BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal Pendidikan,
pembelajaran Agama Islam masih belum tercakup dalam Kurikulum di sekolah –
sekolah. Namun, setelah Indonesia Merdeka, telah ditetapkan melalui Peraturan
Bersama Menteri PPK dan Menteri Agama: No. 1142/Bhg. A (Pengajaran) tanggal 1
Desember 1946 yang menentukan No. 1285 / K.J. (Agama) tanggal 12 Desember 1946,
adanya pembelajaran agama di sekolah-sekolah rendah sejak kelas IV dan berlaku
mulai tanggal 1 Januari 1947. [1]
Dengan adanya peraturan
bersama ini, maka telah ditetapkan sebagai landasan hukum pertama mengenai
adanya penyelenggaraan pendidikan Agama di sekolah negeri oleh instansi Negara.
Dalam hal ini, dilakukan
upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah. Sebelum kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan,
hendaknya memperhatikan tahapan-tahapan dalam pembelajaran Agama Islam. Yaitu mulai
dari merumuskan Tujuan sampai dalam tahap evaluasi. Maka dari itu
tahapan-tahapan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2. Apa saja ciri-ciri
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3. Apa saja tahapan-tahapan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk mengetahui apa saja
ciri-ciri dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Untuk mengetahui
tahapan-tahapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempenfaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa,
guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi
buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video
tape. Fasilitas, dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, juga computer. Prosedur, meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, raktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Rumusan tersebut tidak
terbatas dalam ruang saja. System pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara
membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi
dan interaksi antara berbagai komponen
yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.[2]
2.2
Ciri - ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam system pembelajaran,
yaitu :
1.
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan
prosedur, yang merupakan unsur-unsur system pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
2.
Kesalingtergantunga, (interdependence), antara
unsure-unsur system pembelajaran yang
serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsure bersifat esensial, dan
masing-masing memberikan sumbangannya kepada system pembelajaran.
3.
Tujuan, system pembelajaran mempunyai tujuan tertentu
yang hendak dicapai. Cirri ini menjadi dasar perbedaan antara system yang
dibuat oleh manusia dan system yang alami (natural). System yang dibuat oleh
manusia, seperti : system transportasi, system komunikasi, system pemerintahan,
semuanya memiliki tujuan. System alami (natural) sperti : system ekologi,
system kehidupan hewan, memiliki unsure yang saling ketergantungan satu sama
lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan system menuntun proses merancang system. Tujuan utama system
pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang system ialah
mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien
dan efektif. Dengan proses mendesain system pembelajaran si perancang membuat
rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan system
pembelajaran tersebut.[3]
2.3
Tahapan-tahapan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses
pendidikan, karenanya harus di desain sedemikian rupa melalui perencanaan yang
sistematis dan aplikatif sehingga bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam perencanaan pembelajaran terdapat tahapan-tahapan, dimana tidak bisa
lepas dari peran dan fungsi guru. Guru harus mampu dan berkompeten dalam
memberdayakan segala komponen yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku
peserta didik menjadi lebih baik.
Tahapan-tahapan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
perumusan tujuan, penyusunan materi pelajaran, penggunaan media dan
bahan/sumber pengajaran, menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode
pengajaran, dan penilaian / evaluasi yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Secara Global dapat diuraikan bahwa tahapan-tahapan Pembelajaran
meliputi :
a.
Tujuan
b.
Proses (penyusunan materi / bahan pembelajaran,
menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran, penggunaan media dan sumber
pengajaran,)
c.
Evaluasi atau penilaian.
Berikut akan dijelaskan secara terperinci bagaimana
tahapan-tahapan pembelajaran Agama Islam yang meliputi Tujuan, Proses, dan
Evaluasi.
1.2.1
Tujuan Pembelajaran
A.
Definisi
Salah satu tahap dalam proses pembelajaran adalah merumuskan
dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan merupakan suatu yang sangat
esensial sebab besar maknanya, baik dalam rangka perencanaan maupun dalam
rangka penilaian. Tujuan-tujuan sekaligus merupakan criteria untuk menilai mutu
dan efisiensi pembelajaran. Tujusn pembelajaran harus dirumuskan secara jelas,
tepat, tidak boleh sama-sama atau mengandung beberapa arah, atau bersifat
meragukan.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa
tujuan Karena hal itu adalah sesuatu yang tidak memiliki kepastian dalam
menentukan kearah mana kegiatan itu akan dibawa.[4]
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan
kebutuhan siswa dapat dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan,
dan apresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat
ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber
utama tujuan bagi para siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih
tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur.[5]
Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai
kepada yang sempit / khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu
dengan lainnya, dan tujuan dibawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan
terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak trcapai, sebagai
rumusan tujuan terendah biasanya
menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam
merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang
tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan juga merupakan komponen yang dapat mempengaruhi
komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus
berkesesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien
mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
Tujuan yang telah ditetapkan dalam hal ini adlah tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan
nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi
idealitas wahyu Tuhan. Dalam arti, pendidikan Agama Islam secara optimal harus
mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam
berpikir, beriman, dan bertaqwa kepada Allah SWT. Di samping itu juga mampu
mengamalkan nilai-nilai yang mereka dapatkan dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi pemikir yang baik sekaligus pengamal ajaran Islam yang mampu berdialog
dengan perkembangan kemajuan zaman.[7]
B.
Komponen – Komponen Tujuan
Suatu tujuan pembelajaran,
terdiri dari tiga komponen, yakni :
1.
Tingkah Laku Terminal
Tingkah laku Terminal harus dirumuskan dengan menggunakan
kata-kata kerja (action verbs). Misalnya memilih, mengukur, yang
menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan
kata kerja tindakan, kita dapat mengkomunikasikan apa yang kita harapkan dapat
dilakukan oleh siswa. Namun demikian, ada juga kata-kata yang samar yang
dinilai kurang bermakna seperti memahami, menghargai, dan mengetahui.
2.
Kondidi-Kondisi Tes
Komponen kondisi dalam suatu tujuan pembelajaran menentukan
situasi yang bagi siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal.
Jadi, komponen itu menentukan kondisi-kondisi tes.
3.
Ukuran-Ukuran Perilaku
Komponen ukuran perilaku merupakan suatu pernyataan tentang
ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu
ukuran standar menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai
bukti bahwa siswa mencapai tujuan.
C.
Kegunaan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran mengandung kegunaan tertentu
dalam rangka merancang system pembelajaran. Secara khusus, tujuan pembelajaran
penting , artinya dalam rangka :
1. Untuk menilai pembelajaran,
dalam arti bahwa pembelajaran dinilai berhasil apabila siswa telah mencapai
tujuan yand telah ditentukan. Ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa
menjadi indicator keberhasilan system pengajaran yang dirancang sebelumnya.
2. Untuk membimbing siswa
belajar. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan, dan
pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian
guru dapat merancang tindakan-tindakan apa yang seyogyanya dia lakukan untuk
mengarahkan siswa mencapai tujuan pengajaran itu.
3. Merupakan criteria untuk
merancang pelajaran. Dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan, merupakan
dasar dalam memilih dan mnetapkan materi pelajaran, baik ruang lingkupnya
maupun dalam urutannya, menentukan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan, memilih alat dan sumber, serta untuk merancang prosedur
penilaian.
4. Menjadi semacam media untuk
berkomunikasi dengan rekan-rekan guru lainnya. Berdasarkan tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, maka seorang guru dapat melakukan
komunikasi dengan rekan sekerjanya tentang apa yang hendak dicapai, serta
hal-hal apa yang sebaiknya dikerjakan oleh guru-guru lainnya dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan tersebut.[8]
1.2.2 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu tahap dimana di dalamnya
terdapat suatu pelaksanaan dalam mempersiapkan dan merumuskan materi / bahan
pelajaran, menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode pengajaran, penggunaan
media dan sumber pengajaran yang akan menjadi patokan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
A. Penyusunan Materi / Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran adalah bagian integral dalam kurikulum
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran.
Itu sebabnya dapat dikatakan, bahwa bahan pembelajaran pada hakikatnya adalah
isi kurikulum itu sendiri.[9]
Dalam Undang-undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional
telah ditetapkan, bahwa ;
“Isi kurikulum merupakan
bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan
Nasional”.[10]
Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan
pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang
dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran;
2. Meteri kurikulum mengacu pada
pencapaian tujuan masing-masing satua pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup
dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan
tersebut;
3. Materi kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian
materi kurikulum.[11]
Dalam
penyusunan materi / bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya mengacu
pada Kurikulum Pendidikan Islam yang mempunyai ciri khusus di dalamnya yaitu :
a. Agama dan akhlak merupakan
tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama’.
b. Mempertahankan pengembangan
dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi,
sosial dan spiritual.
c. Adanya keseimbangan antara
kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pembelajaran.[12]
Bahan
ajar disusun dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu,
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menarik, dan menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
Secara
garis besar, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Bahan ajar cetak (printed)
yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa, leaflet,
wallchart, foto/gambar.
2. Bahan ajar gambar (audio),
mencakup : kaset/piringan hitam/compact disk dan radio broadcasting.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) yang meliputi : video/film, orang/narasumber.
4. Bahan ajar interaktif yaitu
multimedia yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, text,
grafhics, images, animation, and video) yang oleh penggunynya dimanipulasi
untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.[13]
Biasanya
aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan
tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang
mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korlasi, dan
lain-lain. Guru merasa pintar dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai
dengan perkembangan bahasa dan jiwa anak didik akan lebih banyak mengalami
kegagalan dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar dan mengajar.
Karena itu, lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahasa
anak didik daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian
yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap dan tindakan guru tang
keliru.
Salah
satu aspek utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan pembelajaran
Pendidikan Islam adalah terjadinya perubahan aspek kognitif, psikomotorik, dan
aspek afektif anak didik kearah yang lebih baik.
B. Menetapkan kegiatan belajar mengajar / metode
pengajaran
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua
komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik
terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam
unteraksi itu anak didiklah yang lebih aktif, , bukan guru. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya
memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru
mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa
anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas
dan ada pula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery).
Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan segera, dan
strategi belajar mengajarlah sebagai jawabannya.
Dengan demikian,kegiatan belajar mengajar yang bagaimana
pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pembelajaran yang telah
dilakukan, dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.[14]
Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan cara yang paling
efektif dan efisien dalam mengajarkan Agama Islam. Pengajaran yang efektif
artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu
pendidikan sering juga dikatakan bahwapengajaran yang tepat ialah pengajaran
yang berfungsi pada murid. Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang
tidak memerlukan waktu yang lama.
Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat
menjadi PBM. Diperlukan adanya metode dalam penyampaian materi kepada anak
didik. Karena metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Dalam suatu kegiatan belajar mengajar guru tidak harus
terpaku dalam satu metode. Tetapi, guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan. Dengan ketentuan
metode yang digunakan harus relevan dan situasi yang mendukungnya dan dengan
kndisi psikologis anak didik.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan agama Islam dibutuhkan
adanya metode yang tepat, agar dapat menghantarkan tercapainya tujuan
pendidikan yang dicita-citakan.
Secara umum metode pembelajaran bias dipakai untuk semua
mata pelajaran, termasuk juga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada
pembahasan ini akan disampaikan beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Tafsir, Ahmad . 1995 . METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM . Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Hamalik, Oemar . 2003 . KURIKULUM dan PEMBELAJARAN Ed. 1, Cet. 4 . Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Majid, Abdul . 2005 . PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru . Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain . 2010 . Strategi Belajar
Mengajar Cet. 4 . Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Hamalik, Oemar . 2002 . PERENCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN
SISTEM . Jakarta : PT Bumi Aksara.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah . 2009 . METODE DAN TEKNIK
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM . Bandung : PT Refika Aditama.
Arief, Armai . 2002 . Pengantar ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM . Jakarta
: Ciputat Pers.
[1] Ahmad Tafsir, METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM(Bandung
: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1995), 2.
[2] Oemar Hamalik, KURIKULUM
dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), 57.
[3] Oemar Hamalik, KURIKULUM
dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), 65-66.
[4] Syaiful Bahri. D dan Aswan.
Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)41-42.
[5] Oemar Hamalik, KURIKULUM
dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003),76
[6] Syaiful Bahri. D dan Aswan.
Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)41-42
[7] Ahmad Munjin Nasih dan
Lilik Nur Kholidah, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(Bandung
: PT Refika Aditama, 2009)7-8.
[8] Oemar Hamalik, PERNCANAAN
PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM(Jakarta : PT Bumi Aksara,
2002),111-114
[9] Oemar Hamalik, PERNCANAAN
PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM(Jakarta : PT Bumi Aksara,
2002),132
[10] Bab IX, Ps. 39
[11] Oemar Hamalik, KURIKULUM
dan PEMBELAJARAN(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003),25.
[12] Arma’I Arief, Pengantar
ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM(Jakarta : Ciputat Pers,2002),33.
[13] Abdul Majid, PERENCANAAN
PEMBELAJARAN Mengembangkan Standar Kompetensi Guru( Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA,2005)60-61.
[14] Syaiful Bahri. D dan Aswan.
Z, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2010)44-45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar