Kamis, 18 April 2013

TAHAPAN-TAHAPAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada awal Pendidikan, pembelajaran Agama Islam masih belum tercakup dalam Kurikulum di sekolah – sekolah. Namun, setelah Indonesia Merdeka, telah ditetapkan melalui Peraturan Bersama Menteri PPK dan Menteri Agama: No. 1142/Bhg. A (Pengajaran) tanggal 1 Desember 1946 yang menentukan No. 1285 / K.J. (Agama) tanggal 12 Desember 1946, adanya pembelajaran agama di sekolah-sekolah rendah sejak kelas IV dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1947. [1]
Dengan adanya peraturan bersama ini, maka telah ditetapkan sebagai landasan hukum pertama mengenai adanya penyelenggaraan pendidikan Agama di sekolah negeri oleh instansi Negara.
Dalam hal ini, dilakukan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. Sebelum kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan, hendaknya memperhatikan tahapan-tahapan dalam pembelajaran Agama Islam. Yaitu mulai dari merumuskan Tujuan sampai dalam tahap evaluasi. Maka dari itu tahapan-tahapan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2.      Apa saja ciri-ciri pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3.      Apa saja tahapan-tahapan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?


1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.      Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3.      Untuk mengetahui tahapan-tahapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempenfaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas, dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga computer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, raktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. System pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara  berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.[2]
2.2    Ciri - ciri Pembelajaran
     Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam system pembelajaran, yaitu :
1.    Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur system pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2.    Kesalingtergantunga, (interdependence), antara unsure-unsur system pembelajaran  yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsure bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada system pembelajaran.
3.    Tujuan, system pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Cirri ini menjadi dasar perbedaan antara system yang dibuat oleh manusia dan system yang alami (natural). System yang dibuat oleh manusia, seperti : system transportasi, system komunikasi, system pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. System alami (natural) sperti : system ekologi, system kehidupan hewan, memiliki unsure yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan system menuntun proses merancang system. Tujuan utama system pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang system ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendesain system pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan system pembelajaran tersebut.[3]
2.3    Tahapan-tahapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
     Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karenanya harus di desain sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis dan aplikatif sehingga bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan pembelajaran terdapat tahapan-tahapan, dimana tidak bisa lepas dari peran dan fungsi guru. Guru harus mampu dan berkompeten dalam memberdayakan segala komponen yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik.
     Tahapan-tahapan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses perumusan tujuan, penyusunan materi pelajaran, penggunaan media dan bahan/sumber pengajaran, menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran, dan penilaian / evaluasi yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
     Secara Global dapat diuraikan bahwa tahapan-tahapan Pembelajaran meliputi :
a.       Tujuan
b.      Proses (penyusunan materi / bahan pembelajaran, menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran, penggunaan media dan sumber pengajaran,)
c.       Evaluasi atau penilaian.
     Berikut akan dijelaskan secara terperinci bagaimana tahapan-tahapan pembelajaran Agama Islam yang meliputi Tujuan, Proses, dan Evaluasi.


1.2.1   Tujuan Pembelajaran
A.        Definisi
       Salah satu tahap dalam proses pembelajaran adalah merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan merupakan suatu yang sangat esensial sebab besar maknanya, baik dalam rangka perencanaan maupun dalam rangka penilaian. Tujuan-tujuan sekaligus merupakan criteria untuk menilai mutu dan efisiensi pembelajaran. Tujusn pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat, tidak boleh sama-sama atau mengandung beberapa arah, atau bersifat meragukan.
        Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan Karena hal itu adalah sesuatu yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan dibawa.[4]
        Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan apresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur.[5]
        Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit / khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan lainnya, dan tujuan dibawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak trcapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya  menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
        Tujuan juga merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus berkesesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
        Tujuan yang telah ditetapkan dalam hal ini adlah tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Dalam arti, pendidikan Agama Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam berpikir, beriman, dan bertaqwa kepada Allah SWT. Di samping itu juga mampu mengamalkan nilai-nilai yang mereka dapatkan dalam proses pendidikan, sehingga menjadi pemikir yang baik sekaligus pengamal ajaran Islam yang mampu berdialog dengan perkembangan kemajuan zaman.[7]
B.        Komponen – Komponen Tujuan
Suatu tujuan pembelajaran, terdiri dari tiga komponen, yakni :
1.         Tingkah Laku Terminal
         Tingkah laku Terminal harus dirumuskan dengan menggunakan kata-kata kerja (action verbs). Misalnya memilih, mengukur, yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja tindakan, kita dapat mengkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat dilakukan oleh siswa. Namun demikian, ada juga kata-kata yang samar yang dinilai kurang bermakna seperti memahami, menghargai, dan mengetahui.
2.         Kondidi-Kondisi Tes
         Komponen kondisi dalam suatu tujuan pembelajaran menentukan situasi yang bagi siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Jadi, komponen itu menentukan kondisi-kondisi tes.
3.         Ukuran-Ukuran Perilaku
         Komponen ukuran perilaku merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran standar menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa mencapai tujuan.
C.         Kegunaan Tujuan Pembelajaran
         Perumusan tujuan pembelajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka merancang system pembelajaran. Secara khusus, tujuan pembelajaran penting , artinya dalam rangka :
1.      Untuk menilai pembelajaran, dalam arti bahwa pembelajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai tujuan yand telah ditentukan. Ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa menjadi indicator keberhasilan system pengajaran yang dirancang sebelumnya.
2.      Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan, dan pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat merancang tindakan-tindakan apa yang seyogyanya dia lakukan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan pengajaran itu.
3.      Merupakan criteria untuk merancang pelajaran. Dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan, merupakan dasar dalam memilih dan mnetapkan materi pelajaran, baik ruang lingkupnya maupun dalam urutannya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, memilih alat dan sumber, serta untuk merancang prosedur penilaian.
4.      Menjadi semacam media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan guru lainnya. Berdasarkan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka seorang guru dapat melakukan komunikasi dengan rekan sekerjanya tentang apa yang hendak dicapai, serta hal-hal apa yang sebaiknya dikerjakan oleh guru-guru lainnya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.[8]
1.2.2   Proses Pembelajaran
       Proses pembelajaran merupakan suatu tahap dimana di dalamnya terdapat suatu pelaksanaan dalam mempersiapkan dan merumuskan materi / bahan pelajaran, menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran, penggunaan media dan sumber pengajaran yang akan menjadi patokan dalam pelaksanaan pembelajaran.
A.      Penyusunan Materi / Bahan Pembelajaran
           Bahan pembelajaran adalah bagian integral dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan, bahwa bahan pembelajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri.[9]
Dalam Undang-undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan, bahwa ;
“Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan Nasional”.[10] Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran;
2.      Meteri kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satua pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;
3.      Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.[11]
           Dalam penyusunan materi / bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya mengacu pada Kurikulum Pendidikan Islam yang mempunyai ciri khusus di dalamnya yaitu :
a.       Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama’.
b.      Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.
c.       Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pembelajaran.[12]
           Bahan ajar disusun dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, dan menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
           Secara garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
1.      Bahan ajar cetak (printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa, leaflet, wallchart, foto/gambar.
2.      Bahan ajar gambar (audio), mencakup : kaset/piringan hitam/compact disk dan radio broadcasting.
3.      Bahan ajar pandang dengar (audio visual) yang meliputi : video/film, orang/narasumber.
4.      Bahan ajar interaktif yaitu multimedia yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, text, grafhics, images, animation, and video) yang oleh penggunynya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.[13]
           Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korlasi, dan lain-lain. Guru merasa pintar dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahasa dan jiwa anak didik akan lebih banyak mengalami kegagalan dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar dan mengajar. Karena itu, lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahasa anak didik daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap dan tindakan guru tang keliru.
           Salah satu aspek utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan pembelajaran Pendidikan Islam adalah terjadinya perubahan aspek kognitif, psikomotorik, dan aspek afektif anak didik kearah yang lebih baik.
B.    Menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran
           Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
           Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam unteraksi itu anak didiklah yang lebih aktif, , bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
           Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
           Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas dan ada pula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan segera, dan strategi belajar mengajarlah sebagai jawabannya.
           Dengan demikian,kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pembelajaran yang telah dilakukan, dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.[14]
           Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan cara yang paling efektif dan efisien dalam mengajarkan Agama Islam. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwapengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama.
              Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM. Diperlukan adanya metode dalam penyampaian materi kepada anak didik. Karena metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
           Dalam suatu kegiatan belajar mengajar guru tidak harus terpaku dalam satu metode. Tetapi, guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan. Dengan ketentuan metode yang digunakan harus relevan dan situasi yang mendukungnya dan dengan kndisi psikologis  anak didik.
           Dalam proses pelaksanaan pendidikan agama Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, agar dapat menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
           Secara umum metode pembelajaran bias dipakai untuk semua mata pelajaran, termasuk juga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada pembahasan ini akan disampaikan beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
          


            DAFTAR PUSTAKA


Tafsir, Ahmad . 1995 . METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM . Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
Hamalik, Oemar . 2003 . KURIKULUM dan PEMBELAJARAN Ed. 1, Cet. 4 . Jakarta : PT Bumi Aksara.
Majid, Abdul . 2005 . PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mengembangkan Standar Kompetensi Guru . Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain . 2010 . Strategi Belajar Mengajar Cet. 4 . Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Hamalik, Oemar . 2002 . PERENCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM . Jakarta : PT Bumi Aksara.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah . 2009 . METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM . Bandung : PT Refika Aditama.
Arief, Armai . 2002 . Pengantar ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM . Jakarta : Ciputat Pers.




[1] Ahmad Tafsir, METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM(Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 1995), 2.
[2] Oemar Hamalik, KURIKULUM dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), 57.
[3] Oemar Hamalik, KURIKULUM dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), 65-66.
[4] Syaiful Bahri. D dan Aswan. Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)41-42.
[5] Oemar Hamalik, KURIKULUM dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003),76
[6] Syaiful Bahri. D dan Aswan. Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)41-42
[7] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(Bandung : PT Refika Aditama, 2009)7-8.
[8] Oemar Hamalik, PERNCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2002),111-114
[9] Oemar Hamalik, PERNCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2002),132
[10] Bab IX, Ps. 39
[11] Oemar Hamalik, KURIKULUM dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003),25.
[12] Arma’I Arief, Pengantar ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM(Jakarta : Ciputat Pers,2002),33.
[13] Abdul Majid, PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mengembangkan Standar Kompetensi Guru( Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,2005)60-61.
[14] Syaiful Bahri. D dan Aswan. Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)44-45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar