Rabu, 10 April 2013

KARAKTERISTIK, TUJUAN, DAN MANFAAT PTK



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sertifikasi guru menjadi suatu titik perhatian yang sangat menarik dan menyedot konsentrasi serta energy banyak orang dilingkungan pendidikan. Guru dituntut untuk memiliki dan menampilkan kinerja secara berkualitas sesuai dengan bidang tugasnya. Standar Nasional Pendidikan (2005) telah menegaskan bahwa guru harus memiliki kompetensi kepribadian, pedagogis. Professional dan sosial.
Salah satu dari 4 komponen tersebut yang berkaitan langsung dengan proses inovasi gaya pembeljaran adalah kompetensi professional yaitu kemampuan guru melakukan penelitian sederhana. Salah satu bentuk penelitian yang sederhana yang dapat dilakukan guru didalam proses pembelajaran yakni “Penenlitian Tindakan Kelas”. Yang didalamnya terdapat karakteristik, tujuan dan manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Karakteristik dari Penelitian Tindakan Kelas?
  2. Bagaimana Tujuan dari PTK?
  3. Apa Manfaat dari PTK?
1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui Karakteristik dari Penelitian Tindakan Kelas
  2. Untuk mengetahui Tujuan dari PTK
  3. Untuk mengetahui Manfaat dari PTK




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Penelitan Tindakan Kelas
Mencermati definisi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dipaparkan di atas, muncul suatu pertanyaan: “Kalau Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan seperti itu, maka apa saja karakteristik penelitian tindakan kelas itu? Semua penelitian memang pada dasamya dilakukan dalam upaya untuk memcahkan masalah.Jika dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk dipecahkan harus selalu berangkat dari psrsoalan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehari-hari di kelas.
Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akandapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses dan hasil pembelaj aran yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan. .
Persoalannya adalah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang sudah dilakukan selama mengajar di kelas. Dapat terjadi guru berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi tidak tahu kalau yang dilakukan itu salah. Bahkan, sangat bolehjadijustru merasa yang dilakukannya selama ini diyakini sebagai seseuatu yang benar.
 Oleh sebab itu, guru dapat meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya. Di sinilah pentingnya proses kolaborasi atau kerj asama antara guru dengan peneliti.
Dalam konteks seperti itu, guru dapat bekerjasama dengan peneliti dari perguruan tinggi untuk berdiskusi guna mencari dan merumuskan pennasalahan pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas. Dengan kata lain, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratifdengan peneliti dari perguruan tinggi.
 Dengan kegiatan secara kolaboratif ini akan muncul pemahaman dan kesadaran terhadap kemungkinan adanyan banyak masalah yang telah diperbuat selama guru itu melaksanakan proses pembelaj aran selama  ini Suyanto (1997) menegaskan,jika guru bersedia melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratifdengan para peneliti dari perguruan tinggi, maka banyak manfaat yang akan diperolehnya baik secara profesional maupun secara fungsional untuk meningkatkan karirnya.
 Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru sambil mengajar di kelas sesuai dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakannya.
            PTK berbeda dengan penelitian formal, pada umumnya PTK memilki karateristik sebagi berikut:[1]
1.      Fokus peneliti Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk menangani suatu problematika actual pada setting pendidikan. Dengan demikian,para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan. Isu-isu ini dapat merupakan masalah dari seorang guru di dalam kelas atau sebuah problematika yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung lembaga pendidikan. Ini bias merupakan suatu  kebutuhan bagi suatu isu antara sekolah dan masyarakat, sebuah isu dengan suatu kebijakan sekolah atau stuktur yang menghambat kebebasan individu dan tindakan, atau suatu urusan individu di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Para peneltian tindakan tidak melakasanakan benuk penelitian ini untuk memajukan pengetahuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan tetapi untuk memecahkan suatu problem tersebut sifatnya terapan.
2.      Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
Dalam hal ini para peneliti tindakan terjun ke dalam penelitian partisipatori atau penelitian self reflektif  di mana mereka mengalihkan pendangan pengamatan mereka pada ruang kelas, sekolah , atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. Karena mereka mengkaji situasi mereka sendiri, mereka merefleksikan tentang apa yang telah mereka pelajari suatu bentuk pengembangan diri serta apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan mereka. Dalam refleksi ini para peneliti tindakan menimbang solusi yang berbeda-beda pada problema mereka dan belajar dari menguji ide. Penelitian tindakan yang demikian telah disebut “suatu self refleksi spiral”
3.      Kolaborasi
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra deng pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolabborasi dalam pelaksanaanny, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah,guru dengan dosen ataupun guru dengn pengawas.[2]
4.      Suatu proses yang dinamis
Para peneliti PTK yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan kegiatan, seperti suatu ”spiral” dari beberapa kegiatan. Ide penting ialah bahwa peneliti “spiral” kembali maju  mundur diantara refleksi atau merenungkan suatu problema, pengumpulan data, dan tindakan suatu team school-based, misalnya bias mencoba beberapa tindakan setelah merefleksikan atau merenungkan waktu yang paling baik bagi sekolah menengah atas untuk memulai. Merefleksikan,mengumpulkan data,mencoba suatu solusi,dan spiral kembali pada refleksi adalah merupakan bentuk kehiatan dari semua bagian dalam proses PTK. Proses tersebut tidak mengikuti suatu pola linier atau suatu urutan kausal dari problematika ke tindakan.


5.      Suatu rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi suatu rencana tindakan. Pada bebrapa poin di dalam proses kegiatan penelitian tersebut,peneliti PTK merumuskan suatu rencana tindakan untuk merespon terhadap problema. Perencanaan ini mungkin penting karena penyajian data terhadap penyandang dana,membangun suatu program sebagai pilot proyek atau sebagai perintis, menyediakan beberapa program yang sifatnya berkompetensi, atau mengimplementasikan suatu agenda penelitian yang sedang berjalan untuk menyelidiki praktik kegiatan yang baru. Ini bias merupakan suatu perencanaan tertulis, formal atau diskusi-diskusi informal tentang bagaimana menjalankan, dan ini mungkin melibatkan beberapa orang individu atau melibatkan seluruh komunitas.
6.      Penelitian Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator melaporkan dan diplubikasikan dalam juranl dan buku-buku para peneliti PTK melaporakn hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidi, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya.
Karakteristik PTK berbeda secara konseptual dan fundamental di mana PTK tak lain adalah sebagai berikut:
a.       An inquiri of practice from within, berarti kegiatan PTK didasarkan pada masalah keseharian yang dirasakan, dan dihayatai dalam melaksanakan pembelajaran yang selalu muncul, sekalipun siswa/mahasiswa yang dihadapi berlainan pada setiap semesternya.
b.      A collaborative effort and participative, mengisyaratkan bahwa tindakan dan upaya perbaikan itu dilakukan bersama-sama siswa/mahasiswa secara kolaboratif dan partisipatif.
c.       A reflektif practice made public, yang menghendaki agar keseluruhan proses implementasi tindakan guru-dosen maupun tindakan siswa-mahasiswa dipantau dengan mempergunakan metode dan alat yang dapat dipetanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian laporan PTK akan dapat memenuhi kaidah metodologi ilmiah dan kesimpulan atau temuan yang berupa model atau prosedur upaya perbaikan,peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik dan dapat disebarluaskan.
PTK itu situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, misaknya di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalm konteks. PTK itu bersifat self-evaluatif, yaitu kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara continue, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan, yaitu tujuan akhirnya adalah untuk peningkatan perbaikan dalam praktik nyatanya.
Adapun dalam buku karangan prof. Dr. hamzah B. Uno, M.pd. nina lamatenggo, S.E., M.pd. Dra. Satria M.A. koni, M.pd. berjudul menjadi peneliti PTK yang profesional  karakteristik PTK ada yang membedakannya dengan jenis penelitian lain dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan kata lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an incuiri of practice from within), bukan oleh orang dari luar. Tegasnya kepedulian guru terhadap kualitaas pembelajaran  yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditandai oleh penelitian yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut.
2.      Self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau obyek atau tempat lain seperti responden. Maka PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri dari melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa? Dari hasil tersebut guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulang penyempurnaan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data yang dikumplkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpulan data adalah guru yang terlibat dalam praktik sehingga didalam hal ini guru mempunyai fungsi ganda. Yaitu sebagai guru dan sebagia peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun dapat disimpulkan secara sistematik , sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat.
3.      Peneliti tindakan kelas dapat dilakukan didalam kelas sehingga fokus penelitian itu adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar.
4.      Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian PTK dikenal adanya siklus penelitian berupa pola: perencanaan- pelaksanaan- observasi- revisi (perencanaan ulang). Hal ini tentu berbeda dengan penelitian biasa yang biasanya tidak diserta dengan perlakuan berupa siklus. Kunci utama PTK adalah adanya tindakan yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan.
Secara sederhana dapat dikemukakan beberapa   karakteristik inti dan penelitian tindakan kelas, yaitu:
1.      Masalah berasal dari guru
2.      Tujuannya memperbaiki pembelajaran
3.      Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian;
4.      Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran;
5.      Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Jadi, adanya “tindakan-tindakan”tertentu dalam penelitian kelas inilah yang juga menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas. Penting untuk dipertegas di sini adalah: “Tindakan seperti apakah yang dapat dikategorikan sebagai tindakan  dalam penelitian tindakan kelas itu?” Suharsimi (2007) menceritakan pengalamannya menilai karya tulis ilmiah yang dibuat oleh gum, ternyata masih banyak yang keliru menafsirkan penelitian tindakan kelas. Pada sampul depan ditulis “Penelitian Tindakan Kelas”, tetapi di bagian dalam ternyata hanya menguraikan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya memang gum sudah melakukan sesuatu, tetapi sesungguhnya guru melakukan hanya melakukan proses pembelajaran seperti biasa saja. Misalnya guru memberikan Lembar Kerja  kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk dikerjakansiswa di luar kelas, atau guru menugaskan siswa menghafalkan rumus untuk digunakan siswa di kelas. Tindakan-tindakan semacam ini sesungguhnya bukan merupakan tindakan yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas. Suhasimi.(2007) menegaskan bahwa prinsip dasar tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah “tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud rneningkatkan prestasi belajar siswa rnelalui peningkatan kegiatan siswa.”
Untuk memperjelas kriteria “tindakan” dalam penelitian tindakan kelas, berikut ini disajikan ilutrasi kasus.
“seorang guru IPA di suatu SMP mengamati bahwa siswa pada umumnya merasa senang ketika ditugaskan melakukan praktikum di laboratorium. Begitu diberi tahukan untuk melakukan praktikum dan guru memberikan lembar petunjuk pelaksanaan praktikum, mereka segera menuju laboratorium, mengambil peralatan praktikum, mengambil bahan, dan melaksanakan praktikum. Guru tidak sempat menunggu secara utuh ketika siswa melakukan praktikum. Setelah selesai, siswa menyusun laporan dan langsung menyerahkan kepada guru.Ketika gum mernbaca laporan praktikum yang disusun oleh siswa, guru merasa kecewa karena pada umumnya laporannya kurang sistematis dan isinya jauh dan teon' praktikum yang seharusnya.Oleh sebab itu, guru tersebut berniat untuk membimbing agar siswa mampu melaksanakan praktikum dan membuat laporan dengan benar.Kalau hanya diberitahu saja, dan dipesan agar Waktu memasuki laboratorium harus hati-hati, mengarnbil alat-alat praktikum dengan cennat, sangat boleh jadi pesan guru tersebut tidak terlalu diperhatikan.”
oleh sebab itu, sebagai guru yang bijaksana, dia berusaha menganalisis dan mengenali apa sajakelemahan-kclemahan yangterjadi ketika siswa melakukan praktikum.Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, gum tersebut memperoleh beberapa aspek dari keseluruhan kegiatan praktikum yang harus dibenahi, yaim;
1.      Ketika guru membagikan lembar petunjuk praktikum, siswa tidak diberikankesempatan untuk menelaah dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami.Barangkali masih ada yang tidak dipahami oleh siswa dalam petunjuk praktikum tersebut, tetapi siswa langsung melakukan praktikum. Tentu saja pada bagian yang belum dipahami itu menyebabkan siswa melakukan praktikum dengan tidak benar. Bagian ini akan dicari cara untuk memperbaikinya.
2.      Ketika siswa mengambil alat-alat dan bahan praktikum tidak diberitahu secara rinci agar hari-hati serta bflrgiliran dan bfirurutan dalam mengambilnya. Bagian ini juga akan diperbaiki.
3.      Ketika siswa melaksanakanpraktikum, guru tidak selalu menunggui dan mengamati dengan sungguh-sungguh cara siswa bekerja sejak awal sampai akhir. Bagian ini juga menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
4.      Ketika siswa menyusun laporan tidak dibimbing, langsung disuruh menyusunnya, dan kemudian langsung diserahkan kepada guru. Hasil praktikum belum tentu dikuasai oleh siswa karena tidak ada kesempatan untuk menelaah bersama-sama guru. Bagian ini juga menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
Setelah guru menganalisis kelemahan-kelemahan tersebut, selanjutnya merumuskan tindakan-tindakan perbaikan proses pembelaj aran praktikum tersebut, yaitu:
1.      Setelah petunjuk praktikum diperbanyak dan dibagikan kepada siswa, seluruh siswa diberikan kesempatan untuk membaca dan memahami secara cermat dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Setelah guru yakin bahwa semua siswa memahami petunjuk praktikum, maka siswa disuruh mulaimelaksanakan praktikum.
2.      Gurumemberikan petunjuk agar siswa dalam mengarnbil alat-alat dan bahan praktikum harus bergiliran dan berurutan. Ini dilakukan karena guru yakin bahwa jika siswa diberi panduan untuk lnengambil alat-alat dan bahan praktikum secara bergiliran dan dengan urutan yang benar, maka siswa akan tertib, tidak berebut, dan melakukannya secara hati-hati.
3.      Selain membuat petunjuk praktikum, gum j uga membuat lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa ketika sedang melakukan praktikum. Dengan cara demikian, siswa dapat melaksanakan praktikum dengan lancar, tidak mengalami kebingungan, dan tidak akan bekerja secara seenaknya karena selama melaksanakan praktikurn senantiasa diamati oleh guru.
4.      Untuk menj aga agar laporan yang disusun oleh siswa memenuhi syarat, maka guru membuat pedoman penyusunan laporan dan dibagikan kepada siswa.
5.      Agar siswa memahami isi hasil praktikum yang dituangkan dalam laporan, maka guru mengajak siswa untuk membahasnya secara keseluruhan.
Berikut ini disaj ikan beberapa conth kegiatan guru yang tidak mencerminkan adanya “tindakan” sebagaimana yang dikehendaki oleh penelitian tindakan kelas:
1.      Guru merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang datang terlambat. Kedatangan siswa terlambat seperti itu tentu saja mengganggu kelas yang sedangberlangsung proses pembelajaran. Tindakan guru adalah memberikan peringatan bahwa bagi siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas.
2.      Guru merasa tidak puas dengan perilaku siswanya yang ketika mengerj akan ulangan banyak yang menyontek. Guru membuat peraturan agar sebelum ulangan dimulai semua catatan harus dikumpulkan di meja guru dan setelah itu guru baru membagikan soal ulangan
3.      Beberapa siswa tidak mengerjakan PR sehingga ketika guru mengajak siswa untuk membahas hasil PR siswa tersebut tidak bisa mengikuti secara aktif. Oleh karena itu, guru memberi surat kepada orang tua siswa tersebut agar mengingatkan anaknya.
Ketiga contoh tersebut tidak mencerminkan adanya “tindakan” karena gurtidak memberikan kegiatan kepada siswa sehingga mereka harus melakukan sesuatu.Pada contoh 1 guru hanya memberi peringatan seperti biasanya. Peringatan semacam itu sudah berulang-ulang diberikan, tetapi kej adian yang sama tetap saja muncul. Pada contoh 2 guru menyuxuh siswa untuk mengumpulkan catatan di atas meja guru. Memang dengan cara seperti ini siswa tidak dapat menyontek karena catatannya tidak ada pada mereka, tetapi ini bukan perintah yang menuntut siswa mengerj akan sesuatu untuk perbaikan dirinya. Pada contoh 3 justru contoh yang tidak baik karena guru tidak mengatasi sendiri dengan tindakan perbaikan, melainkanjustru meminta bantuan orang tua siswa.
Ada tiga unsur yang senantiasa harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :
1.      Pemberi tindakan, yaitu guru.
2.      Subjek tindakan, yaitu siswa.
3.      Tindakan yang berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sebagaisubjek tindakan dan tindakan itu menjadi pengarahan kepada siswa untukmelakukan perbaikan.
Berdasarkan karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan di atas, maka ada sejumlah masalah penting yang dapat dij adikan bahan kajian dalam penelitian tindak kelas, yaitu:
1.      Masalah belajar siswa di sekolah, misalnya: rendahnya motivasi belajar, rendahnya minat baca, kurangnya kemampuan siswa memahami teks, kurangnya kemampuan penguasaan konsep hitungan, rendahnya keaktifan belaj ar siswa di kelas, dan sebagainya.
2.      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar siswa, misalnya: pengembangan sikap berpikir ilmiah pada diri siswa.
3.      Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelaj aran.
4.      Desain dan strategi pembelaj aran di kelas, misalnya: inovasi dan implementasi model pembelaj aran atau metode pembelaj aran tertentu.
5.      Implemantasi kurikulum, misalnyaz pelaksanaan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
6.      Media, alat peraga, dan sumber belajar lainnya, misahqyaz penggunaan alat peraga tertentu untuk meningkatkan kegairahan belajar siswa; pemanfaatan perpustakaan oleh siswa; atau pemanfaatan sumber belaj ar di luar sekolah.
7.      Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran, misalnya: pengembangan alat evaluasi berbasis kornpetensi; atau efektivitas penggunaan alat evaluasi tertentu.

2.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Pertanyaan penting berikutnya adalah: “Apa tujuan melakukan penelitian tindakan kelas?” Mengacu pada pembahasan sebelumnya, maka  jawaban yang paling inti adalah untuk peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Perkembangan masyarakat dewasa ini sangat cepat dan sangat kompleks sehingga tuntutan terhadap layanan pembelajaran yang hams dilakukan oleh gmujuga meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pembelajaran tersebut.
Tujuan ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelaj aran di kelas yang selama ini dihadapi, baik disadari atau mungkin tidak disadari. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan altematif yang direncanakan oleh guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan  Alternative itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran.Artinya, dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif yang telah dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran. Di sini guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996) menegaskan bahwa tujuan utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaranyang dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
            McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalh untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan ituu dapat di capai?. Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran.[3]
            Sedangkan dalam bukunya Kunandar (2008) disebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
2.      Peningkatan kualitas praktik pembeljaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3.      Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran
4.      Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya
5.      Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutanyang biasanya menghambat inovasi dan perubahan
6.      Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembeljaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan menningktkan motivasi belajar siswa
7.      Meningkatkan sikap profesionalpendidik dan tenaga kependidikan
8.      Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
9.      Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga situnjukkan untuk meningkatkan efisiensi peemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
2.3 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
            Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek akademis dan aspek praktis
·         Aspek Akademis, manfaatnya adalah untuk membantu guru mengahasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek
·         Manfaat Praktis dari pelaksanaan PTK antara lain:
a)      merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode,maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas.
b)      pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dnegan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajran yang aktif,inovatif,kreatif,efektif dan menyenangkan.

Dalam salah satu referensi yang lain, manfaat menjadi satu dengan tujuan, yaitu,
Untuk dapat melakukan praktik penelitian tindakan kelas secara efektif dan tepat guna terlebih dahulu harus memahami manfaat dan tujuan PTK yang akan melandasi prosedur PTK selanjutnya. Pemahaman terhadap tujuan dan manfaat PTK akan mengarahkan guru dan peneliti dalam melaksanakannya, serta memotifasi untuk mencari beberapa sumber yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Penelitian pendidikan pada umumnya ditujukan untuk memperoleh landasan dalam mempertimbangkan suatu prosedur kerja, khususnya prosedur pembelajaran, menjamin cara kerja yang efektif dan efisien, memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan menghindarkan sesuatu yang dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran. Berdasarkan pemahaman tersebut, secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:
1.      Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
2.      Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelaaran, khhususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
3.      Memberi kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
4.      Memberi kesempatan kepada guru mengadakan kajian secara bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
5.      Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam pembelajaran.
Melalui PTK guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik pembelajaran secara efektif, dan bukan ditujukan untuk memperoleh ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Dengan kata lain, tujuan utama PTK adalah mengembangkan katerampilan proses pembelajaran. Bukan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan. Meskipun demikian, PTK sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman guru terhadap pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. Berbagai manfaat penelitian tindakan kelas antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.
A.    Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru dikalangan peserta didik.
B.     Merupakan upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas.
C.     Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya, sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran.
Dalam pda ini, praktik PTK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan pada umumnya.
Untuk mewujudkan tujuan dan memperoleh manfaat sebagaimana dikemukakan diatas, terhadap beberapa hal yang harus ditanyakan dalam pelaksanaannya, sebagai berikut:
a)      Apakah hipotesis tindakan telah dirumuskan berdasarkan tujuan dan hasil kajian dengan landasan yang tepat, baik secara teoritis maupun konseptual?
b)      Apakah alternative pemecahan masalah yang direkomendasikan dapat mencapai tujuan dan memecahkan permasalahan dengan tepat?
c)      Bagaimanakah tindakan pemecahan masalah dilakukan, bagaimana mengetahui dan mengontrol hasilnya?
d)     Bagaimanakah cara menguji hipotesis tindakan untuk membuktikan perbaikan kondisi atau peningkatan kinerja system pembelajaran?
e)      Apakah pengambilan kesimpulan sesuai dengan tujuan, kondisi dan karakteristik pembelajaran?[4]
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
·         Karakteristik PTK
1.      Fokus peneliti Tindakan yang Praktis
2.      Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
3.      Kolaborasi
4.      Suatu proses yang dinamis
5.      Suatu rencana Tindakan
6.      Penelitian Bersama
·         Manfaat PTK
1.      Manfaat Aspek Akademis, manfaatnya adalah untuk membantu guru mengahasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek
2.      Praktis dari pelaksanaan PTK antara lain:
a)      merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode,maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas.
b)      pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dnegan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajran yang aktif,inovatif,kreatif,efektif dan menyenangkan.
·         Tujuan PTK
            untuk peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Perkembangan masyarakat dewasa ini sangat cepat dan sangat kompleks sehingga tuntutan terhadap layanan pembelajaran yang hams dilakukan oleh gmujuga meningkat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pembelajaran tersebut.
Tujuan ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelaj aran di kelas yang selama ini dihadapi, baik disadari atau mungkin tidak disadari. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan altematif yang direncanakan oleh guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan  Alternative itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.










DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, dkk. 2011. Menjadi peneliti PTK yang professional. Jakarta:penerbit bumi aksara
Mulyasa, E. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas,menciptakan perbaikan berkesinambungan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Kunandar. 2008. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru  Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada
Djunaidi, Ghony. M, 2008 Penelitian Tindakan Kelas Malang: UIN-Malang Pers
Asrori Muhammad, 2007 Penelitian Tindakan Kelas Bandung: CV. Wacana Prima



[1] M.Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan kelas.hlm: 20-26
[2] Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Hlm:61-62
[3] Suharsimi arikuntoro,dkk. Penelitian Tindakan Kelas.hlm: 106
[4]Mulyasa, praktik penelitian tindakan kelas, menciptakan perbaikan berkesinambungan, Hlm 89-91

1 komentar: