Jumat, 26 April 2013

AKHLAK TERPUJI KERJA KERAS, TEKUN, ULET, DAN TELITI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuangmemiliki makna yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti. Tanpa adanya unsur-unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai cita-citanya. Dengan adanya sifat ulet, manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dala melakukan  pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
            Dalam melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya. Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.  Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untuk membahas bagaimana halnya kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam kehidpan.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah yang konsep tentang kerja keras, tekun, ulet dan teliti ?
  2. Bagaimana Hikmah sifat kerja keras, tekun, ulet dan teliti ?
  3. Bagaimana implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan ?

1.3 Tujuan Pembahasan
  1. Untuk mengetahui dan memahami tentang kerja keras, tekun, ulet, teliti.
  2. Untuk mengetahui dan memahami Hikmah sifat kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
  3. Mengetahuidan memahami implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet, Dan Teliti[1]
Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat tersebut harus dilakukan secara integral sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung.  Kerja keras, tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai. Dan disertai dengan ketekunan, ulet dan teliti sebuah pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang diharapkan. Tanpa adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah pekerjaan maka manusia akan cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa puas dan bahkan bisa menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka manusia dituntut untuk selalu memiliki dan menjaga sifat-sifat tersebut diatas. Agar dalam menjalani kehidupan dan melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang selalu optimis dan berpikiran positif. Dengan begitu semua apa yang dicita-citakan oleh manusia akan terwujud dengan baik.

A.     Kerja keras
1)      Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT:
÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ 
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu’ah ayat 10:
 #sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ  

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah SWT. menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6
$ygƒr'¯»tƒ ß`»|¡RM}$# y7¨RÎ) îyÏŠ%x. 4n<Î) y7În/u %[nôx. ÏmŠÉ)»n=ßJsù ÇÏÈ
 “Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.

Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
 اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3(الرعد : 11 )
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan berikut:
a.       Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran Islam
b.      Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang tulus
c.       Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.

2) Hikmah Bekerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak himah dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
2.        Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3.        Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
4.        Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5.        Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6.        Mampu hidup layak.
7.        Sukses meraih cita-cita
8.        Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari ibadah.

3.   Membiasakan perilaku kerja keras
Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2.      Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3.      Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya. 
4.      Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[2]

B.   Tekun
1) Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian. Begitu juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam keadaan sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita, maka kita akan terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai seorang mukmin, kita harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat dalam surat al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia ahir  di dunia ini dalam keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan Allah. Alla berfirman:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di bawah ini:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ... Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)

2) Hikmah Tekun
Di antara hikmah tekun adalah sebagai berikut:
  1. Menghasilkan apa yang diusahakan
  2. Selalu berusaha agar berhasil
  3. Melatih diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
  4. Membentuk pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
  5. Bersyukur jika usahanya berhasil
  6. Memperoleh pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam

C.      Ulet
1)      Konsep tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat Az-Zumar/39 ayat 53:
ã@ƒÍ\s? É=»tGÅ3ø9$# z`ÏB «!$# ̓Íyèø9$# ÉOÅ3ptø:$# ÇÊÈ 
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.
 فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159)
Sikap ulet juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa, dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman, Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.

2)    Hikmah Ulet
Di antara hikmah ulet adalah:
  1. Memperoleh kesuksesan atas apa yang ia usahakan
  2. Optimis dalam bekerja
  3. Menumbuhkan semangat untuk selalu berusaha
  4. Tidak putus asa meskipun usahanya belum berhasil
  5. Mendapat pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.

D.     Teliti
1)    Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[3] berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
 خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Qs. Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
 اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالتَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
 مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).

2)    Hikmah Teliti
Di antara hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
  1. Bekerja penuh dengan keyakinan
  2. Memperoleh hasil yang memuaskan
  3. Menghindari kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
  4. Hasil usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
  5. Memudahkan untuk memperoleh kesuksesan
  6. Terhindar dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan

2.2     Implementasi Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Kerja keras tekun, ulet dan teliti saling berhubungan satu sama lain karena suatu usaha atau tujuan tertentu yang sudah dilakukan dengan kerja keras tanpa adanya ketekunan, keuletan, dan ketelitian tidak akakn tercapai secara maksimal. Berikut adalah contoh yanng menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
  1. Menyadari bahwa rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.
  2. Tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun.
  3. Tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
  4. Tidak cepat merasa puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
  5. Berusaha peduli terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
  6. Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
  7. Berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
  8. Tetap optimis dan tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
  9. Melakukan suatu pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
  10. Melakukan pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan pikiran yang positif.
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan yang harus dipenuhi secara sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan primer. Contohnya adalah pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus kerja keras dengan penuh ketekunan, keuletan dan ketelitian. Tanpa kerja keras, kita tidak mungkin memperoleh apa yang kita inginkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm ayat 39-41 berikut ini.
br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ   ¨br&ur ¼çmuŠ÷èy t$ôqy 3tãƒ ÇÍÉÈ   §NèO çm1tøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ  
Artinya:
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S. an-Najm/53: 39-41)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang diusahakannya. Usaha itulah yang akan dinilai di hadapan Allah swt.
Oleh sebab itu, Allah melarang kita untuk bermalas-malasan, tidak mau berusaha, dan menggantungkan hidup kepadaa orang lain. Hindarilah sikap mengambil jalan pintas untuk meraih keberhasilan, seperti korupsi, kolusi dan manipulasi. Sikap ini merupakan sikap yang tidak terpuji dan merusak budaya bangsa.
Untuk memahami contoh sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti, mari kita perhatikan cerita berikut ini.
Pak Fauzan tinggal di kompleks perumahan. Ia seorang yang kurang mampu, tetapi ia pandai mengaji. Pekerjaannya adalah berjualan es keliling. Sejak pagi hingga siang, ia menjajakan esnya. Sehabis Ashar, ia membantu ustadz mengajar anak-anak TPA di masjid. Ia melakukan semua pekerjaannya tanpa mengeluh dan menjalaninya dengan senang hati. Ia meracik bahan-bahan untuk es jualannya dengan teliti. Tidak heran jika es yang dibuatnya terasa enak. Ia dengan tekun menjajakan es keluar masuk kampong. Karena keuletannya, ia mampu menjalankan usahanya secara terus-menerus dan usahanya semakin bertambah besar.
Akhirnya, ia mampu menyewa sebuah kios di lokasi yang sangat strategis. Setelah itu, usahanya bertambah maju. Ia mampu menggaji beberapa orang karyawan. Beberapa tahun kemudian, ia mampu membeli sebidang tanah dan mendirikan rumah makan. Pak Fauzan berhasil berkat kerja keras, ketekunan, keuletan dan ketelitiannya.

2.3   Manfaat Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti akan membawa keberhasilan dalam segala usaha. Jika hal itu dilaksanakan seorang murid, ia akan memperoleh prestasi yang tinggi. Jika dilaksanakan seorang karyawan, ia akan memperoleh karier dan jabatan yang baik. Jika dilaksanakan seorang pemimpin, ia akan menjadi pemimpin yang berhasil dan dicintai rakyatnya.
Berikut ini adalah ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan pentingnya kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam melaksanakan usaha.
#sŒÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ   4n<Î)ur y7În/u =xîö$$sù ÇÑÈ  
            Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S. al-Insyirah/94: 7-8)
Dan sebuah hadis yang artinya kurang lebih sebagai berikut.
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan berbuatlah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu mati besok pagi. (H.R. Ibnu Asyakir).





BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Dari uraian demikian, kesimpulannya adalah :
1.      Kerja keras, tekun, ulet dan teliti merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam prose pendidikan.
2.      Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
3.      Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari beberapa sifat-sifat atau akhlak terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw. yang perlu kita teladani, terutama bagi kepribadian seorang pendidik dalam membentuk karakter peserta didik.














DAFTAR PUSTAKA

Alfat, dkk. 2003. Aqidah Akhlak. Semarang: PT. Toha Putra
Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudistira
Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab Pendidikan Agama Islam. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Yunsirno. 2010. Keajaiban Belajar. Pontianak: Pustaka Jenius Publishing




[1] Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab Pendidikan Agama Islam. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
[2] Ibrahim dan Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak. (Solo: 2009) , hal. 32
[3] Masan Alfat. Aqidah Akhlak. (Semarang: 2003), hal. 83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar