. Setelah Islam mempunyai kekuatan yang cukup di makkah mempunyai
kekuatan cukup/ berkembang maka umat islam mulai menyebarkan agama dan peradabanya
ke negara dikawasan jazirah arab, hal itu di lakukan secara setahap yang
membuahkan hasil yang sangat baik sehingga mendapat tanggapan dari masyarakat
yang cukup ramah.
Setelah kurun waktu yang sangat singkat Islam mampu
berkembang di negara-negara kawasan timur tengah misalnya, Turki,
Iran, berbagai bagian afrika
dan asia tenggara. Islam telah menigubah peradapan dan kebudayaan di beberpa kawasan
tersebut sehingga kawasan – kawasan tersebut memiliki corak kebudayaan yang mencerminkan
nilai - nilai Islam dan berkembang sampai sekarang atau abad modern dan
kontemporer.semua itu memiliki beberapa aspek pendukung peradaban dan
kebudayaan dari masa kemasa atau abad ke abad sehingga Islam mampu mempengaruhi
dunia sosial , politik, budaya , seni dan sastra .pusat-pusat dan aspek-aspek
kontemporer. Merupakan suatu yang sangat perlu kita kaji dan teliti agar nilai nilai
Islam yang termuat di dalam peradabannya agar tidak hilang ditelan olah
perkembangan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah sejarah peradaban Islam modern dan kontemporer
?
b) Bagaimana pusat-pusat p dan aspek-aspek peradaban Islam
modern dan kontemporer?
c) Bagaimana Peradaban Islam di Indonesia pada zaman modern dan
kontemporer?
1.3 Tujuan
a) Memahami sejarah peradaban islam modern dan kontemporer
b) Untuk mengetahui pusat- pusat dan aspek-aspek peradaban Islam modern dan kontemporer
c) Untuk mengetahui Peradaban Islam
di Indonesia pada zaman modern dan kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Sejarah peradaban Islam modern dan
kontemporer
Pada
abad ke 18, kawasan barat yang sudah mapan memasuki negara-negara islam serta
mendirikan dominasinya di berbgai jalur sehingga dapat menguasai beberapa aspek
kehidupan masyarakat Islam yang akhirnya
mendominasi kebudayaan serta perdaban Islam. Sejak itulah umat Islam mulai sadar betapa beratnya
penderitaan di bawah penjajahan Negara-negara barat (orang-orang Kristen ).
Mulailah umat Islam menginstropeksi diri dalam segala kehidupanya, baik dalam
bidang agama politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Kebangkitan
dunia Islam di latar belakangi banyaknya negara-negara Islam yang memberontak
Negara-negara barat melalui dari beberapa pemikiran serta dipacu oleh
pemuku-pemuka islam untuk memodernkan dunia islam.[1]
Dalam
sejarah perjalanan islam di bagi beberapa periode diantaranya yaitu periode
klasik(650-1250 M),periode pertengahan(1250-1800 M),peride modern dan
kontemporer(1800 M).pada perode klasik islam mengalami kemajuan karena pada
masa itu terjadi ekspansi intregasi dan keemasan islam. pada masa itu pulalah
beberapa lahir cendekiawan yang memiliki berbagai macam keahlian ilmu
pengetahuan dan filsafat.
Pada
masa periode prtengahan Islam mengalami kemunduran akibat adanya berbagai
perpecahan dalam wilayah Islam yang mendirikan negara sendiri-sendiri serta
berbagai macam serangan dari Negara –Negara barat.pada masa ini umat islam
berada periode kegelapan terutama dalam bidang pemikiran kemajuan ilmiah sudah
tidak ada lagi dengan di tutupnya pintu ijtihat pemikiran menjadi mati.
2.2Pusat- pusat dan aspek-aspek peradaban Islam modern dan
kontemporer
Banyak
aspek-aspek pendukung peradaban Islam modern dan kontemporer di kawasan timur
tengah, serta kawasan timur diantaranya adalah aspek budaya, aspek sosial,
aspek ekonomi, dan aspek politik.
Diantara negara-negara yang mengalami perkembangan peradaban dalam
kategori modern dan kontemporer adalah Turki, India, Iran dan kawasan sekitarnya.
1. Baghdad
Kota
bagdad didirikan oleh khalifah abbasiah kedua, almanshur(754-755 M) pada tahun
762 M. setelah mencari- cari daerah yang strategis untuk ibukotanya, pilihan
jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad terletak di sungai tigris. Ia
menugaslan beberapa orang ahliuntuk meneliti dan mempalajari lokasi. Setelah
penelitian seksama ini itulah daerah ini ditetapkan sebagai ibukota dan
pembangunan di mulai. Menurut cerita rakyat, daerah ini adalah sebagai tempat
peristirahatan kisra Anusyirwan, raja Persia yang mashur, di musim panas.
Bagdad berarti”taman keadilan” taman itu lenyap bersama kerajaan Persia.akan
tetapi, nama itu tetap menjadi kenagan rakyat.
Dalam
membangun kota ini khalifah memperkerjakan ahli bangunan yang terdiri
darinarsitektur-arsitektur,tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, dan lain-lain.
Mereka didatangkan dari syiria, mosul, basyrah, dan kuffah yang berjumlah
sekitar 100 ribu orang. Kota ini berbentuk bundar. Disekelilingnya dibangun
dinding tembok yang besar dan tinggi disebelah luar dinding tembok digali parit
besar yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus sebagai benteng. Ada empat
buah pintu gerbang diseputar kota ini, disediakan untuk setiap orang yang ingin
memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah bab al-kuffah, bab al-syam, bab
al-bashrah, bab al-khurasan. Di tengah-tengah kota terletak istana kholifah
menurut seni arsitektur Persia. Istana ini terkenal dengan nama al-qashr
al-zahabi,berarti istana emas. Istana ini di lengkapi bangunan masjid, tempat
pengawal istana, polisi, dan temapat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah.
Di sekitar istana dibangun pasar tempat perbelanjaan. Jalan raya menghubungkan
empat pintu gerbang.
Sejak
awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya, Philip K.Hitti menyebutnya sebagai
kota intelektual. Setelah masa Al-manshur, kota bagdad menjadi lebih masyhur
lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam.
Banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu
pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa keemasan kota bagdad terjadi pada
zaman pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan anaknya Al-makmun
(813-833 M). dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke
seluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktifitas intelektual
merupakan tiga keistemewaan kota ini. Kebesaranya yang tidak terbatas pada
negeri arab, tetapi meliputi seluruh negeri islam. Bagdad ketika itu menjadi
pusat peradaban islam dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan
dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya di
pandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa
arab. Khalifah al-ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu
buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-hikmah.
- Penguasa pada masa-masa awal
Populasi Bagdad berada pada jumlah
sekitar 300.000 dan 500.000 pada abad ke-9. Pertumbuhan pesat Bagdad pada awal telah melambat
akibat dari masalah dalam Kekholifahan, termasuk pemindahan ibu kota ke Samarra (antara 808–819 dan 836–892), hilangnya provinsi-provinsi barat dan paling timur,
dan masa dominasi politik oleh para Buwayhid Iran (945–1055) dan bangsa Turki Seljuk (1055–1135). Panen yang rusak dan perselisihan intern membuatnya
runtuh. Meskipun begitu, kota ini tetap merupakan satu daripada pusat
kebudayaan dan perdagangan dunia Islam hingga 10 Februari 1258 ketika ia
dirusak bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan. Para suku Mongol membunuh 800.000 penduduk kota,
termasuk Kalifah Abbasiyah Al-Musta'sim, dan merusak sebagian besar kota. Kanal dan tanggul-tanggul yang membentuk sistem irigasi kota juga turut hancur. Perebutan Bagdad mengakhiri era Kekholifahan Abbasiyah, sebuah pukulan
keras yang tak pernah dipulihkan peradaban Arab.
Bagdad pun dipimpin oleh Il-Khanidd,
penguasa Iran berbangsa
Mongol. Pada 1401, Bagdad
dirusak kembali oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur ("Tamerlane"). Ia menjadi ibu kota provinsi
yang dipimpin dinasti-dinasti Jalayirid (1400–1411), Qara Quyunlu (1411–1469), Aq Quyunlu (1469–1508), dan Safavid (1508–1534). Pada 1534, Bagdad direbut bangsa Turki Ottoman. Di bawah kekuasaan mereka, Bagdad mengalami
masa-masa suram, di antaranya karena perselisihan antara penguasanya dengan Persia. Untuk suatu saat, Bagdad merupakan kota terbesar di Timur Tengah sebelum posisinya diambil alih Konstantinopel pada abad ke-16.
- Kemerdekaan
Bagdad tetap dikuasai Kerajaan Ottoman hingga terbentuknya kerajaan Irak di bawah kekuasaan Britania Raya pada 1921, yang kemudian
dilanjutkan dengan kemerdekaan resmi pada 1932 dan
kemerdekaan penuh pada 1946. Pengaruh
Eropa ini juga mengubah wajah kota. Pada tahun 1920, Bagdad - yang tumbuh dari
lokasi tertutup seluas 254 mil persegi (657 km²) - menjadi ibu kota negara baru
Irak.
Populasi kota tumbuh dari sekitar
145.000 pada 1900 menjadi
580.000 pada 1950. Pada tahun 1970-an, Bagdad mengalami masa kemakmuran dan pertumbuhan
karena tajamnya kenaikan harga minyak, ekspor utama Irak. Infrastruktur baru dibangun pada saat ini termasuk saluran pembuangan modern, air, dan jalan tol. Namun Perang Iran-Irak pada tahun 1980-an merupakan masa yang sulit bagi Bagdad karena uang
digunakan untuk membiayai pasukan tentara dan ribuan penduduk kota meninggal. Iran melancarkan
beberapa serangan rudal terhadap
Bagdad, meski serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan kecil dan sedikit
korban saja.
- Konflik dengan Amerika
Perang Teluk Persia pada 1991 mengakibatkan kerusakan parah terhadap Bagdad,
khususnya infrastruktur transportasi, energi dan kebersihannya. Meskipun
begitu, Presiden AS George H. W. Bush memutuskan agar pasukan AS tidak memasuki Bagdad dan
merebutnya – dan dengan itu meninggalkan Saddam Hussein dalam tonggak kekuasaan – hal ini mungkin disebabkan
kemungkinan akan adanya korban sipil yang besar
dari melakukan serangan ke kota tersebut.
Bagdad dibom secara besar-besaran
pada Maret dan April 2003 dalam invasi AS terhadap Irak 2003, dan jatuh di bawah kekuasaan Amerika Serikat pada sekitar tanggal 7 April-9 April. Kerusakan tambahan juga disebabkan penjarahan besar-besaran pada beberapa hari setelah berakhirnya
perang. Setelah jatuhnya rezim Saddam, kota ini pun dikuasai oleh pasukan AS.
Akhirnya kekuasaan berpindah kepada pemerintah sementara pada akhir Juni 2004.
Hingga kini Bagdad masih termasuk
berbahaya bagi penduduknya karena kriminalitas merajalela di kota tersebut. Selain itu, aliran listrik juga masih terbatas dan menyebabkan warga menjadi
tidak sabar dengan invasi AS terhadap Irak.
Bagdad
telah lama memainkan peranan penting dalam kehidupan kebudayaan Arab dan sejak
dulu merupakan kampung halaman penulis-penulis, musisi dan artis visual
terkenal.
- Pemandangan yang menarik dan monumen-monumen penting
Tempat-tempat yang menarik termasuk Museum Nasional Irak, di mana koleksi artifak-artidak yang tak ternilai
dijarah pada saat invasi pada 2003, gerbang Tangan Kemenangan, dan Kebun binatang Bagdad. Ribuan manuskrip kuno di Perpustakaan negara rusak
ketika bangunan tersebut dibakar pada masa Perang Teluk Persia kedua. Mesjid Al Khadimiya di barat laut Bagdad adalah salah satu bangunan
keagamaan Syiah terpenting di Irak. Ia selesai dibangun pada 1515 dan Imam ke-7 (Musa ibn Jafar al-Kazim) dan ke-9 (Mohammad al-Taqi) dimakamkan di sini. Salah satu bangunan tertua
adalah Istana Abbasiyah yang dibangun pada abad ke-12 atau abad ke-13.
Pada
abad ke-8 dan 9, Bagdad dianggap sebagai kota terkaya di dunia. Para pedagang
Tiongkok, India, dan Afrika Timur bertemu di sini, bertukaran benda-benda
kebudayaannya dan melambungkan Bagdad menjadi renaisans intelektual. Rumah sakit
dan observatorium dibangun; para penyair dan seniman dibina; dan karya besar
Yunani) diterjemahkan ke (bahasa Arab).
Bagdad
adalah salah satu dari kota terbesar dan paling kosmopolitan di dunia dan
menjadi rumah bagi umat Muslim, (Kristen|Kristiani), (Yahudi) dan penganut
(paganism) dari seluruh (Timur Tengah) dan (Asia Tengah). Di samping itu,
banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa yang memenuhi kota
itu. Dua diantaranya yang terpenting adalah perguruan Nizhamiyyah, didirikan
olah nizham al-mulk, wazir sultan Seljuk, pada abad ke-5 H dan perguruan
mustanshiriyah, didirikan dua abad kemudian olah khalifah al-mustansyir billah.
Dalam
bidang sastra, kota bagdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari
orang. Diantara karya sastra yang terkenal ialah Alf lailah wa lailah, atau
kisah seribu satu malam. Di kota bagdad ini, lahir dan muncul para saintis,
ulama, filosof, dan sastrawan Islam yang terkenal, seperti al-khawarizm(ahli
astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar), al-kindi (filosof arab
pertama), al-razi (filosof, ahli fisika dan kedokteran), al-farabi (filosof
besar yang dijuluki dengan al-mu’allim al-tsani, guru kedua setelah
aristoteles.
Dalam
bidang ekonomi, perkembanganya berjalan seiring dengan perkembangan politik.
Pada zaman harun al-rasyid dan al-makmun, perdagangan dan industry berkembang
pesat. Kehidupan ekonomi kota ini didukung oleh tiga buah pelabuhan yang ramai
dikunjungi para kafilah dengan internasional(cina, india, asia tengah, syiria,
Persia, mesir, dan negeri afrika lainnya), dua di basrah dan sirat di teluk
Persia
.
2. Kairo (mesir)
Kota
kairo di bangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang
dinasti fathimiah yang beraliran syi’ah, jawhar al-siqili, atas perintah
khalifah fathimiah, al-mu’izz lidinillah (953-975 M), sebagai ibukota kerajaan
dinasti tersebut.
Wilayah
kekuasaan dinasti fathimiah meliputi afrika utara, sicilia, dan syiria.
Berdirinya kota kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat bagdad
mendapat saingan. Setelah pembangunan kota kairo rampung lengkap dengan
istananya, al-siqili mendirikan masjid al-azhar, 17 Ramadhan 359 H (970 M).
masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang
masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari al-Zahra’, julukan fathimiah,
puteri Nabi Muhammad saw dan istri ‘ali ibn abi thalib, Imam pertama syiah.
Kota
yang terletak di tepi sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu
pada masa dinasti fathimiah, dimasa shalah Al-Din Al- Ayyubi dan dibawah baybars
dan al-nasyir pada masa dinasti mamalik. Periode fathimiah ini dimulai dengan
al-mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-aziz. Al-
muizz lidinillah dan aziz di mesir dapat disejajarkan dengan harun al-rasyid di
bagdad. Selama pemerintahan mu’izz dan tiga orang pengganti pertamanya, seni
dan ilmu mengalami kemajuan besar.
Al
–mu’izz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang
administrasi,pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama(juga aliran). Dalam
bidang administrasi, ia mengangkat seorang wazir (menteri) untuk melaksanakan
tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia member gaji khusus kepda
tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang
agama, di mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazdhab syi’ah dan
dua untuk mazdhab sunni. Al-azis kemudian mengadakan program baru dengan
mendirikan masjid-masjid , istana, jembatan, dan kanal-kanal baru.
Pada
zaman aziz billah dan hakim biamrillah, terdapat seorang mahaguru bernama ibn
yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyannya zij
al-akbar al-hakimi diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada
tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh ibn al-nabdi(1040) dan
hasan ibn haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang disebut terakhir
menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata
lalu mengenai benda luar.
Pada
masa pemerintahan al-hakim, didirikan bait al-hikamah, terisnpirasi dari
lembaga yang sama yang didirikan oleh al-makmun di bagdad. Di lembaga ini
banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian
astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran Islam terutama syia’ah.
Pada
masa-masa selanjutnya, dinasti fathimiah mulai mendapat gangguan –gangguan
politik. Akan tetapi, kaoro tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika
jayanya, di kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh
dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Kafilah-kafilah, tempat-tempat
pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali didirikan oleh penguasa.
Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu,
1000 pengawal berkuda.
Dinasti
fathimiah ditumbangkan oleh dinsti ayyubiah yang didirikan oleh shalah al-din,
seorang pahlawan islam terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti fathimiah tetapi mengubah
orientasi keagamaanya dari syi’ah kepada sunni. Ia juga mendirikan
lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama masjid yang dilengkpi dengan tempat
belajar teologi dan hokum. Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan
sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, compendium sejarah, manual hokum, dan
komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit.
Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang cacat
pikiran.
3. Isfahan (Persia)
Isfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi
ibu kota kerajaan syafawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya,
yaitu jay, tempat berdirinya syahrastan dan yahudiyyah yang didirikan oleh
buchtanashar atau yazdajir 1 atas anjuran istrinya yang beragama yahudi. Kota
Persia ini sebagai ibu kota provinsi dan pusat industry dan perdagangan.
Persia memiliki kebudayann dan perdaban yang mempunai
ciri menggunakan bahasa indo irannya dan cirri etnik arya serta domonasi bahasa
Persia. Pengaruh kebudayaannya mampu mempengaruhi negara-negara di india, asia
tenggara khususnya melayu maupun daratan cina. Persia
memiliki cirri-ciri kebudayaan seperti arsitektur dan kesenian yang sangat khas
sehingga mampu digunakan sebagai alat dalam penyebaran serta pengembangan agama
islam pada periode islam modern dan kontemporer.Pemgelompokkan keagamaan di Persia banyak
mendapat perhatian dari pihak arab karena sistematis pengelompokanya sangat
baik dan praktis dengan menggunakan dua corak kehidupan syiah dan suni.
Ketika raja safawi, Abbas 1, menjadikan Isfahan sebagai
ibu kota kerajaanya, kota ini menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk.
Kota ini terletak di atas sungai zandah. Di atas sungai ini terbentang tiga
buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak di tengah kota.
Sementara dua lainnya di pinggiran kota. Kota ini, ketika berada di bawah
kekuasaan kerajaan syafawi, dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tanah
dengan delapan buah pintu . di dalam kota banyak berdiri bangunan, sperti
istana-istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara-menara, pasar, dan
rumah-rumah yang indah, terukir rapi dengan warna-warna yang menarik. Masjid
syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas 1, merupakan
salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya di lapisi dengan perak. Di
samping itu, juga ada lapangan dan tanaman yang terawatt baik dan menawan.
4. Turki
Pada tahun 2000 muncul cendikiawan yang bernama Harun
Yahya yang mampu melakukan perlawanan terhadap sekularisme melalui beberapa
pemikiran dan dalam bidang yang lain. Ini merupakan fenomena baru bagi penduduk
Turki dalam adad modern dan kontemporer.[2]
Dalam Aspek budaya dan sosialnya kawasan turki banyak
dihuni oleh suku Kurdi yang sering melakukan pemberontakan dengan kebijakan
publik karena adanya perbedaan pemahaman dalam bidang agama. Dalam aspek
agamanya masyarakat Turki mampu berkembang dan mengembangkan ajaran Islam
karena memiliki dua madzhab dalam memahami ajaran Islam yaitu madzhab Sunni dan
syi’ah. Masing masing dari madzhab tersebut memiliki pemimpin dan bergerak dalam bidangnya masing-masing tanpa menggangku
aktivitas diantara keduanya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari kaisar
Turki yang membagi daerah penyebaran masing-masing.[3]
Dalam arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana
membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota
Islam, tempat kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan
kewajiban agamanya. Gereja Aya Sophia, setelah penakhlukan diubah menjadi
sebuah masjid agung yang terpenting di istambul. Gambar –gambar makhluk hidup
yang sebelumnya ditutup, mihrab, didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi
yang indah, dan menara- menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah
masjid Agung Al-Muhammadi atau masjid Agung Sultan Muhammad Al-fatih, Masjid
Abu Ayyub Al-anshari (tempat pelantikan para sultan usmani), masjid bayazid
dengan gaya Persia, dan msjid sulaiman Al-qanuni.
5. Delhi (India)
Pusat
peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa
Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan
menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun
200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Peradaban Lembah
Sungai Gangga. Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan
Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga
adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah
Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara
tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan
kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di
Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup
menetap. Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus
mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya
dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga
merupakan kelanjutan ~an sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai
Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau
dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa.
Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan
baru.
Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara
kebudayaan bangsa Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih
dikenal dengan kebudayaan Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa
Indo-Arya sering disebut dengan Arya Varta.
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu
berkembang, baik di wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja
banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa
Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial
berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem
kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh
Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung.
6. Pakistan
Dalam bidang politik Pakistan masih menyandang tradisi
kerajaan abbasiyah yakni dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu
kestuan dan integritas umat islam sebagai komunitas agama universal,
implemntasi syariat dibawa pengawasan ulama’, pelestarian dan penyebaran ilmu
agama di bawah bimbingan ulama’. Sebagai fungsional, mereka meng -organisasi
memim[pin solat berjamaah ,mengawasi perayaan acara dan hari raya islam serta
melakukan upacara pernikahan dan pemakaman.untuk mewujudkan yangt lebih modern
mereka mengupayakannya melalui pendirian negara islam dengan alquran dan sunnah
sebagai konstitusinya dan syariat sebagai hukumnya
7. Andalusia (spanyol)
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol
hingga jatuhnya Kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang
sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah
panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam
periode, yaitu :
1. Periode Pertama.
Periode
pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini, menghantarkan
Andalusia menjadi sebuah provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di
Damaskus. Pada tahap ini, stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia belum
sempurna, namun relatif aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman
terhadap proses pembangunan negeri, masih datang silih berganti, baik datang
dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula, peradaban dan kebudayaan
Islam belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil
pada tahun 138 H / 755 M.
2. Periode Kedua.
Periode
kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada periode ini
dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak tunduk kepada
pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin
Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
3.
Periode Ketiga.
Pada
periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di bidang ilmu
pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar tahun 912 –
1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan diakhiri dengan
munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku Al-Thawaif.
Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkuali tas tinggi.
Peradaban Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia, umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna dan berkuali tas tinggi.
4.
Periode Keempat.
Peride
keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia
sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh mengalami disintegrasi.
Kota-kota besar di wilayah Andalusia, merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan
sendiri. Periode ini merupakan awal kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab
mereka saling bertengkar dan berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah
kekuasaan.
Pertikaian
intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat
Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat
Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas
intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat
masa-masa sebelumnya.
5.
Periode Kelima.
Periode
kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin oleh dua dinasti
yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti
Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya berasal dari Afrika
Utara, yang datang ke Andalusia atas undangan raja-raja Islam untuk membantu
melawan serangan kaum Katolik Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan
pertahanan kedua dinast itu cukup kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar
untuk sementara di tanah Spanyol. Namun akhirnya, kaum Katolik dengan
pasukannya yang besar dan kuat dapat menghancurkan mereka, yang memaksa kedua
pemimpin dinasti itu pindah kembali ke Afrika. Kaum Katolik sejak tahun 1212
mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar Islam
satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan penguasa
Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh
pada tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik,
kecuali Granada yang masih dikuasai Bani Ahmar.
6.
Periode Keenam.
Periode
keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya merupakan akhir
dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani
Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami kemajuan yang cukup
berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik intern
yang terjadi di kalangan istana. Pangeran Abu Abdullah Muhammad tidak setuju
atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya sebagai putera mahkota. Dia
melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan Ferdinand dan Isabella
untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya terbunuh dan adiknya
naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan adiknya pun terbunuh
juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong oleh penguasa Kristen
yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan, akhirnya Abu Abdullah
Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella, pada
tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap dari bumi Andalusia
a.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika
Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Ketika Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan
agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang
kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya
ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof
kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya
al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal
Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya
yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan
sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
b. Bidang
Geografi dan Sains.
Ilmuwan
di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul
“Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah
nama-nama yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia,
dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di
bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah
yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit
Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan
pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
Bidang Sejarah dan
Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi
juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan
sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak
bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya
Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374)
seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu
Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang
menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari
Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
c. Bidang
Agama dan Hukum Islam.
Bidang
ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya
melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd
yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid,
dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan
sebagainya.
d. Bidang
Musik dan Kesenian.
Tokoh
yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah Al-hasan bin
Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang terkenal di
zamannya.
e. Bidang
Bahasa dan Sastra.
Di
bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi bagi
pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan
muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal pada
masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn Al-Haj, dan
sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah dengan bukunya
Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah,
dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
f. Bidang
Pembangunan Fisik.
Pemerintahan
Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut
sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova,
membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan
pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
7. RUNTUHNYA KERAJAAN ANDALUSIA.
Lemahnya
Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia.
Menurut
data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi
kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di Spanyol menjadi 20
wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain bani Ibad di Seville,
bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang
terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M. Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M. Dengan jatuhnya kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
a. Timbulnya
Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan. Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan. Pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan Isabella.
Tetapi
para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin
merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah
Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah
dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan
bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian,
tamatlah sudah riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang
bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi
Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan kaum Muslimin.
b. HANCURNYA
PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1.Hancurnya Kekuasaan Islam
dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya
kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda
kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan.
Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi
dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu
terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di
hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh
tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu,
amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari
menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang
terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan
muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan
peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini
yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang
lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya
kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan
kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang
mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di
masa lalu tak pernah terwujud
.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian
para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka
saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan
pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan
Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi
kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang
Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar
di Universitas-Universitas Islam itu. Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam,
banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia
bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa
Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia
segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis
ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti.
Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke
Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu,
diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama
asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di
antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli
pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam (
965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu,
kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
8. Irak
Kemampuan dlam mengemas Idiologi nasionalisme, sosialisme
dan sekularosme membuat irak mampu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang
hamper sama dengan kebudayaan arab.[4] Banyak terdapat kota-kota suci sebagai tempat sejarah yang
mampu memberikan dorongan kuat dalam penyeban Islam.[5]
9. Iran
Dalam menjalankan pemerintahan pada abad modern ini,
pemerintah Iran dibantu oleh parlemen yang menjalankan dan menngawasi jalannya
system pemerintahan. Selain itu juga dibantu oleh para ulama’ karismatik.
Lembaga yang dijalankannya adalah wilayah al-faqh (pimpinan tertinggi bidang
agama dan politik).[6] Dalam bidang keagamaan, iran menganut madzhab syi’ah Istna
‘Asariyah. Meskipun demikian masyarakat iran masih mewarisi madzhab sunni
sehingga mereka mampu mengembangkan keagamannya dengan baik.[7]
Dalam bidang perekonomian, Iran terkenal sebagai produsen
tekstil (kapas, katun, wol, sutra dan rami) yang mampumendukung kehidupan
masyarakatnya serta dapat membiayai penyebaran agama Islam. Namun ekspor
pertama adalah minyak bumi.[8]
10. Peradaban Islam di Indonesia pada zaman
modern dan kontemporer
a. Gerakan
modern Islam: asal-usul dan perkembangan
Pembaharuan
dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap
krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Kemunduran progresif kerajaan
usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas,
telah melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga arabdi pinggiran imperium
itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan ini
merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaharuan Islam abad ke-20
yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator
terkenal gerakan pembaharuan ini adalah jamaluddin Al-Afgani. Ia mengajarkan
solidaritas pan- islam dan pertahanan terhadap imperialism Eropa, dengan
kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan
yang lahir di timur tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran dan
pendidikan Islam di minamgkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin
berkembang membentuk organisasi-organisasi social keagamaan, seperti sarekat
dagang Islam (SDI) di bogor dan solo,persyarikatan ulama di majalengka, jawa
barat, muhamadiyah di Yogyakarta,persatuan islam di bandung, dan masih banyak
lagi yang lainnya.
b. Perjuangan
kemerdekaan umat Islam
1. Masa
kolonial belanda
Nasional
dalam pengertian politik, baru muncul setelah H.Samanhudi menyerahkan tampuk
pimpinan SDI pada bulan Mei 1912 kepada
HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memeperluas
ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia, SI
pada decade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya
dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu, ideology
bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai kemerdekaan.
Ideology mereka adalah persatuan dan anti-kolonialisme.
2. Masa
pendudukan jepang
Kemunduran
progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya kembali
setelah jepang datang menggantikan posisi belanda. Jepang berusaha mengkomodasi
dua kekuatan, Islam dan nasionalis”secular”, ketimbang pimpinan traditional
(maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi
islamiah yang sebenarnya mempunyai massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan
agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobolisasi. Oleh karena itu, kalau
organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar islam seperti
Muhammadiah, NU, dan kemudian persyarikatan Ulama (majalengka), juga majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI), yang kemudian di lanjutkan dengan majelis syuro
muslim Indonesia(masyumi) di perkenankan kembali meneruskan kegiatannya.
c. Organisasi
politik dan organisasi social Islam dalam suasana Indonesia Merdeka
1. Masa
revolusi dan demokrasi liberal
Pada
waktu proklamasi tanggal 17 agustus 1975, piagam Jakarta sama sekali tidak
digunakan. Soekarno-hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat,
karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan,
setelah jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkatkan
menjadi panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI
yang khusus untuk pulau jawa, PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh
kepulauan Indonesia. Perubahan itu menyebabkan banyak anggota BPUPKI yang tidak
muncul lagi, termasuk beberapa orang anggota panitia Sembilan. Persentase
nasional Islam pun merosot tajam.
Dalam
suasana seperti itu, M. Hatta dalam siding PPKI setelah kemerdekaan berhasil
dengan mudah meyakinkan anggota bahwa hanya satu konstitusi “sekuler” yang
memepunyai peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata
dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama pancasila dengan segala
konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Bahkan , kantor urusan Agama seperti
yang diperoleh Islam selama pendudukan Jepang, oleh panitia pun ditolak.
Oleh
golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai gentleman’s
agreement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai gentleman’s agreement
pertama. Sementara itu, keputusan yang sama di pandang oleh golongan nasionalis
Islam sebagai mengkhianati gentleman’s agreement itu sendiri. Para nasionalis
Islam mengetahui bahwa, Indonesia merdeka yang mereka perjuangkan dengan penuh
pengorbanan itu, jangankan berdasarkan Islam, piagam Jakarta pun tidak. Oleh
sebab itu, bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para nasionalis Islam.
Dengan
demikian, jelas bahwa keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari piagam
Jakarta itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideology yang telah
berlangsung lama pada masa sebelum kemerdekaan. Para nasionalis islam harus
menerima kenyataan itu, karena mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah
saat yang tepat untuk mendesak terlaksananya cita-cita islam mereka. Apalagi
soekarno dan Hatta menekankan sifat kesementaraan UUD yang diputuskan pada
tanggal 18 Agustus 1945 itu.
2. Masa
demokrasi terpimpin
Di
masa demokrasi terpimpin ini , soekarno kembali menyuarakan ide lamanya
nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis “sekuler”, Islam da
komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Peranan
partai mengalami erosi, kecuali PKI yang memainkan peranan penting dan diliputi
dengan semangat yang tinngi. Pancasila pun ditafsirkan sesuai dengan
pemikiranya. Masa ini, karena lebih di dominasi oleh PKI, memendam ketegangan
antara Islam dan komunisme. Ketidakpuasan juga terjadi dikalangan banyak
golongan nasionalis”sekuler” dan angkatan bersenjata. Masa demokrasi terpimpin
itu berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september 1965 PKI, umat islam bersama
ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.
3. Masa
Orde Baru
Setelah
orde lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada ditangan Orde Baru. Tumbangnya
orde lama yang umat islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin. Namun , kekecewaan baru
muncul di masa orde baru ini. Umat islam merasa, meskipun musuh bebuyutannya,
komunis, telah ditumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang di harapkan.
Orde
Baru memang sejak semula merencanakan pembaharuan system politik. Pada tanggal
26 November 1966, dengan sebuah amanat dari president, disampaikan kepada
DPRGR:RUU kepartian, RUU pemilu dan RUU susunan MPR, DPRdan DPRD.
Asas
tunggal merupakan awal dari era baru peran islam dalam kehidupan berbangsa ini.
Peran politik (formal) Islam tidak ada lagi, tetapi sebagai agama yang mengaku
tidak memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus
berlangsung mungkin dengan pendekatan yang berbeda.
4. Kebangkitan
Baru Islam di Masa Orde Baru
Menjelang
pancasila diputuskan siding umum MPR 1983 sebagai satu-satunya asas bagi
kekuatan politik itu, banyak kalangan yang melontarkan suara-suara kontra.
Suara-suara itu semakin tajam tatkala pancasila pada akhirnya, bukan saja
diputuskan sebagai satu-satunya asa bagi kekuatan –kekuatan politik, tetapi
juga terhadap organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk organisasi
keagamaan Indonesia.
Sejak
dekade 1970-an, banyak bermunculan organisai-organisasi mahasiswa seperti: HMI,
PMII,IMM. Dengan asas tunggal memang wadah politik umat islam hilang. Islam
nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun , dengan pembaharuan politik
bangsa ini, sebagaimana telah disebutkan
umat islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebuh luas.
Perjuangan cultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia
politik saja, aspek ini merupakan pusat islam di masa lalu.
Kegiatan-keigiatan
social dan cultural mempunyai nilai-nilai yang lebih langgeng daripada hasil
perjuangan politik. Mungkin dengan alas an itulah, muhammadiah sejak awal tidak
berminat terjun ke dunia politik praktis dank arena alas an itu pula NU
melepaskan diri dari PP.
Selain
itu, bukan hanya PPPyang menghimpun politisi-politisi muslim, Golkar, partai
pendukung pemerintah ini sekarang banyak merekrut tokoh-tokoh islam menjadi
pimpinannya dan duduk di DPR mewakili kekuatan politik itu. Tidak kurang dari
DR.Nurchalis Madjid, seorang pemikir Islamterkenal dewasa ini, dan
K.H.Abdurrahman Wahid, ketua umum PBNU, organisasi Islam terbesar serta
K.H.Hasan Basri, ketua MUI duduk sebagai anggota MPR periode 1987-1992 mewakili
golongan-golongan dan memilih fraksi karya pembangunan (FKP)sebagai wadah
mereka di MPR. Di samping itu organisasi yang terbesar tanah air ini adalah NU
dan Muhammadiah.
Pengalaman
di masa lampau jelas menggambarkan bahwa suatu pemikiran akan berkembang secara
fleksibel apabila ia berakar dan mampu menjawab persoaln-persoalan nyata yang
dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan perkembangan
wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu.
Setelah
berlakunya asas tunggal, umat islam dengan segala keberaniannya telah
melepaskan suatu wadah politik. Dengan lapang dada, mereka menerima pancasila
dan berharap dapat mengisinya dengan nilai-nilai agama. Mereka ingin agar
pihak-pihak lain yang selama ini memandang curiga terhadap”Islam “, dapat
mempercayai ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam lainnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam merupakan sebuah agama yang berkembang dari abad ke
abad. Islam selalu melakukan perubahan baik dari segi kebudayaan atau peradaban. Pada masa sekarang
Islam telah masuk pada era atau abad modern atau dan kontemporer. Periode ini
menjadi tolak ukur bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam serta sebagai usaha
untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran-ajaran Islam baik
dalm segi kebudayaan maupun peradabannya. Perkembangan itu banyak dipengaruhi
oleh munculnya cendikiawan muslim yang mampu menelaah dan mengkaji syari’at
Islam serta mampu menyebarkan kepada masyarakat luas dengan kemasan yang sangat
baik sehingga mudah diterimanya. Tetapi tidak menuntut kemungkingan pada
periode ini banyak tantangan dari kaum orintalis yang ingin merobohkan serta
memusnahkan peradaban dan kebudayaan Islam di muka bumi ini.
Dengan adanya pembaharuan dan pelestarian terhadap
kebudayaan serta peradaban Islam, maka Islam mampu menjaga identitasnya sebagai
agama yang dapat diterima oleh seluruh umat dan dapat berkembang disetiap
zaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Dr. 2009, Studi
Kawasan Duania Islam, Jakarta, Putra utama Offset.
Mahmud, Adnan, dkk. 2005, Pemikiran
Kontemporer Di Indonesia. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Taufik, Ahmad, dkk. 2005, Sejarah
Pemikiran Dan Tokoh Modernisame Islam, Jakarta, Putra Utama Offset.
Terima kasih ijin copy untuk bahan makalah
BalasHapus