BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sertifikasi
guru menjadi suatu titik perhatian yang sangat menarik dan menyedot konsentrasi
serta energy banyak orang dilingkungan pendidikan. Guru dituntut untuk memiliki
dan menampilkan kinerja secara berkualitas sesuai dengan bidang tugasnya.
Standar Nasional Pendidikan (2005) telah menegaskan bahwa guru harus memiliki
kompetensi kepribadian, pedagogis. Professional dan sosial.
Salah satu
dari 4 komponen tersebut yang berkaitan langsung dengan proses inovasi gaya
pembeljaran adalah kompetensi professional yaitu kemampuan guru melakukan
penelitian sederhana. Salah satu bentuk penelitian yang sederhana yang dapat
dilakukan guru didalam proses pembelajaran yakni “Penenlitian Tindakan Kelas”.
Yang didalamnya terdapat karakteristik, tujuan dan manfaat dari Penelitian
Tindakan Kelas.
1.2
Rumusan Masalah
- Bagaimana Karakteristik dari Penelitian Tindakan Kelas?
- Bagaimana Tujuan dari PTK?
- Apa Manfaat dari PTK?
1.3
Tujuan
- Untuk mengetahui Karakteristik dari Penelitian Tindakan Kelas
- Untuk mengetahui Tujuan dari PTK
- Untuk mengetahui Manfaat dari PTK
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Penelitan Tindakan Kelas
Mencermati
definisi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dipaparkan di atas, muncul suatu
pertanyaan: “Kalau Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan seperti itu, maka apa
saja karakteristik penelitian tindakan kelas itu? Semua penelitian memang pada
dasamya dilakukan dalam upaya untuk memcahkan masalah.Jika dilihat dari masalah
yang harus dipecahkan, Penelitian
Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk
dipecahkan harus selalu berangkat dari psrsoalan praktik pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sehari-hari di kelas.
Jadi,
Penelitian Tindakan Kelas akandapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang
menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses dan hasil pembelaj aran
yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan. .
Persoalannya
adalah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang sudah dilakukan selama
mengajar di kelas. Dapat terjadi guru berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun
dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi tidak tahu kalau yang dilakukan
itu salah. Bahkan, sangat bolehjadijustru merasa yang dilakukannya selama ini
diyakini sebagai seseuatu yang benar.
Oleh sebab itu, guru dapat meminta bantuan
orang lain untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar
mengajar di kelasnya. Di sinilah pentingnya proses kolaborasi atau kerj asama
antara guru dengan peneliti.
Dalam
konteks seperti itu, guru dapat bekerjasama dengan peneliti dari perguruan
tinggi untuk berdiskusi guna mencari dan merumuskan pennasalahan pembelajaran
yang selama ini dilakukan di kelas. Dengan kata lain, guru dapat melakukan
penelitian tindakan kelas secara kolaboratifdengan peneliti dari perguruan
tinggi.
Dengan kegiatan
secara kolaboratif ini akan muncul pemahaman dan kesadaran terhadap kemungkinan
adanyan banyak masalah yang telah diperbuat selama guru itu melaksanakan proses
pembelaj aran selama ini Suyanto (1997)
menegaskan,jika guru bersedia melakukan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratifdengan para peneliti dari perguruan tinggi, maka banyak manfaat yang
akan diperolehnya baik secara profesional maupun secara fungsional untuk
meningkatkan karirnya.
Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh
guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif akan mampu
menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru sambil
mengajar di kelas sesuai dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakannya.
PTK berbeda dengan
penelitian formal, pada umumnya PTK memilki karateristik sebagi berikut:[1]
1.
Fokus
peneliti Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk menangani suatu
problematika actual pada setting pendidikan. Dengan demikian,para peneliti
penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan
bagi pendidikan. Isu-isu ini dapat merupakan masalah dari seorang guru di dalam
kelas atau sebuah problematika yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung
lembaga pendidikan. Ini bias merupakan suatu
kebutuhan bagi suatu isu antara sekolah dan masyarakat, sebuah isu
dengan suatu kebijakan sekolah atau stuktur yang menghambat kebebasan individu
dan tindakan, atau suatu urusan individu di kota-kota kecil dan kota-kota
besar. Para peneltian tindakan tidak melakasanakan benuk penelitian ini untuk
memajukan pengetahuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan tetapi untuk
memecahkan suatu problem tersebut sifatnya terapan.
2.
Pendidik-
Peneliti memiliki kegiatan Praktis
Dalam hal ini para peneliti tindakan terjun ke dalam penelitian
partisipatori atau penelitian self reflektif
di mana mereka mengalihkan pendangan pengamatan mereka pada ruang kelas,
sekolah , atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. Karena mereka
mengkaji situasi mereka sendiri, mereka merefleksikan tentang apa yang telah
mereka pelajari suatu bentuk pengembangan diri serta apa yang dapat mereka
lakukan untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan mereka. Dalam refleksi ini
para peneliti tindakan menimbang solusi yang berbeda-beda pada problema mereka
dan belajar dari menguji ide. Penelitian tindakan yang demikian telah disebut
“suatu self refleksi spiral”
3.
Kolaborasi
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra deng pihak lain,
seperti teman sejawat. Jadi dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain
yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas
dari hasil PTK. Kolabborasi dalam pelaksanaanny, seperti antara guru dengan
rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah,guru dengan dosen ataupun guru dengn
pengawas.[2]
4.
Suatu
proses yang dinamis
Para peneliti PTK yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis
meliputi pengulangan kegiatan, seperti suatu ”spiral” dari beberapa kegiatan.
Ide penting ialah bahwa peneliti “spiral” kembali maju mundur diantara refleksi atau merenungkan
suatu problema, pengumpulan data, dan tindakan suatu team school-based,
misalnya bias mencoba beberapa tindakan setelah merefleksikan atau merenungkan
waktu yang paling baik bagi sekolah menengah atas untuk memulai.
Merefleksikan,mengumpulkan data,mencoba suatu solusi,dan spiral kembali pada
refleksi adalah merupakan bentuk kehiatan dari semua bagian dalam proses PTK.
Proses tersebut tidak mengikuti suatu pola linier atau suatu urutan kausal dari
problematika ke tindakan.
5.
Suatu
rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi suatu rencana tindakan.
Pada bebrapa poin di dalam proses kegiatan penelitian tersebut,peneliti PTK
merumuskan suatu rencana tindakan untuk merespon terhadap problema. Perencanaan
ini mungkin penting karena penyajian data terhadap penyandang dana,membangun
suatu program sebagai pilot proyek atau sebagai perintis, menyediakan beberapa
program yang sifatnya berkompetensi, atau mengimplementasikan suatu agenda
penelitian yang sedang berjalan untuk menyelidiki praktik kegiatan yang baru.
Ini bias merupakan suatu perencanaan tertulis, formal atau diskusi-diskusi
informal tentang bagaimana menjalankan, dan ini mungkin melibatkan beberapa
orang individu atau melibatkan seluruh komunitas.
6.
Penelitian
Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator
melaporkan dan diplubikasikan dalam juranl dan buku-buku para peneliti PTK
melaporakn hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidi, yang
selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya.
Karakteristik PTK berbeda secara konseptual dan fundamental di mana
PTK tak lain adalah sebagai berikut:
a.
An
inquiri of practice from within, berarti kegiatan PTK didasarkan pada masalah
keseharian yang dirasakan, dan dihayatai dalam melaksanakan pembelajaran yang
selalu muncul, sekalipun siswa/mahasiswa yang dihadapi berlainan pada setiap
semesternya.
b.
A
collaborative effort and participative, mengisyaratkan bahwa tindakan dan upaya
perbaikan itu dilakukan bersama-sama siswa/mahasiswa secara kolaboratif dan
partisipatif.
c.
A
reflektif practice made public, yang menghendaki agar keseluruhan proses
implementasi tindakan guru-dosen maupun tindakan siswa-mahasiswa dipantau
dengan mempergunakan metode dan alat yang dapat dipetanggungjawabkan secara
ilmiah. Dengan demikian laporan PTK akan dapat memenuhi kaidah metodologi
ilmiah dan kesimpulan atau temuan yang berupa model atau prosedur upaya
perbaikan,peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik dan dapat
disebarluaskan.
PTK itu situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah
dalam konteks tertentu, misaknya di kelas dalam sekolah dan berupaya
menyelesaikannya dalm konteks. PTK itu bersifat self-evaluatif, yaitu kegiatan
modifikasi praksis yang dilakukan secara continue, dievaluasi dalam situasi
yang terus berjalan, yaitu tujuan akhirnya adalah untuk peningkatan perbaikan
dalam praktik nyatanya.
Adapun dalam buku karangan prof. Dr. hamzah B. Uno, M.pd. nina lamatenggo, S.E., M.pd. Dra.
Satria M.A. koni, M.pd. berjudul menjadi peneliti PTK yang profesional karakteristik PTK ada yang
membedakannya dengan jenis penelitian lain dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Masalah
dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang
dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
Dengan kata lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam
praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini, dan perbaikan tersebut
diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an incuiri of practice from within),
bukan oleh orang dari luar. Tegasnya kepedulian guru terhadap kualitaas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari
munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan
penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditandai oleh penelitian yang
biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut.
2.
Self-reflective
inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling
esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan
atau obyek atau tempat lain seperti responden. Maka PTK mensyaratkan guru
mengumpulkan data dari praktiknya sendiri dari melalui refleksi diri. Ini
berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas,
apa dampak tindakan tersebut bagi siswa? Dari hasil tersebut guru mencoba
menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan mencoba
memperbaiki kelemahan dan mengulang penyempurnaan tindakan-tindakan yang
dianggap sudah baik. Dengan demikian, data yang dikumplkan dari praktik
sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpulan data adalah guru yang
terlibat dalam praktik sehingga didalam hal ini guru mempunyai fungsi ganda.
Yaitu sebagai guru dan sebagia peneliti. Metodologi yang digunakan agak
longgar, namun dapat disimpulkan secara sistematik , sesuai dengan
kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat.
3.
Peneliti
tindakan kelas dapat dilakukan didalam kelas sehingga fokus penelitian itu
adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan
interaksi belajar mengajar.
4.
Penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan
secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh
karena itu dalam penelitian PTK dikenal adanya siklus penelitian berupa pola:
perencanaan- pelaksanaan- observasi- revisi (perencanaan ulang). Hal ini tentu
berbeda dengan penelitian biasa yang biasanya tidak diserta dengan perlakuan
berupa siklus. Kunci utama PTK adalah adanya tindakan yang dilakukan
berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan.
Secara sederhana dapat
dikemukakan beberapa karakteristik inti dan penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Masalah
berasal dari guru
2. Tujuannya
memperbaiki pembelajaran
3. Metode
utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian;
4. Fokus
penelitian berupa kegiatan pembelajaran;
5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Jadi,
adanya “tindakan-tindakan”tertentu dalam penelitian kelas inilah yang juga
menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas. Penting untuk
dipertegas di sini adalah: “Tindakan seperti apakah yang dapat dikategorikan
sebagai tindakan dalam penelitian
tindakan kelas itu?” Suharsimi (2007) menceritakan pengalamannya menilai karya
tulis ilmiah yang dibuat oleh gum, ternyata masih banyak yang keliru
menafsirkan penelitian tindakan kelas. Pada sampul depan ditulis “Penelitian
Tindakan Kelas”, tetapi di bagian dalam ternyata hanya menguraikan proses
pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya memang gum sudah melakukan sesuatu,
tetapi sesungguhnya guru melakukan hanya melakukan proses pembelajaran seperti
biasa saja. Misalnya guru memberikan Lembar Kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas
untuk dikerjakansiswa di luar kelas, atau guru menugaskan siswa menghafalkan
rumus untuk digunakan siswa di kelas. Tindakan-tindakan semacam ini
sesungguhnya bukan merupakan tindakan yang dikehendaki oleh penelitian tindakan
kelas. Suhasimi.(2007) menegaskan bahwa prinsip dasar tindakan dalam penelitian
tindakan kelas adalah “tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan
maksud rneningkatkan prestasi belajar siswa rnelalui peningkatan kegiatan
siswa.”
Untuk
memperjelas kriteria “tindakan” dalam penelitian tindakan kelas, berikut ini
disajikan ilutrasi kasus.
“seorang
guru IPA di suatu SMP mengamati bahwa siswa pada umumnya merasa senang ketika
ditugaskan melakukan praktikum di laboratorium. Begitu diberi tahukan untuk
melakukan praktikum dan guru memberikan lembar petunjuk pelaksanaan praktikum,
mereka segera menuju laboratorium, mengambil peralatan praktikum, mengambil
bahan, dan melaksanakan praktikum. Guru tidak sempat menunggu secara utuh
ketika siswa melakukan praktikum. Setelah selesai, siswa menyusun laporan dan
langsung menyerahkan kepada guru.Ketika gum mernbaca laporan praktikum yang
disusun oleh siswa, guru merasa kecewa karena pada umumnya laporannya kurang
sistematis dan isinya jauh dan teon' praktikum yang seharusnya.Oleh sebab itu,
guru tersebut berniat untuk membimbing agar siswa mampu melaksanakan praktikum
dan membuat laporan dengan benar.Kalau hanya diberitahu saja, dan dipesan agar
Waktu memasuki laboratorium harus hati-hati, mengarnbil alat-alat praktikum
dengan cennat, sangat boleh jadi pesan guru tersebut tidak terlalu
diperhatikan.”
oleh
sebab itu, sebagai guru yang bijaksana, dia berusaha menganalisis dan mengenali
apa sajakelemahan-kclemahan yangterjadi ketika siswa melakukan
praktikum.Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, gum tersebut memperoleh
beberapa aspek dari keseluruhan kegiatan praktikum yang harus dibenahi, yaim;
1. Ketika
guru membagikan lembar petunjuk praktikum, siswa tidak diberikankesempatan
untuk menelaah dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami.Barangkali masih ada
yang tidak dipahami oleh siswa dalam petunjuk praktikum tersebut, tetapi siswa
langsung melakukan praktikum. Tentu saja pada bagian yang belum dipahami itu
menyebabkan siswa melakukan praktikum dengan tidak benar. Bagian ini akan
dicari cara untuk memperbaikinya.
2. Ketika
siswa mengambil alat-alat dan bahan praktikum tidak diberitahu secara rinci
agar hari-hati serta bflrgiliran dan bfirurutan dalam mengambilnya. Bagian ini
juga akan diperbaiki.
3. Ketika
siswa melaksanakanpraktikum, guru tidak selalu menunggui dan mengamati dengan
sungguh-sungguh cara siswa bekerja sejak awal sampai akhir. Bagian ini juga
menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
4. Ketika
siswa menyusun laporan tidak dibimbing, langsung disuruh menyusunnya, dan
kemudian langsung diserahkan kepada guru. Hasil praktikum belum tentu dikuasai
oleh siswa karena tidak ada kesempatan untuk menelaah bersama-sama guru. Bagian
ini juga menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
Setelah
guru menganalisis kelemahan-kelemahan tersebut, selanjutnya merumuskan
tindakan-tindakan perbaikan proses pembelaj aran praktikum tersebut, yaitu:
1. Setelah
petunjuk praktikum diperbanyak dan dibagikan kepada siswa, seluruh siswa
diberikan kesempatan untuk membaca dan memahami secara cermat dan diberikan
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Setelah guru yakin
bahwa semua siswa memahami petunjuk praktikum, maka siswa disuruh mulaimelaksanakan
praktikum.
2. Gurumemberikan
petunjuk agar siswa dalam mengarnbil alat-alat dan bahan praktikum harus
bergiliran dan berurutan. Ini dilakukan karena guru yakin bahwa jika siswa
diberi panduan untuk lnengambil alat-alat dan bahan praktikum secara bergiliran
dan dengan urutan yang benar, maka siswa akan tertib, tidak berebut, dan
melakukannya secara hati-hati.
3. Selain
membuat petunjuk praktikum, gum j uga membuat lembar pengamatan yang digunakan
untuk mengamati kegiatan siswa ketika sedang melakukan praktikum. Dengan cara
demikian, siswa dapat melaksanakan praktikum dengan lancar, tidak mengalami
kebingungan, dan tidak akan bekerja secara seenaknya karena selama melaksanakan
praktikurn senantiasa diamati oleh guru.
4. Untuk
menj aga agar laporan yang disusun oleh siswa memenuhi syarat, maka guru
membuat pedoman penyusunan laporan dan dibagikan kepada siswa.
5. Agar
siswa memahami isi hasil praktikum yang dituangkan dalam laporan, maka guru
mengajak siswa untuk membahasnya secara keseluruhan.
Berikut
ini disaj ikan beberapa conth kegiatan guru yang tidak mencerminkan adanya
“tindakan” sebagaimana yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas:
1. Guru
merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang datang terlambat. Kedatangan
siswa terlambat seperti itu tentu saja mengganggu kelas yang sedangberlangsung
proses pembelajaran. Tindakan guru adalah memberikan peringatan bahwa bagi
siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas.
2. Guru
merasa tidak puas dengan perilaku siswanya yang ketika mengerj akan ulangan
banyak yang menyontek. Guru membuat peraturan agar sebelum ulangan dimulai
semua catatan harus dikumpulkan di meja guru dan setelah itu guru baru
membagikan soal ulangan
3. Beberapa
siswa tidak mengerjakan PR sehingga ketika guru mengajak siswa untuk membahas
hasil PR siswa tersebut tidak bisa mengikuti secara aktif. Oleh karena itu,
guru memberi surat kepada orang tua siswa tersebut agar mengingatkan anaknya.
Ketiga
contoh tersebut tidak mencerminkan adanya “tindakan” karena gurtidak memberikan
kegiatan kepada siswa sehingga mereka harus melakukan sesuatu.Pada contoh 1
guru hanya memberi peringatan seperti biasanya. Peringatan semacam itu sudah
berulang-ulang diberikan, tetapi kej adian yang sama tetap saja muncul. Pada
contoh 2 guru menyuxuh siswa untuk mengumpulkan catatan di atas meja guru.
Memang dengan cara seperti ini siswa tidak dapat menyontek karena catatannya
tidak ada pada mereka, tetapi ini bukan perintah yang menuntut siswa mengerj
akan sesuatu untuk perbaikan dirinya. Pada contoh 3 justru contoh yang tidak
baik karena guru tidak mengatasi sendiri dengan tindakan perbaikan,
melainkanjustru meminta bantuan orang tua siswa.
Ada
tiga unsur yang senantiasa harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas,
yaitu :
1. Pemberi
tindakan, yaitu guru.
2. Subjek
tindakan, yaitu siswa.
3. Tindakan
yang berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sebagaisubjek
tindakan dan tindakan itu menjadi pengarahan kepada siswa untukmelakukan
perbaikan.
Berdasarkan
karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan di atas, maka ada
sejumlah masalah penting yang dapat dij adikan bahan kajian dalam penelitian
tindak kelas, yaitu:
1. Masalah
belajar siswa di sekolah, misalnya: rendahnya motivasi belajar, rendahnya minat
baca, kurangnya kemampuan siswa memahami teks, kurangnya kemampuan penguasaan
konsep hitungan, rendahnya keaktifan belaj ar siswa di kelas, dan sebagainya.
2. Pengembangan
sikap dan kebiasaan belajar siswa, misalnya: pengembangan sikap berpikir ilmiah
pada diri siswa.
3. Pengembangan
profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu perancangan, pelaksanaan,
dan evaluasi program pembelaj aran.
4. Desain
dan strategi pembelaj aran di kelas, misalnya: inovasi dan implementasi model
pembelaj aran atau metode pembelaj aran tertentu.
5. Implemantasi
kurikulum, misalnyaz pelaksanaan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
6. Media,
alat peraga, dan sumber belajar lainnya, misahqyaz penggunaan alat peraga
tertentu untuk meningkatkan kegairahan belajar siswa; pemanfaatan perpustakaan
oleh siswa; atau pemanfaatan sumber belaj ar di luar sekolah.
7. Sistem
evaluasi proses dan hasil pembelajaran, misalnya: pengembangan alat evaluasi
berbasis kornpetensi; atau efektivitas penggunaan alat evaluasi tertentu.
2.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Pertanyaan
penting berikutnya adalah: “Apa tujuan melakukan penelitian tindakan kelas?”
Mengacu pada pembahasan sebelumnya, maka
jawaban yang paling inti adalah untuk peningkatan dan perbaikan praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Perkembangan masyarakat dewasa ini
sangat cepat dan sangat kompleks sehingga tuntutan terhadap layanan pembelajaran
yang hams dilakukan oleh gmujuga meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan
salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki
layanan pembelajaran tersebut.
Tujuan
ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan
berbagai permasalahan pembelaj aran di kelas yang selama ini dihadapi, baik
disadari atau mungkin tidak disadari. Oleh karena itu, fokus penelitian
tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan altematif yang
direncanakan oleh guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui
efektivitas tindakan-tindakan Alternative itu dalam memecahkan masalah pembelajaran
yang dihadapi oleh guru.
Jika
perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga dapat
dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat
dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses
penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena tujuan utama dari
penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran.Artinya,
dengan penelitian tindakan kelas itu guru
sekaligus banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif yang
telah dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran. Di sini
guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik
pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas
yang dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996)
menegaskan bahwa tujuan utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan keterampilan guru
berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaranyang dihadapi guru di kelasnya
sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan
umum dalam bidang pendidikan.
McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar
utama bagi dilaksanakannya PTK adalh untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini
terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama
PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam
menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan ituu dapat di capai?.
Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam
memecahkan berbagai persoalan pembelajaran.[3]
Sedangkan dalam bukunya Kunandar
(2008) disebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan Kelas adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
2.
Peningkatan
kualitas praktik pembeljaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat
berkembang secara cepat.
3.
Peningkatan
relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran
4.
Sebagai
alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru,
mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya
5.
Sebagai
alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system
pembelajaran yang berkelanjutanyang biasanya menghambat inovasi dan perubahan
6.
Peningkatan
hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembeljaran di kelas dengan
mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan menningktkan motivasi belajar
siswa
7.
Meningkatkan
sikap profesionalpendidik dan tenaga kependidikan
8.
Menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta proaktif dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
9.
Peningkatan
efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajran
di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga
situnjukkan untuk meningkatkan efisiensi peemanfaatan sumber-sumber daya yang
terintegrasi di dalamnya.
2.3 Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat PTK dapat dilihat dari dua
aspek yakni aspek akademis dan aspek praktis
·
Aspek
Akademis, manfaatnya adalah untuk membantu guru mengahasilkan pengetahuan yang
shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam
jangka pendek
·
Manfaat
Praktis dari pelaksanaan PTK antara lain:
a)
merupakan
pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan
proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana
pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode,maupun
gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas.
b) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan
PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis,
yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dnegan situasi dan
kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses
pembelajran yang aktif,inovatif,kreatif,efektif dan menyenangkan.
Dalam salah satu referensi yang lain, manfaat
menjadi satu dengan tujuan, yaitu,
Untuk dapat melakukan praktik penelitian
tindakan kelas secara efektif dan tepat guna terlebih dahulu harus memahami
manfaat dan tujuan PTK yang akan melandasi prosedur PTK selanjutnya. Pemahaman
terhadap tujuan dan manfaat PTK akan mengarahkan guru dan peneliti dalam
melaksanakannya, serta memotifasi untuk mencari beberapa sumber yang mengarah
pada pencapaian tujuan tersebut.
Penelitian pendidikan pada umumnya ditujukan
untuk memperoleh landasan dalam mempertimbangkan suatu prosedur kerja,
khususnya prosedur pembelajaran, menjamin cara kerja yang efektif dan efisien,
memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan menghindarkan
sesuatu yang dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam
mengembangkan pembelajaran. Berdasarkan
pemahaman tersebut, secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:
1.
Memperbaiki
dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
2.
Meningkatkan
layanan professional dalam konteks pembelaaran, khhususnya layanan kepada
peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
3.
Memberi
kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran
yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
4.
Memberi
kesempatan kepada guru mengadakan kajian secara bertahap kegiatan pembelajaran
yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
5.
Membiasakan
guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam pembelajaran.
Melalui PTK guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman
tentang praktik pembelajaran secara efektif, dan bukan ditujukan untuk
memperoleh ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Dengan kata lain, tujuan utama PTK adalah mengembangkan
katerampilan proses pembelajaran. Bukan untuk mencapai pengetahuan umum dalam
bidang pendidikan. Meskipun demikian, PTK sangat bermanfaat dalam meningkatkan
pemahaman guru terhadap pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. Berbagai
manfaat penelitian tindakan kelas antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut.
A.
Mengembangkan
dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan
senantiasa tampak baru dikalangan peserta didik.
B.
Merupakan
upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan
karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas.
C.
Meningkatkan
profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya, sehingga
pemahaman guru senantiasa meningkat, baik berkaitan dengan metode maupun isi
pembelajaran.
Dalam pda ini, praktik PTK diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan pada umumnya.
Untuk mewujudkan tujuan dan memperoleh manfaat
sebagaimana dikemukakan diatas, terhadap beberapa hal yang harus ditanyakan
dalam pelaksanaannya, sebagai berikut:
a)
Apakah
hipotesis tindakan telah dirumuskan berdasarkan tujuan dan hasil kajian dengan
landasan yang tepat, baik secara teoritis maupun konseptual?
b)
Apakah
alternative pemecahan masalah yang direkomendasikan dapat mencapai tujuan dan
memecahkan permasalahan dengan tepat?
c)
Bagaimanakah
tindakan pemecahan masalah dilakukan, bagaimana mengetahui dan mengontrol
hasilnya?
d)
Bagaimanakah
cara menguji hipotesis tindakan untuk membuktikan perbaikan kondisi atau
peningkatan kinerja system pembelajaran?
e)
Apakah
pengambilan kesimpulan sesuai dengan tujuan, kondisi dan karakteristik
pembelajaran?[4]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Karakteristik PTK
1.
Fokus peneliti
Tindakan yang Praktis
2. Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
3. Kolaborasi
4. Suatu proses yang dinamis
5. Suatu rencana Tindakan
6. Penelitian Bersama
·
Manfaat
PTK
1.
Manfaat
Aspek Akademis, manfaatnya adalah untuk membantu guru mengahasilkan pengetahuan
yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran
dalam jangka pendek
2.
Praktis
dari pelaksanaan PTK antara lain:
a)
merupakan
pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan
proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana
pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mencoba untuk
mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode,maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu
model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas.
b) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan
PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis,
yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dnegan situasi dan
kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses
pembelajran yang aktif,inovatif,kreatif,efektif dan menyenangkan.
·
Tujuan
PTK
untuk
peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Perkembangan masyarakat dewasa ini sangat cepat dan sangat kompleks sehingga
tuntutan terhadap layanan pembelajaran yang hams dilakukan oleh gmujuga
meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis
bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pembelajaran tersebut.
Tujuan ini dapat dicapai dengan cara
melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelaj
aran di kelas yang selama ini dihadapi, baik disadari atau mungkin tidak
disadari. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak
kepada tindakan-tindakan altematif yang direncanakan oleh guru, kemudian
dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan Alternative itu
dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, dkk. 2011. Menjadi peneliti PTK yang professional. Jakarta:penerbit
bumi aksara
Mulyasa, E. 2011. Praktik
Penelitian Tindakan Kelas,menciptakan
perbaikan berkesinambungan. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya
Kunandar. 2008. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada
Djunaidi, Ghony. M, 2008 Penelitian Tindakan Kelas Malang: UIN-Malang
Pers
Asrori Muhammad, 2007 Penelitian Tindakan Kelas Bandung: CV.
Wacana Prima
makasih . . .
BalasHapus