BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan.
Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia tidak akan bisa bertahan untuk
hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga untuk memenuhi segala
kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuangmemiliki makna yang cukup luas. Di
dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti.
Tanpa adanya unsur-unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum
tentu akan tercapai. Dengan bekerja keras dan tekun akan muncul sikap optimis
dalam diri seseorang untuk menggapai cita-citanya. Dengan adanya sifat ulet,
manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa dalam menerjakan apa yang ia
lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dala melakukan pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan
kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur
teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan sikap teliti maka apabila
ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya. Sehingga sebuah
pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untuk membahas bagaimana halnya
kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam kehidpan.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimanakah yang konsep tentang kerja keras, tekun, ulet dan teliti ?
- Bagaimana Hikmah sifat kerja keras, tekun, ulet dan teliti ?
- Bagaimana implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan ?
1.3 Tujuan Pembahasan
- Untuk mengetahui dan memahami tentang kerja keras, tekun, ulet, teliti.
- Untuk mengetahui dan memahami Hikmah sifat kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
- Mengetahuidan memahami implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet, Dan Teliti[1]
Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji
yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya.
Keempat sifat tersebut harus dilakukan secara integral sebab
antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Kerja keras,
tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang
dicita-citakan manusia.
Dengan kerja
keras semua pekerjaan bisa cepat selesai. Dan disertai dengan ketekunan, ulet
dan teliti sebuah pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal
sesuai yang diharapkan. Tanpa adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah
pekerjaan maka manusia akan cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak
merasa puas dan bahkan bisa menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka
manusia dituntut untuk selalu memiliki dan menjaga sifat-sifat tersebut diatas.
Agar dalam menjalani kehidupan dan melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang
selalu optimis dan berpikiran positif. Dengan begitu semua apa yang
dicita-citakan oleh manusia akan terwujud dengan baik.
A. Kerja keras
1)
Konsep kerja keras
Kerja berarti
berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja
keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting
tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja
keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri
(tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman
Allah SWT:
÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
“
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “
77)
Dengan
demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki,
dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Pentingnya bekerja
keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu’ah ayat 10:
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
“ Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.“
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9
ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
“ Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas
mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat,
tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka
bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus
berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan
oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan,
dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah SWT. menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan
bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus
berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk
bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang
berasal dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ
اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ
وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak
ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari
buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya
sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam
firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6
$ygr'¯»t ß`»|¡RM}$# y7¨RÎ) îyÏ%x. 4n<Î) y7În/u %[nôx. ÏmÉ)»n=ßJsù ÇÏÈ
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus
bekerja keras (secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat
Islam harus bekerja keras dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga
akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga
ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat
memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja
keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah.
Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk
menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga
memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika
Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan
tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa
tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini
kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia
berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang
hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut
untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan
melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita
beranggapan akan hidup selamanya.
Namun dalam hal
ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah
kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini
sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا
وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah
untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan
bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”.
(H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia
yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling
membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum,
pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang
bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat
diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan
memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3(الرعد
: 11 )
"Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri".
(Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah
pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan
hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga
termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”.
Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya
sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan berikut:
a.
Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku
dalam ajaran Islam
b.
Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan
hati yang tulus
c.
Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
2)
Hikmah Bekerja Keras
Allah SWT
memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak himah dan manfaatnya,
baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara
hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat,
pengetahuan, maupun keterampilan.
2.
Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3.
Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
4.
Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5.
Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6.
Mampu hidup layak.
7.
Sukses meraih cita-cita
8.
Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan
bagian dari ibadah.
3.
Membiasakan
perilaku kerja keras
Untuk dapat memilki sikap
kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri
lebih terpuji dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2. Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika
terpaksa).
3. Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan
bantuannya.
4. Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[2]
B. Tekun
1)
Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras
hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus
dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat
tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur
walaupun banyak rintangan yang menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun
dalam belajar. Ketekunan itu bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan
sungguh-sungguh dan terus-menerus. contohnya belajar setiap malam, bukan belajar
hanya ketika dekat waktu ujian. Begitu juga dalam beribadah, kita harus
senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam keadaan sempit maupun ketika
lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita, maka kita akan
terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai seorang mukmin,
kita harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat dalam surat
al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ
كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى
سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah:
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian
sifat tekun menjadi salah satu modal untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai
bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara
terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan
Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk
mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka
dengan cara yang santun dan baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka,
Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah
tanpa adanya paksaan.
Semua manusia
yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu
pun manusia ahir di dunia ini dalam
keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu
dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan
Allah. Alla berfirman:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini
dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang shaleh lagi
sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang
ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang
merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu
ketika ia melihat batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu
kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di
lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa
berlobang hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya
setetes demi setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh,
tetapi jika belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar.
Akhirnya ia belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka.
Karena ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai
itu, maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak
kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama akibat ketekunannya dalam
meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah dalam
berusaha baik untuk urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya
usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang
lebih baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di
bawah ini:
إِنَّ
اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ...
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2)
Hikmah Tekun
Di antara
hikmah tekun adalah sebagai berikut:
- Menghasilkan apa yang diusahakan
- Selalu berusaha agar berhasil
- Melatih diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
- Membentuk pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
- Bersyukur jika usahanya berhasil
- Memperoleh pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
1)
Konsep tentang Ulet
Ulet berarti
tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah jika menemui rintangan dan
hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam berusaha mencapai tujuan dan
cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu urusan, tetapi ia tidak mengeluh,
tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa sehingga ia akan tetap berusaha dan
mencoba lagi untuk mencapai yang diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah
keberhasilan yang tertunda.
Mengenai
berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat Az-Zumar/39 ayat 53:
ã@Í\s? É=»tGÅ3ø9$# z`ÏB «!$# ÍÍyèø9$# ÉOÅ3ptø:$# ÇÊÈ
“ Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. “
Jadi, orang
yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam mencapai
tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis,
tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan
kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat
tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak
terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula
firman Allah berikut ini.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ
يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs.
Ali Imran/3: 159)
Sikap ulet juga
dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak
menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa,
dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan
pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman,
Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula
dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh orang-orang kafir
Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan berputus asa untuk menyampaikan
dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang menentangnya menjadi sahabat
yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Salid, Abu Sufyan, dan
sebagainya.
2)
Hikmah Ulet
Di antara
hikmah ulet adalah:
- Memperoleh kesuksesan atas apa yang ia usahakan
- Optimis dalam bekerja
- Menumbuhkan semangat untuk selalu berusaha
- Tidak putus asa meskipun usahanya belum berhasil
- Mendapat pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1)
Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah
cermat atau seksama,[3]
berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak
tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian
sangat dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada
setiap muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak
menyukai makhluknya yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan
kesalahan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي
فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya
dengan segera. (Qs. Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu
bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah
SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالتَّأَنِّيْ مِنَ
اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa
itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti
juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar
orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi
telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera
berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa.
Untuk beberapa saat ia menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan
dengan para sahabatnya tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat
ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak
seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy)
akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja
keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami
peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Pahami dan
perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ
خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ
فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
(رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa
amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang
beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang
yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia
termasuk orang yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).
2)
Hikmah Teliti
Di antara
hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
- Bekerja penuh dengan keyakinan
- Memperoleh hasil yang memuaskan
- Menghindari kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
- Hasil usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
- Memudahkan untuk memperoleh kesuksesan
- Terhindar dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
2.2
Implementasi Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Kerja keras
tekun, ulet dan teliti saling berhubungan satu sama lain karena suatu usaha
atau tujuan tertentu yang sudah dilakukan dengan kerja keras tanpa adanya
ketekunan, keuletan, dan ketelitian tidak akakn tercapai secara maksimal.
Berikut adalah contoh yanng menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan
teliti.
- Menyadari bahwa rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.
- Tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun.
- Tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
- Tidak cepat merasa puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
- Berusaha peduli terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
- Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
- Berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
- Tetap optimis dan tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
- Melakukan suatu pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
- Melakukan pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan pikiran yang positif.
Setiap
orang pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan yang harus dipenuhi
secara sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan primer. Contohnya
adalah pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus
kerja keras dengan penuh ketekunan, keuletan dan ketelitian. Tanpa kerja keras,
kita tidak mungkin memperoleh apa yang kita inginkan, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat an-Najm ayat 39-41 berikut ini.
br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ ¨br&ur ¼çmu÷èy t$ôqy 3tã ÇÍÉÈ §NèO çm1tøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ
Artinya:
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa
yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna. (Q.S. an-Najm/53:
39-41)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang
diusahakannya. Usaha itulah yang akan dinilai di hadapan Allah swt.
Oleh
sebab itu, Allah melarang kita untuk bermalas-malasan, tidak mau berusaha, dan
menggantungkan hidup kepadaa orang lain. Hindarilah sikap mengambil jalan
pintas untuk meraih keberhasilan, seperti korupsi, kolusi dan manipulasi. Sikap
ini merupakan sikap yang tidak terpuji dan merusak budaya bangsa.
Untuk
memahami contoh sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti, mari kita perhatikan
cerita berikut ini.
Pak
Fauzan tinggal di kompleks perumahan. Ia seorang yang kurang mampu, tetapi ia
pandai mengaji. Pekerjaannya adalah berjualan es keliling. Sejak pagi hingga
siang, ia menjajakan esnya. Sehabis Ashar, ia membantu ustadz mengajar
anak-anak TPA di masjid. Ia melakukan semua pekerjaannya tanpa mengeluh dan
menjalaninya dengan senang hati. Ia meracik bahan-bahan untuk es jualannya
dengan teliti. Tidak heran jika es yang dibuatnya terasa enak. Ia dengan tekun
menjajakan es keluar masuk kampong. Karena keuletannya, ia mampu menjalankan
usahanya secara terus-menerus dan usahanya semakin bertambah besar.
Akhirnya,
ia mampu menyewa sebuah kios di lokasi yang sangat strategis. Setelah itu,
usahanya bertambah maju. Ia mampu menggaji beberapa orang karyawan. Beberapa
tahun kemudian, ia mampu membeli sebidang tanah dan mendirikan rumah makan. Pak
Fauzan berhasil berkat kerja keras, ketekunan, keuletan dan ketelitiannya.
2.3
Manfaat Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Sikap
kerja keras, tekun, ulet dan teliti akan membawa keberhasilan dalam segala
usaha. Jika hal itu dilaksanakan seorang murid, ia akan memperoleh prestasi
yang tinggi. Jika dilaksanakan seorang karyawan, ia akan memperoleh karier dan
jabatan yang baik. Jika dilaksanakan seorang pemimpin, ia akan menjadi pemimpin
yang berhasil dan dicintai rakyatnya.
Berikut
ini adalah ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan pentingnya kerja keras,
tekun, ulet dan teliti dalam melaksanakan usaha.
#sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ 4n<Î)ur y7În/u =xîö$$sù ÇÑÈ
“Maka
apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S.
al-Insyirah/94: 7-8)
Dan
sebuah hadis yang artinya kurang lebih sebagai berikut.
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu
seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan berbuatlah untuk kepentingan
akhiratmu seakan-akan kamu mati besok pagi. (H.R. Ibnu Asyakir).
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Dari uraian demikian, kesimpulannya adalah :
1. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti merupakan akhlak Terpuji yang
seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam
prose pendidikan.
2. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga
diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama
sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
3. Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari beberapa sifat-sifat atau
akhlak terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw. yang perlu kita
teladani, terutama bagi kepribadian seorang pendidik dalam membentuk karakter
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Alfat, dkk. 2003. Aqidah Akhlak. Semarang: PT. Toha Putra
Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Multahim, dkk.
2007. Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Yudistira
Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab Pendidikan Agama Islam. Solo
: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Yunsirno. 2010. Keajaiban Belajar. Pontianak: Pustaka Jenius
Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar